Ramadan Bulan Rahmat

Ramadan Bulan Rahmat

Hari ke 7

#LenteraRamadan 


Banyak para mubaligh ketika menyampaikan ceramah atau kuliah Ramadan sering membahas tentang pembagian bulan Ramadan menjadi tiga, yaitu: 10 hari pertama disebut Rahmat, 10 hari kedua disebut Magfirah, dan 10 terakhir disebut itqu minannar (terbebas dari Neraka).

Pembagian ini bersumber dari sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah.


أول شهر رمضان رحمة وأوسطه مغفرة وآخره عتق من النار

“Awal bulan Ramadan adalah rahmah, pertengahannya maghfirah, dan akhirnya ‘itqun minan nar (pembebasan dari neraka).

Hadits ini dikategorikan hadits dhaif ( lemah) baik dari segi matan maupun perawinya. Tapi ada juga ulama yang memakainya sebagai motivasi untuk ibadah. 

Ya, kalau ditelaah lebih dalam, Rahmat Allah, Magfirah Allah dan pembebasan api neraka tidak hanya pada bulan Ramadan, tetapi sepanjang bulan. Artinya disetiap saat Allah selalu memberikan pintu rahmatnya, tidak mesti pada bulan Ramadan saja. Mungkin kafasitas Rahmat dibulan suci ini lebih banyak agar umat Islam konsen meramaikan melaksanakan ibadah pada bulan Ramadan.

Rahmat Allah akan senantiasa diberikan kepada seluruh makhluk tak tercuali manusia. Rahmat ( kasih sayang) Allah diberikan kepada manusia dalam berbagai bentuk. Bisa kesenangan hidup dan bisa juga musibah. 

Pernah penulis dengar dari salah satu guru ngaji (KH. Ahmad Haramain bin KH. Abdullah Azhari) ketika mengkaji tafsir Al-Qur'an. Dalam penjelasannya beliau memaparkan sebuah hadits tentang kasih sayang Allah terhadap hambanya."Ada orang yang senantiasa dalam hidupnya diberikan berlimpah harta, di sisi lain ada orang yang senantiasa sepanjang hidupnya diberikan kekurangan harta (miskin)." 

Ko, bisa seperti itu. Bukankah setiap orang ingin berlimpah harta dan tidak ada yang mau miskin. Betulkan....

Nah, mari kita lanjutkan paparan beliau"orang yang diberikan kecukupan harta, jika Allah ambil kembali hartanya, maka orang kaya itu akan jauh dari Allah. Dan begitu juga dengan orang yang selalu dimiskinkan Allah, jika kemiskinannya ditarik, maka dia akan kufur nikmat. Begitulah Bentuk kasih sayang Allah. Akhirnya si kaya selalu mendapatkan kebahagiaan dan selalu memberikan sebagian hartanya untuk orang yang sangat membutuhkan. Begitu juga dengan si miskin, dia selalu menjadi hamba yang bersyukur atas apa yang Allah takdirkan kepadanya.

Coba lihat kepada Qarun di zaman Nabi Musa AS. Bagaimana dia dan semua harta miliknya Allah tenggelamkan ke dalam perut bumi. Begitu juga dengan Tsa'labah di zaman Nabi Muhammad SAW diberangus semua ternak yang dimilikinya. Qarun dan Tsa'labah miskin terhormat, kaya terlaknat.

Musibah pun yang terjadi dalam hidup ini adalah bentuk kasih sayang Allah. Allah kasih sakit kepada manusia bukan Allah murka terhadap manusia. Melainkan itulah bentuk kasih sayang Allah. Dengan sakit Allah gugurkan dosa-dosa atas kekhilafannya semasa sehat, mungkin jika Allah tidak berikan sakit orang tersebut justru semakin jauh dari Allah. Bahkan bisa-bisa Allah dilupakan. Itulah bentuk Rahmat Allah kepada manusia. Maka itu, sebagai manusia harus berpositif thinking terhadap apa yang Allah berikan.

Nasrullah, dalam bukunya"Rahasia Magnet Rezeki" memaparkan bahwa musibah yang terjadi pada diri manusia itu ibarat sebuah permen. Musibah itu laksana kulitnya dan isinya adalah sesuatu yang sudah dipersiapkan Allah.

Ada sejuta kenikmatan yang sudah dipersiapkan Allah untuk hambanya. Jadi musibah adalah bentuk kasih sayang Allah. Dibalik musibah ada sejuta kenikmatan yang Allah persiapkan. Tinggal manusianya mau menerima atau bersyukur atas kasih sayang Allah. Jika bersyukur maka Allah akan berikan isi permen tersebut. 

Contoh sederhana, ketika Allah berikan kasih sayangnya kepada penulis. Penulis diberikan penyakit yang luar biasa--penulis bercermin kepada Nabi Ayub AS. Bagaimana Beliau diberikan penyakit yang melebihi penulis.-- Cukup diterima dengan ikhlas, sabar, dan terus berikhtiar. Apa yang terjadi? Allah berikan kenikmatan yang lain, yaitu penulis bisa menulis dan berkarya menghasilkan beberapa buku. Itulah permen yang disiapkan Allah. Maka itu, jangan mengeluh karena itu bentuk kasih sayang Allah. Di balik musibah pasti ada hikmahnya.

Ramadan bulan Rahmat, bulan bertaburan pahala. Bentuk kasih sayang Allah telah memberikan fasilitas ibadah yang luar biasa. Tidur saja mendapatkan pahala, makan saja yang merupakan kebutuhan manusia masih dikasih pahala. Bagaimana dengan ibadah yang lain-- Puasa, sahur, berbuka, qiyamul lail, tadarus Al-Qur'an, sedekah, zakat, menuntut ilmu, merberi makan untuk berbuka, zikir dan lainnya-- pasti berlipat-lipat pahala. 

Sabda Rasulullah SAW.

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي. 

“Setiap amal yang dilakukan anak Adam akan dilipatgandakan. Satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Lalu Allah Azza wa Jalla berfirman, “Kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku-lah yang memberi ganjarannya. Orang yang berpuasa meninggalkan syahwat dan makannya demi Aku semata.”(HR.Muslim).


Demikian, Rahmat Allah senantiasa akan diberikan kepada hambanya baik dalam bentuk kesenangan maupun musibah. Rahmat Allah tidak terbatas hanya di bulan Ramadan, tapi juga pada bulan-bulan lainnya. Semoga kita semua senantiasa mendapatkan Rahmat Allah SWT. Aamiin.🤲


Salam literasi

Suharto
Guru Pembelajar MTsN 5 Jakarta




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Melangitkan Doa

Duta Guru Inspiratif DKI Jakarta; Anugerah GTK Madrasah Berprestasi Tingkat Nasional 2024.

Hadiah dari Allah yang Terabaikan