Berguna Kepada Para Ulama

Berguru kepada para ulama

Part ke-5

Menuntut ilmu itu bukan saja pada lembaga-lembaga formal saja, lembaga non formal pun kita butuhkan, setidaknya akan menunjang pendidikan kita di sekolah/madrasah dan menambah wawasan keilmuan kita. 

Bagi mereka yang hanya mengandalkan sekolah saja, tentunya berbeda dengan mereka yang menuntut ilmu tambahan di luar sekolah. Terkadang apa yang kita tidak dapatkan di sekolah/madrasah, kita dapatkan pada pendidikan luar sekolah/madrasah.

Hal ini aku terapkan pada diriku. Sejak kecil aku sudah belajar di luar sekolah/madrasah. Aku belajar mengaji kepada beberapa ustaz di kampungku. 

Selepas salat Magrib aku selalu mendatangi para ustaz untuk diajarkan membaca Al-Qur'an. Aku selalu berpindah-pindah guru dan pada akhirnya aku menemukan guru yang ideal. Bertahun-tahun aku mengaji kepadanya. Dari santrinya ratusan hingga tinggal berempat. Aku bukan hanya diajarkan Al-Qur'an, melainkan ilmu alat untuk membaca kitab gundul/kuning--Matan Jurumiah, mukhtashor Jidan, mutamimah, dan Kawakibud dzuriyah--, dan juga ilmu fikih dari safinatun Najah hingga Fathul Qarib.

Ketika aku duduk di bangku Madrasah Aliyah, aku mengaji kepada gurunya guruku KH. Ahmad Zaenun di daerah Sukapura Jakarta Utara. Di sana aku mengaji kitab Alfiah Ibnu Malik, Fathul Mu'in, sunan Abu Daud, dan dasar-dasar ilmu Falak. Aku berhenti karena aku kuliah yang mengharuskan untuk kos di sekitar kampus IAIN Jakarta.

Semangat untuk mengaji ilmu-ilmu agama tidak pernah pudar. Aku selalu memanfaatkan waktu untuk selalu mencari guru ngaji, kebetulan di masjid kampus setiap bakda magrib ada kajian kitab kuning, hal ini tidak disia-siakan.

Setelah satu tahun kuliah aku mencari pondok yang mengajarkan kitab kuning. Dapatlah pondok sederhana di daerah pondok pinang Jakarta Selatan. Santrinya dari madrasah Tsanawiyah dan Aliyah yang tidak jauh dari pondok itu.

Setelah tamat kuliah semangat menuntut ilmu agama tidak pernah pudar, aku pun berguru kepada KH. Ahmad Haromain,  kebetulan rumahnya tidak jauh dari rumahku. Kitab yang dikaji kitab Riyadus Shalihin, Misbahudzulam, dan tafsir jalalain. 

Di samping itu pula aku berguru kepada KH. Ahmad Hifzillah di pondok pesantren Al-Ihsan di jalan Tipar Cakung Jakarta Timur. Kitab yang dikaji kitab Fikih Muahazab, Al-Adzkar, Nashihul ibad, dan Taklim Mutaalim. Kepada KH. Hasan Basri di jalan kayu tinggi yayasan pendidikan Al-Amira. Kitab yang dikaji kitab Alfiah Ibnu Malik, Hikam, dan kitab lainnya.

Ketika sakit menahun dan belum bisa berjalan aku tidak bisa mengunjungi para ustaz/kiai, namun semangat belajar masih menggelora. Aku tidak kehabisan akal dan aku yakin Allah berikan jalan keluarnya. Ketika aku membuka Tiktok di smartphone aku melihat ada kegiatan pembahasan kitab kuning, aku pun memilih mana pengajian kitab kuning yang membahas kita kuning bukan saja kandungan materi tetapi kedudukan i'rabnya (Nahwu) dan

Sharafnya. 

Alhamdulillah, aku menemukan akun tiktok majlis ta'lim MT.Baariz dan mengajarnya KH  Sugiyono bin Abdul Manaf dari Purwakarta Jawa Barat. Aku mengaji setiap hari Selasa hingga Jum'at dari pukul 07.00-09.00 WIB. Kebetulan aku ngajar pada jam ke-3. Andaikan terbentur dengan jam mengajar aku cukup lihat YouTube-nya.














Komentar

Postingan populer dari blog ini

Duta Guru Inspiratif DKI Jakarta; Anugerah GTK Madrasah Berprestasi Tingkat Nasional 2024.

Hadiah dari Allah yang Terabaikan

Tukang Minyak Keliling Pencetak Para Sarjana