Ustadz dan Pemabuk
Kisah 17
Ustadz dan Pemabuk
#MendidikDiriLewatKisah
Alkisah, dikisahkan dalam sebuah perkampungan ada sebuah mushola yang dikelola oleh masyarakat setempat dan tentunya setiap rumah ibadah ada Ustadz yang menjadi pengurus dan seligus memimpin.
Tidak jauh dari musholla ada sekelompok kecil orang yang sering nongkrong-nongkrong dan mengkonsumsi minuman keras. Melihat kondisi seperti ini salah satu jama'ah berbicara kepada pengurus dan didalam seorang ustadz.
"Bapak-bapak itu ada para pemuda sering mabuk-mabukan, bagaimana tindakan kita?" Tanya jama'ah.
"Biarkan saja yang terpenting tidak menggangu," jawab pengurus.
Hari berganti hari, Minggu berganti Minggu dan bulan berganti bulan. Para peminum tambah banyak dan membuka warung miras.
Jama'ah bertanya lagi.
"Bapak-bapak semakin hari jumlah peminum bertambah bahkan mereka membuat warung miras, bagaimana sikap kita?" Tanya jama'ah.
"Biarkan saja sepanjang tidak menggangu kita," jawab pengurus.
Pada bulan-bulan berikutnya peminum bertambah banyak dan mulai mengganggu masyarakat bahkan orang azan dilarang karena mengganggu mereka.
"Bapak-bapak bagaimana ini mereka mulai meresahkan dan melarang azan, kita harus berbuat apa? Tanya jama'ah.
"Ya, sudah besok kita datangi dan berhentikan kegiatan mereka," Jawa pengurus.
"Maaf pak, jumlah mereka lebih banyak dari jumlah jama'ah, tidak mungkin kita melarang mereka," ucap jama'ah.
Akhirnya bukannya para peminum itu semakin besar tak terkedalikan....
Dari kisah di atas tentang kurang tanggap dalam mencegah kemungkaran bisa kita jadikan pembelajaran dalam kehidupan bermasyarakat.
Sering kita temukan bahkan mungkin terjadi pada diri kita banyak di antara kita tak peduli dengan lingkungan masyarakat yang pada akhirnya musibah itu menimpa bukan saja menimpa orang lain tetapi juga diri kita sendiri karena kurang pekanya atau merasa masa bodo terhadap apa yang terjadi.
Sering kita dapati banyak di antara kita yang terdiam membiarkan orang bertindak tidak terpuji, kita diam padahal kita mengetahui dia salah. Kita hanya sibuk dengan urusan kita. Karena orang benar terdiam, mereka yang melakukan tindakan tidak terpuji merasa benar. Hingga yang benar menjadi salah dan yang salah menjadi benar dan hal ini sedang terjadi di dunia ini. Bahkan mungkin di tempat kita.
"Aku tidak khawatir dengan orang yang berbuat keburukan, tetapi yang aku khawatirkan adalah orang yang benar terdiam melihat sebuah keburukan"-Ali bin Abi Thalib.
Islam tidak hanya mengajarkan tentang menyebarkan kebaikan, tetapi juga mencegah kemungkaran. Kemungkaran sekecil apapun tetap kemungkaran dan harus dicegah. Kemungkaran laksana api, jika tidak cepat dipadamkan, maka dia akan membesar melahap seluruh yang ada disekitar, dia tidak peduli rumah siapapun bahkan rumah ibadahpun tidak ketinggalan dilahapnya. Jika sudah seperti ini kita tak mampu memadamkannya.
Sering kita lihat kenakalan anak-anak remaja di lingkungan kita hingga terjadi sesuatu yang kita tidak inginkan, kenapa terjadi? Karena orang-orang baik terdiam tidak melakukan sesuatu. Hingga kemungkaran merajalela.
Bukankah Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an.
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh untuk berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. – (Q.S Ali Imran: 104)
Bukankah Rasulullah bersabda.
"Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, hendaklah dia merubahnya dengan tangannya. Apabila tidak mampu, hendaklah dia merubah hal itu dengan lisannya. Apabila tidak mampu lagi, hendaknya dia ingkari dengan hatinya dan inilah selemah-lemah iman." (HR. Muslim no. 49)
Demikian, jika orang yang baik lagi benar diam melihat kemungkaran, maka akan terjadi yang tidak baik akan merasa benar dan orang benar akan menjadi salah.
Komentar
Posting Komentar