Masih Seperti Botol Kosong
Masih Seperti Botol Kosong
#CatatanSeorangGuru
Mengarahkan orang untuk melakukan apa yang kita inginkan tidak semudah membalik telapak tangan. Pada dasarnya manusia enggan untuk diperintah apalagi untuk mengikuti. Ia ingin bebas mengikuti apa yang dikehendaki.
Pekan kedua pembelajaran sudah berjalan, walau masih dalam kondisi berhati-hati. Tetap menjaga protokol kesehatan, mencuci tangan, memakai masker. Sementara berkumpul dengan sesama sulit dihindari.
Sekolah sudah berusaha membatasi kegiatan yang bersifat berkumpulnya siswa dengan durasi yang cukup lama seperti, mengadakan salat Jumat di sekolah. Tetapi untuk salat berjamaah sudah dilaksanakan.
Dalam kondisi yang belum normal ini, jam tatap muka dikurangi dari 45 menjadi 25 menit perjam tatap muka. Guru harus pandai-pandai menggunakan waktu seefektif mungkin dan cukup mengajarkan materi esensial saja.
Begitu juga siswa, harus menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Belajar di rumah semaksimal mungkin. Belajar merupakan sebuah keharusan bagi siswa yang ingin sukses dalam belajar.
Untuk mencapai kesuksesan hasil belajar harus semua pihak terlibat di dalamnya. Bukan guru saja yang aktif untuk mempersiapkan dalam kegiatan pembelajaran, siswa pun dituntut mempersiapkan diri belajar di rumah. Guru dan siswa harus punya sinergi yang baik. Jangan hanya gurunya saja yang aktif belajar, sementara siswa enggan untuk belajar.
Realita yang terjadi di lapangan banyak siswa yang tidak siap belajar. Datang ke sekolah hanya duduk manis tanpa persiapan dan hanya menunggu transferan ilmu dari guru. Ketika ditanya oleh guru"Siapa yang semalam belajar (membaca buku)?" Tak satupun yang menjawab.
Sungguh prihatin ketika melihat para siswa seperti ini. Buku ada baik offline maupun online, tapi malas untuk membaca. Mengajar siswa yang enggan belajar sulit rasanya untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Jangankan maksimal minimalpun tak dapat diraih.
Butuh kerja ekstra untuk menggerakkan siswa menjadi pembelajar. Tidak cukup sekali dua kali untuk mengingatkan. Apalagi sekarang tantangan mereka cukup berat, yaitu mereka berhadapan dengan smartphone. Habis terkadang waktu terkuras oleh smartphone. Lebih tertarik melihat smartphone daripada buku pelajaran. Wajar kalau mereka datang ke sekolah masih seperti botol kosong. Tak ada persiapan sama sekali untuk belajar.
Salam literasi
Cing Ato
Guru Blogger Madrasah
Pegiat Literasi Madrasah
Komentar
Posting Komentar