Hanya Mengejar Prestasi, Adab Terlupakan
Hanya Mengejar Sebuah Nama, Adab Terlupakan
Suatu hari ada seorang guru bercerita tentang salah satu murid yang melakukan tindakan tidak sopan dengan berteriak-teriak di depan guru dan orang tuanya, ia tidak terima dipersalahkan padahal ia melanggar tata tertib sekolah. Hampir saja orang tuanya menghajar siswa tersebut karena merasa dipermalukan anaknya di depan guru, tetapi hal itu dihalangi oleh guru.
"Bukankah siswa itu di kelas khusus yang mayoritas mereka berprestasi?"Tanya seorang guru seolah -olah tidak percaya hal itu dilakukan oleh siswa itu.
"Itulah, ada yang hilang yaitu adab/ Akhlak," jawab guru tersebut.
Jadi teringat judul bukunya pak Prof Quraisy Shihab" Yang Hilang dari Kita Akhlak" buku yang menggambarkan tentang kelakuan umat atau bangsa yang katanya mayoritas Islam justru bertingkah laku tidak Islami.
Ini sebuah realita dunia pendidikan dewasa ini. Kenapa hal itu terjadi? Kalau kita mengacu kepada ranah pendidikan itu ada tiga,yaitu: Pendidikan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Ketiga ranah ini harus sejalan dan saling menguatkan. Pondasi pertama dan utama sebagai awal pendidikan adalah lingkungan keluarga. Dari sinilah pendidikan karakter dan adab ditanamkan sejak dini. Ketika ini gagal, maka butuh waktu untuk meluruskannya. Begitu juga dengan kondisi lingkungan sekitar yang tidak kondusif. Maka , hancurlah nilai-nilai moral anak-anak.
Biasanya siswa -siswi yang kurang adab dan melanggar tata tertib sekolah merupakan korban dari kegagalan pendidikan keluarga dan masyarakat.
Kalau sudah seperti ini sangat memberatkan dunia pendidikan khususnya guru sebagai garda terdepan untuk membinanya. Apalagi yang dihadapi guru bukan hanya dari satu keluarga tetapi ratusan keluarga. Orang tua mendidik satu orang anak saja terkadang kerepotan. Terus bagaimana dengan guru yang berhadapan dengan ratusan bahkan ribuan siswa yang memiliki berbagai macam karakter dan latarbelakang yang berbeda.
Apalagi dewasa ini sedikit saja guru salah bertindak dalam rangka mendisiplinkan para siswa agar patuh tata tertib dan adab kesopanan, orang tua tidak segan-segan membela dan memanjakan anaknya dan bahkan melaporkan guru ke polisi. Belum lagi media masa menggorengnya dengan berbagai komentar yang menyakitkan. Tidak berhenti di situ saja terkadang polisi pun turut menekan dan mengintimidasi guru.
Padahal profesi guru merupakan pekerjaan yang mulia karena dari tangan guru terciptanya peradaban yang luar biasa dan hasilnya bisa dimanfaatkan dan dinikmati oleh khalayak ramai. Andaikan terjadi trebel sedikit dalam menegakkan kedisiplinan itu hal yang manusiawi karena guru manusia juga, manusia yang tidak memiliki kesempurnaan.
Ironinya, sudah di kedua lingkungan tidak kondusif,diperparah lagi dengan sistem yang berlaku dalam dunia pendidikan. Terkadang dunia pendidikan khususnya pada lembaga pendidikan lebih cenderung mengejar nama (Prestasi) yang diikuti oleh segelintir siswa-siswi sementara ada yang sangat penting pemmembinaan akhlak terkesan terabaikan, padahal Akhlak merupakan pondasi bagi para siswa.
Prestasi penting, namun akhlak lebih penting. Maka itu, sekolah harus mempunyai program khusus untuk pembinaan akhlak dan sifatnya rutinitas. Jika pembinaan prestasi saja terprogram dengan baik, maka begitu juga dengan pembinaan akhlak.
Cilincing, 30 Oktober 2025
Komentar
Posting Komentar