Mimpi yang Tersampaikan

Mimpi yang Tersampaikan 


Cing Ato 

#SpiritKehidupan


Sejak sakit membersamai tubuh ini, sulit rasanya ingin bersilaturahmi ke majlis-majlis ilmu untuk menimba ilmu dari para ustaz/kiai. Dahulu ketika masih segar bugar hampir setiap hari bersilaturahmi ke majlis-majlis ilmu yang mengkaji berbagai macam ilmu lewat pengkajian kitab kuning/kitab gundul.


Senang saja mengaji dengan menggunakan kitab kuning walau tidak pernah mondok di pesantren, tetapi dahulu sejak sekolah madrasah tsanawiyah malam hari mengaji nahwu, shorof, dan fikih kepada guru yang tidak jauh dari rumah. Setidaknya menjadi modal untuk bisa mengikuti kajian kitab kuning dan tidak terlalu buta untuk mengikutinya dewasa ini. 


Karena tidak pernah mondok sudah pasti ada beberapa kalimat -- kalimat dalam bahasa Indonesia adalah kata--yang tidak tahu artinya dan harakat akhir dari kalimat terkadang keliru antara dhomah dan patha. Butuh kamus untuk mencari artinya, tetapi kalau ada guru tinggal mendengarkan saja.


Kebiasaan sejak kecil untuk menuntut ilmu tidak pernah berhenti walaupun kondisi tubuh tidak bersahabat. Sehingga istri berkata "Ayah semangat belajarnya masih tinggi." Kebetulan istri melihat saya sering beli buku dan kitab lalu membacanya.


Mengaji kudu punya guru karena darinya kita akan mengetahui apa yang tersurat dan tersirat dari apa yang sedang dikaji. Ketiadaan guru seperti orang berjalan di kegelapan tanpa obor.


Mengaji kitab kuning itu sangat menarik bagi saya. Karena akan memperoleh berbagai ilmu pengetahuan dari apa yang sedang dikaji. Misal, ketika membahas tafsir, guru akan  mengajak untuk memahami bacaan kalimat -perkalimat, memami ilmu alatnya seperti nahwu, sharaf, balagoh, sejarah, dan yang lainnya. 


Keinginan mengaji di saat kondisi dalam keterbatasan tak pernah surut, tapi ke mana harus mengajinya? Itulah yang saya bingungkan. Dalam keinginan saya mudah-mudahan ada kajian kitab kuning lewat online. Pan sekarang zaman digital, pasti ada para guru yang memanfaatkan media sosial untuk berdakwah.


Benar saja setelah saya buka media TikTok ada beberapa para guru secara online membahas kitab kuning. Saya pun mengikuti, tetapi sayang bahasa pengantarnya saya tidak paham, guru itu menggunakan dominan bahasa Sunda atau Jawa, terpaksa saya tidak teruskan.


Nah, ketika di pagi hari saya buka TikTok secara kebetulan sedang ada kajian kitab kuning dan cara penyampaian enak sekali. Suaranya bagus seperti penyiar radio. Cara penyampaian materi bukan saja yang dibahas makna bahasa, tetapi juga kajian nahwu dan Sharafnya dengan detail sekali. 


Materi yang dikaji di antaranya: Tafsir Jalalain, Tafsir Munir karya Prof. Wahbah Zuhaili, Nashohihul ibad, dan Fathul Rabbani wafaidhatul Rahmani. Adapun waktu mengajinya di pagi hari sekitar pukul 06.15-08.00 WIB. Kegiatan pengajian dilaksanakan setiap hari kecuali hari Sabtu dan Ahad. Akun TikTok-nya atas nama Sugiono, kebetulan nama ustaz yang menyampaikan materi. Bagi peserta pengajian yang tidak sempat mengaji pada waktu itu, bisa melihat YouTube beliau dengan nama MT.Baariz. 


Demikian akhirnya mimpi saya tersampaikan untuk menimba ilmu dengan kajian kitab kuning atau kitab gundul.



Cakung, 3 Agustus 2024









Komentar

Postingan populer dari blog ini

Duta Guru Inspiratif DKI Jakarta; Anugerah GTK Madrasah Berprestasi Tingkat Nasional 2024.

Pandangan Orang

Tukang Minyak Keliling Pencetak Para Sarjana