Kabur Mengejar Cinta

Mentari telah memasuki peraduan, gelap pun menyapa persada. Tidak terlalu banyak kegiatan yang dilakukan oleh kebanyakan orang, kecuali hanya berkumpul dan bercengkrama dengan keluarga. 

"Desi kemari," panggil ayahnya.
"Iya, Yah," jawab Desi.
"Duduk !"
"Ada apa Yah?"
"Ayah ingin bicara penting."
"Oh, penting."
"Begini, kamu sudah dewasa sudah pantas untuk menikah. Ayah ada calon untuk kamu. Anaknya baik."
"Tidak Yah, Desi tidak mau dijodohin, biar Desi cari sendiri."
"Ayah, mencarikan Desi yang terbaik."
"Tidak Yah, Desi tidak mau."

Desi bangun dari kursi meninggalkan ayahnya, lalu masuk ke kamar.

Diam-diam Desi sudah mempunyai pacar tanpa sepengetahuan ayahnya. Desi sudah lama menjalin kasih dengan pacar, sehingga sulit untuk meninggalkan pacarnya.

Keesokkan harinya Desi kabur dari rumah. Entah ke mana dia pergi tidak ada yang tahu. Sulit dilacak keberadaannya. Sebenarnya Desi kabur ke rumah pacarnya.

Berbulan-bulan Desi tidak memberi kabar, sementara  ayahnya sedang sakit tahunan.  Semakin lama penyakit ayahnya semakin memburuk. Keluarga berusaha menghubungi lewat handphone, tapi tak pernah dijawab. Pada akhirnya ayahnya meninggal dan Desi pun tak kunjung pulang.

Keluarga Desi sangat kecewa dengan tingkah laku Desi yang kabur dari rumah hanya mengejar seonggok cinta. Sampai Ayahnya meninggal dia tidak pulang.

Hari terus berganti, waktu pun tidak ketigalan ikut berubah. Suasana  keluarga sudah terlalu memikirkan Desi. Tiba-tiba tidak ada badai dan angin topan, Desi pulang ke rumah sontak keluarganya amarahnya memuncak untuk mengusir Desi.

"Anak Durhaka, Ayah sakit sampai meninggal tidak ditemui. Kenapa kamu pulang anak Durhaka," amarah kakaknya.

Desi hanya terdiam membisu, tidak bisa bicara apa-apa. Tetiba kakaknya mendorong Desi keluar dan mengusirnya. Tapi ibunya melerainya.

"Sudah-sudah, biarkan Desi duduk dulu. Dia baru pulang," teriak ibunya.

Sebenarnya ibunya kecewa dengan apa yang dilakukan Desi, tapi bagaimana pun Desi adalah anaknya. 

"Bu maafkan Desi, memang Desi anak Durhaka, tapi Desi sudah dewasa tidak mau dijodohkan begitu saja," ucap Desi.
"Tapi kenapa kamu tidak pulang ketika meninggalkan? Dasar anak durhaka," amarah kakaknya.
"Sudah,...sudah,...sudah,...Arman biarkan adikmu bicara," sela ibunya.
"Saya sebal Bu, lebih baik dia pergi dari sini, saya sudah tidak sudi lagi melihatnya,"timpal Arman.
"Diam,...Man....," Bentak ibunya.

Arman terdiam, Desi melanjutkan pembicaraan kepada ibunya.

"Bu tolong nikahkan saya dengan calon saya," ucap Desi.
"Saya tidak mau walikan kamu," sela Arman.
"Man, bagaimana pun Desi itu adikmu, kamu berkewajiban menikahkan," jelas ibunya.
"Arman tidak mau, titik," ucap Arman sambil meninggalkan Desi dan ibunya.

"Ya, sudah nanti ibu yang bujuk kakakmu, sudah sana kamu istirahat dulu di kamar ibu."

Setelah satu Minggu pihak dari calon pengantin pria mendatangi rumah kediaman keluarga Desi. Keluarga Desi menyambut dengan baik. Hari pernikahan dan pesta pernikahan pun sudah disepakati oleh kedua belah pihak.

Satu hari menjelang pernikahan, Arman bersih kukuh untuk tidak mau menjadi wali nikah Desi. Ibunya pun merayu sambil menangis agar Arman menikahkan adiknya. Arman pun luluh hatinya, tapi dengan syarat setelah nikah tinggalkan rumah.

Kebetulan ayahnya mempunyai istri dua dan rumah istri pertamanya tidak terlalu jauh dari rumah Desi. Kedua istri ayahnya akur-akur saja dan sayang kepada anak-anak suaminya. Tapi justru anak-anaknya  sangat membenci kelakuan Desi. Sehingga mereka kompak tidak mengizinkan Desi untuk berhias di rumah saudara dari istri pertama ayahnya.

Untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan, ibunya meminta bantuan polisi untuk mengamankan pernikahan Desi dengan pasangannya.

Pesta pun digelar, para tamu berdatangan baik dari pihak pengantin pria maupun undangan dari pihak Desi. Kondisi di luar penuh dengan seyum kebahagiaan, tetapi di dalam rumah penuh dengan bara api yang siap meluluh lantahkan pesta pernikahan.

Pesta pun berlangsung aman. Setelah pesta Desi pun meninggalkan rumah bersama dengan orang yang dia cintai.

Ibunya hanya pasrah terhadap apa yang terjadi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Duta Guru Inspiratif DKI Jakarta; Anugerah GTK Madrasah Berprestasi Tingkat Nasional 2024.

Hadiah dari Allah yang Terabaikan

Tukang Minyak Keliling Pencetak Para Sarjana