Perjuangan Cinta

Perjuangan Cinta 

Part ke-8

Menikah merupakan idaman setiap orang, begitu juga aku. Banyak wanita di kampungku yang kukenal, tetapi mereka rata-rata di bawah kepintaranku. Aku ingin mempunyai seorang istri yang sekupu/sebanding denganku mengenai kepintaran dan baground-nya mempunyai kompetensi keagamaan. Tidak harus cantik, orang berada, dan keturunan bangsawan.

Ada yang menawariku anak orang berada dan tokoh masyarakat di kampunku, tetapi aku tidak ada hasrat karena aku tahu kompetensinya. Aku ingin mencari sendiri. Kebetulan aku kuliah di IAIN Jakarta, tentunya yang masuk ke sana orang-orang yang telah teruji kompetensinya, mengingat tets penyaringannya cukup ketat, itu aku dapat dari dosen ketika sedang memberikan kuliah di kelasku. 

Ada beberapa teman yang aku anggap mewakili kriteriaku, tapi sayang ia harus menikah sebelum selesai kuliah. Ada juga yang dijodohkan oleh orang tuanya, kalau ditolak akan putus hubungan silaturrahmi antar dua keluarga, aku pun mundur. Mungkin itu bukan jodohku.

Akhirnya aku tidak mempunyai teman dekat wanita ketika kuliah, namun di akhir kuliah aku harus mendapatkan seorang mahasiswi yang representatif. Aku masih mempunyai kesempatan mendapatkan seorang mahasiswi yang kelak akan menjadi ibu dari anak-anakku. Aku pikir di waktu Kuliah Kerja Nyata (KKN) itulah kesempatan untuk mendapatkannya. Maka itu kepanjangan dari KKN aku rubah menjadi Kuliah Kerja Nikah.

Sejak pertemuan pertama itulah kesempatanku untuk melihat-lihat mana yang layak untuk kupinang. Kebetulan di kelompokku ada tiga mahasiswi. Aku lihat ada salah satu mahasiswi yang menarik untuk dijadikan pendamping hidupku. 

Aku pun memasang strategi bagaimana caranya agar aku mendapatkan mahasiswi itu. Aku berusaha di depannya menjadi mahasiswa serba bisa dan juga memasang strategi bagaimana caranya agar ia selalu berada di dekatku.

Dalam perjalanan mendapatkan mahasiswi tersebut ada saja rintangan baik dalam kelompok KKN itu sendiri. Ada teman kelompok KKN yang aku perhatikan berusaha mendekati mahasiswi dan mengutarakan isi hatinya kepada mahasiswi itu, namun mahasiswi itu tak memberikan jawaban. Karena menurut mahasiswi temanku masih kekanak-kanakan.

Waktu aku pulang ke rumah, bajuku masih berantakan di rumah tempat aku dan teman-teman KKN tinggal. Tanpa diminta mahasiswi itu merapikan dan menyetrika pakaianku bersamaan dengan pakaian mahasiswi. 

Kebetulan pada saat itu temanku itu melihatnya dan seraya berkata "Loh kok, baju dia yang kamu setrika, sementara bajuku kamu tidak setrika?" Mahasiswi itu menjawab "Kasihan dia, nanti dia tidak sempat menyetrika bajunya, sementara kamu ada di sini dan santai-santai."

Ketika aku kembali ke tempat KKN, aku kaget bajuku sudah rapih seperti ada yang menyetrika. Dalam hatiku berkata -kata " Siapa ya, yang baik hati menyetrika baju saya." Setelah aku tanya-tanya dengan teman yang lain, ternyata mahasiswi itu yang merapikan dan menyetrikanya.

Aku pun mengucapkan terima kasih kepadanya. Dia hanya tersenyum manis. Sejak itu aku tidak sia-siakan kesempatan yang sudah terbangun. Keesokan harinya aku pinta ia mengantarku ke rumah seorang ustaz tempat KKN untuk bersilaturahmi. Sepulang dari rumah pak ustaz, di pertengahan jalan aku langsung mencurahkan isi hatiku kepadanya. 

"Berhenti dahulu sebentar."

"Ada apa?"

"Aku ingin bicara."

"Loh, bukannya sedang bicara." 

"Ingin bicara penting."

"Iya, aku dengerin deh."

"Tapi aku malu."

"Malu kenapa." sambil penasaran mahasiswi 

"Aku mencintaimu."

"Hahahaha... hahaha... hahaha.." mahasiswi tertawa sambil menutup mulutnya.

"Loh, kok ditertawakan" aku keheranan

"Nggak, lucu aja...aku juga mencintaimu tapi aku tidak berani mengutarakan, aku hanya menunggu kata-kata itu darimu. "

Indah sekali pada saat itu, seperti dunia milik aku berdua sementara yang lainnya ngontrak.Hari-hari pun aku jalani dengan penuh semangat dan optimisme. 

Melihat aku dan mahasiswi itu semakin akrab. Aku pun disidang oleh teman-temanku yang dipimpin oleh ketua kelompok. Intinya untuk memutuskan kepada siapa mahasiswi itu berlabuh. Akhirnya, dibawa semua teman mahasiswi itu memilih aku sebagai teman dekatnya. 

Setelah polemik pertama datang lagi saingan kedua dari pemuda karang taruna. Pemuda itu datang ke tempat aku dan teman-teman tinggal. Kebetulan aku ada di tempat dan aku langsung hadapi pemuda karang taruna itu. Karena aku tahu akan gelagatnya untuk mendekati mahasiswi itu, maka aku langsung skak dan ster. Sejak itu ia tidak berani datang lagi dan tidak pernah hadir di setiap pertemuan dengan karang taruna.

Baru saja polemik kedua usai, datang lagi halangan ketiga dan ini cukup berat karena berkaitan dengan keluarga mahasiswi. Rencana mahasiswi itu akan dijodohkan oleh kakeknya dengan pemuda yang masih ada kerabat dari neneknya.

Alhamdulillah, orang tua mahasiswi bijaksana tidak memaksakan kehendak diri. Ia serahkan keputusan kepada mahasiswi. Setelah musyawarah dengan keluarga, mahasiswi memutuskan memilih aku.

Selepas wisuda aku langsung menikah. Dari pernikahan itu aku dikaruniai tiga anak, dua putra dan satu putri.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Melangitkan Doa

Duta Guru Inspiratif DKI Jakarta; Anugerah GTK Madrasah Berprestasi Tingkat Nasional 2024.

Hadiah dari Allah yang Terabaikan