Menulis Memiliki Nilai Plus
Suharto
Penggiat Literasi Madrasah
#Menepis Kesulitan Menulis
Ketika ada orang berbicara negeri Yunani, maka terlintas dipikiran kita muncul nama-nama seperti Sokrates, Aristoteles, Plato, dan yang lainnya. Kenapa nama-nama tersebut muncul? Karena Yunani punya segudang ilmuan dan para ilmuwan itu terus hidup sepanjang zaman, karena hasil karya tulis yang dihasilkan. Gemar membaca dan menulis itulah yang menghantarkan Yunani jaya pada masanya.
Bergeser ke belahan timur dunia, tepatnya pada zaman Daulah Bani Abbasiyah. Negeri yang melahirkan sebuah peradaban yang menakjubkan, di mana ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat. Banyak lahir para ilmuwan kemudian mereka melahirkan karya tulis yang luar biasa. Gemar membaca dan menulis yang menghantarkan negeri itu mencapai puncak keemasannya.
Pada dekade ini, Finlandia merupakan negeri dengan sistem pendidikannya menempati rangking teratas dunia. Karena rakyatnya gemar membaca dan menulis. Bahkan ibu yang baru melahirkan saja mendapat kado selain mendapatkan peralatan bayi tak ketinggalan pula sebuah buku bagaimana merawat bayi.
Berdasarkan penelitian tentang minat baca Finlandia berada posisi teratas, wajar kalau sistem pendidikannya nomor Wahid di dunia mengalahkan Jepang, Amerika, dan lainnya. Sementara negeri kita masih jauh tertinggal dengan peringkat 60 dari 61 negara. Ini berdasarkan sumber dari World's Most literate Nations Ranked 2016. Sementara pada tahun 2021, Indonesia menempati rangking 75 dari 85 negara.
Literasi membaca di Indonesia berada di level rendah yakni sekitar 37,32 persen.
Dari sekitar 1.000 orang hanya 1 orang yang suka membaca di Indonesia. UNESCO menyatakan Indonesia berada di urutan kedua dari bawah perihal literasi di dunia, yang artinya negara dengan minat membaca yang sangat rendah. Mantra Sukabumi.
Apa yang harus kita/guru--mengingat guru merupakan garda terdepan dalam pendidikan-- lakukan untuk mengejar ketertinggalan tersebut, apakah hanya berpangku tangan tanpa berbuat? Semua kembali kepada diri kita/guru masing-masing.
Guru sebagai garda terdepan, setidaknya bisa menggerakkan peserta didik untuk membaca dan menulis. Namun, sebelum menggerakkan peserta didik dan orang lain, terlebih dahulu memberikan contoh kongkrit. Bagaimana guru ingin menggerakkan, jika dirinya sendiri belum bergerak.
Dengan menulis setidaknya kita mempunyai nilai lebih daripada mereka yang tidak menulis. Begitu juga dengan seorang guru. Guru yang gemar menulis, pasti gemar membaca, karena keduanya tidak bisah dipisahkan. Guru penulis merupakan guru kreatif, inovatif, dan imajenatif.
Bagi mereka yang gemar menulis, wawasannya akan senantiasa bertambah, karena penulis senantiasa membaca berbagai buku sebagai nutrisi dalam tulisannya. Semakin intensif membaca, semakin bertambah wawasannya.
Semakin terampil menulis, hingga dikenal masyarakat, dan pada saat bersamaan banyak yang membutuhkan keilmuannya dalam bidang yang digeluti. Pamor semakin naik pundi-pundi emas pun menghampiri. Namun, bukan itu tujuan penulis sebenarnya, andaikan pundi-pundi menghampiri ya, anggap saja itu bonus atas apa yang dilakukan selama ini.
Setidaknya dengan menulis dan menghasilkan karya mempunyai nilai plus dibandingkan dengan mereka yang tidak menulis dan berkarya.
Komentar
Posting Komentar