Tali pocong

Tali pocong

Cing Ato
Belajar Cerpen


Kematian itu pasti. Tidak ada yang bisa menghindar darinya. Ketika saatnya tiba tidak ada yang bisa memajukan atau memundurkan sedetikpun. 

Di perkampungan sekitar Kampung Baru Cakung Jakarta Timur hidup sebuah keluarga yang harmonis, rukun dan damai. Sebut saja namanya bang Udin dan mpok Karmilah. Beliau dikaruniai lima anak tiga laki-laki dan dua perempuan.

Di lingkungan masyarakat yang agamis dan banyak guru ngaji sehingga anak-anaknya terdidik agama dengan baik. Masyarakat Betawi pasti identik dengan pengajian. Tidak bisa disebut anak Betawi, jika tidak bisa mengaji. 

Begitu perhatiannya orang tua dahulu, sampai-sampai untuk mencari calon menantu perempuan harus di test mengaji terlebih dahulu. Bisa kita lihat ketika acara pernikahan calon pengantin harus membacakan ayat-ayat suci Al-Quran. Istilah ini disebut oleh orang Betawi, yaitu "Namatin Al-Quran".

Acara Namatin Al-Quran ini disaksikan oleh orang banyak dan bahkan memakai pengeras suara. Kenapa calon pengantin perempuan harus ditest membaca Alquran? Jawaban sangat masuk akal, yaitu karena jika sang calon istri bisa membaca Alquran otomatis kelak bisa mengajarkan anak-anaknya Al-Quran. Hal ini sejalan dengan sebuah Mahfudzat bahasa Arab" Al-ummu madrasatul uula" tempat pendidikan anak yang pertama adalah ibu.

Ada juga acara yang unik dari masyarakat Betawi untuk memotivasi anak-anak Betawi cinta akan Al-Quran. Setelah anak-anak tamat mengaji satu Al-Quran mereka diarak keliling kampung dengan menunggang kuda atau delman. Betapa bangganya anak dan orang tua pada saat itu. Melihat yang demikian akhirnya banyak yang termotivasi untuk rajin mengaji.

Di samping kehidupan keagamaan yang kental di sisi lain ada juga yang menyimpang dari nilai-nilai agama. Masih banyak ditemukan yang bersentuhan dengan ilmu hitam. Banyak orang tahu akan kehebatan orang kampung Baru Cakung. Sehingga tetangga kampung tidak berani bersinggungan dengan anak-anak kampung Baru.

Suatu hari ada pertunjukan di kampung tetangga. Biasa kalau ada pertunjukan banyak anak-anak muda yang bertandang untuk menyaksikan. Tetiba ada keributan di tengah-tengah berlangsungnya pertunjukan.
Keributan dapat dileraikan.
"Anak dari daerah kamu?" Tanya pelerai.
"Dari Kampung Baru Cakung," jawab salah satu anak muda.
"Waduh, celaka. Sudah kalian pulang dan jangan berkelahi lagi. Bisa-bisa kamu mati semua sama orang kampung Baru," hardik Pelerai kepada anak-anak muda kampung sebelah. Setelah itu anak-anak kampung Baru Cakung tidak ada yang berani mengganggu.

Suatu hari bang Udin meninggal dunia. Banyak tetangga yang bertakjiah melihat jenazah bang Udin. Ada juga sebagian yang langsung ke pemakaman untuk menggali makam. Setelah makam selesai, jenazah pun dimandikan dan salatkan.

Jenazah bang Udin dihantarkan ke pemakaman. Saudara dan anaknya turun ke lobang makam lalu jenazah diturunkan dan di timbun dengan tanah. 

Kebiasaan orang Betawi, jika ada keluarga yang meninggal, maka malamnya mengadakan acara tahlilan. Tidak perlu mengundang masyarakat, karena sudah menjadi sebuah budaya, maka masyarakat sekitar sudah paham. Pasti mereka datang untuk acara tahlilan.

Pagelaran acara tahlilan tergantung kesanggupan tuan rumah. Ada yang tiga malam, tuju malam, dan bahkan ada yang empat puluh malam. 

Ada juga setelah tahlilan disambung dengan mengaji Alquran sampai tujuh malam. Ketika   malam pertama, tetiba bang Udin pulang dengan masih menggunakan pakaian jenazah alias pocongan.

"San... San ....San..., bangun San itu ada apaan putih-putih dekat pohon pisang," teriak     Bakar sambil membangunkan temannya.
"Apaan si, orang sedang tidur di bangunkan," timpal Hasan sambil ngulet.
"San... San....San..., Ya, dia tidur lagi, bangun..." Teriak Bakar sambil menggoyang-goyangkan tubuh Hasan.
"Het, dah. Apaan si."
"Itu,....lihat di dekat pohon pisang."
"Apaan tidak ada apa-apa."
"Itu yang dipojokkan."
"Astaghfirullah,......po....po...pocong," Hasan lompat dari tempatnya. Tapi kainnya di tarik  oleh Bakar.

Kegaduhan beliau berdua membuat teman-teman yang lain terbangun. 
"Ada apaan si ramai sekali?" Tanya teman-teman yang baru bangun.
"Itu....lihat dipojokkan kebon dekat pohon pisang," Hasan dan Bakar menujuk secara bersamaan ke arah pojok kebun.
"Astaghfirullah,... ."

Ada sebagian yang lari ke dalam rumah, ada yang bersatu dengan temannya sambil melihat sesuatu ke kebun pisang.

Bakar dan Hasan memberanikan diri untuk melihat lebih dekat. Tetiba.
"Tolong tali pocongku dilepas, tolong tali pocongku dilepas, tolong tali pocongku dilepas," ucap suara pocong.

Setelah mengatakan sesuatu kepada Hasan dan Bakar, tetiba pocong itu menghilang.

"Maksudnya apa ya, itu pocong bicara seperti itu," ucap Bakar.
"Lah, tahu coba kita tanyakan kepada yang lain," timpal Hasan.

Bakar dan Hasan beserta teman-temannya dan tuan rumah membicarakan apa yang dikata oleh pocong itu.

"Coba kita tanya kepada yang menguburkan kemarin," ucap Bakar.
"Siapa yang kemarin ikut menguburkan?"Tanya Hasan.
"Bang Nusi, bang Sapri, dan si Jali."
"Coba panggil si Jali."

Jali pun dipanggil dan ditanyakan perihal proses pemakaman kemarin. 

"Li, bangun...Li, bangun... Li, bangun," pinta Jamal sambil nepuk-nepuk badan Jali.
"Astaghfirullah,... astaghfirullah... astaghfirullah."
"Lah, kenapa istigfar Li dan keringat dingin."
"Aduh, saya mimpi didatangi babe. Saya disuruh lepaskan tali pocong babe."
"Lah, barusan orang-orang di depan lihat pocong babe kamu."
"Nah, Luh... Ko, bersamaan dengan mimpi saya."
"Ya, sudah nyok ke depan dahulu,"

Jali ke luar bertemu dengan orang-orang di luar. Jali menceritakan bahwa dia dan saudaranya lupa membuka tali pocong babenya.

Akhirnya keesokan harinya, makam bang Udin digali. Benar saja tali pengikat jenazah belum dibuka. 

"Ya, Allah. Maafkan Jali be lupa membuka tali pengikatnya. Semoga babe tenang di alam kubur. Aamiin." 

Makam pun ditimbun kembali, keluarga bang Udin dam masyarakat pulang ke rumah masing-masing. 

Kejadian ini akhirnya menjadi buah bibir dikalangan masyarakat seputar Kampung Baru dan sekitarnya.












Komentar

Postingan populer dari blog ini

Duta Guru Inspiratif DKI Jakarta; Anugerah GTK Madrasah Berprestasi Tingkat Nasional 2024.

Hadiah dari Allah yang Terabaikan

Tukang Minyak Keliling Pencetak Para Sarjana