Menulis Yang sedang dialami

Menulis Yang Sedang Dialami

Part 8

#MenulisDikalaSakit

Sejak bisa menyentuh layar gawai, mencoba menulis penyakit yang sedang penulis derita. Berbekal ilmu yang pernah didapat ketika sedang sehat. Menulis yang paling mudah dan bisa mengalir laksana air di sungai, yaitu menulis pengalaman atau sesuatu yang pernah dialami. Itu lebih mudah karena ide-ide menulis sudah ada, tinggal dituangkan dalam tulisan.

Penulis tidak membuat outline terlebih dahulu, hanya mengingat peristiwa secara berurutan. cukup menulis penggalan-penggalan yang penulis alami. Selanjutnya dibuat judul-judul yang menarik.
Misal, ketika terjadi kesalahan atau tertukar memberikan hasil laboratorium yang dilakukan seorang petugas laboratorium berkepala botak. Maka, langsung penulis tulis peristiwa itu dengan judul petugas berkepala botak.

Hampir setiap hari penulis tulis, lalu penulis posting ke Facebook dan blogspot. Banyak yang mem-follow dan memberikan komentar. Sampai mereka selalu menanti tulisan berikutnya. Bahkan ada yang bertanya ini tulisan menceritakan orang lain atau diri sipenulis sendiri, karena tokoh utama yang memakai kata ganti "Aku" sangat kuat sekali perannya. 

Sampai salah satu narasumber waktu pelatihan menulis di KSGN menghubungi penulis lewat  vicol untuk memastikan, apakah penulis menulis cerita orang atau diri penulis. Dalam kondisi suara tak jelas saya menerima vicol-nya. Beliau sangat terharu melihat kondisi saya yang kurus kering dan masih menggunakan selang NGT di hidung untuk memasukkan makanan dan minuman, sementara di leher masih tertancap alat trakeastomi.

Setelah beliau mengetahui bahwa penulis sendiri yang menulis kisah itu, beliau mencoba membaca, tapi beliau tidak kuat untuk membacanya, karena kisahnya terlalu mengharu biru. Akhirnya beliau pinta istrinya untuk membacanya.

Begitu juga berbondong-bondong para alumni datang silih berganti  laksana ombak yang saling berkejar-kejaran untuk melihat gurunya yang terbaring kaku tak berdaya. Kedatangan para murid dan teman merupakan separuh obat bagi penulis. Penulis bahagia sekali ternyata murid-murid mempunyai rasa empati yang sangat tinggi. Senang melihat mereka, terkadang mereka mengingat nostalgia semasa belajar. Ada haru dan sejuta canda yang membuat penulis dan teman mereka tertawa terpingkal-pingkal.

Kedatangan mereka penulis patri dalam buku GBS Menyerangku. Ya, itulah ide menulis terkadang datang dengan sendirinya tanpa diminta. 

Agar para penggemar tulisan penulis tidak bosan, maka penulis memposting seminggu dua kali, yaitu hari Sabtu dan Minggu. Hampir enam bulan penulis tulis kisah penyakit yang penulis alami. Sampai menjelang akhir cerita, penulis ajak pembaca di Facebook memilih judul terakhir. Akhirnya, terpilih judul kembali ke madrasah.







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Melangitkan Doa

Duta Guru Inspiratif DKI Jakarta; Anugerah GTK Madrasah Berprestasi Tingkat Nasional 2024.

Hadiah dari Allah yang Terabaikan