Dua Sahabat
Kisah 26
Dua sahabat
#MendidikDiriLewatKisah
Alkisah, dikisahkan ada dua sahabat sedang berjalan di gurun pasir, tetiba dia melihat sebuah karung yang sarat dengan isinya. Dia mencoba membuka karung, setelah karung terbuka keduanya matanya terbelalak melihat apa yang dilihat.
"Ha....emas," ucap keduanya sambil bertatap muka.
Dibawalah karung tersebut dan keduanya berteduh pada sebuah pohon. Keduanya membagi dua bagian dari isi karung tersebut. Satu bagian dibagi berdua, sementara satu bagian lainnya dikubur di bawah pohon.
Keduanya meninggalkan tempat tersebut, pada suatu hari tanpa sepengetahuan sahabatnya, sahabat pertama mengambil karung yang dikubur di bawah pohon dan selanjutnya dia mengatur strategi.
Setelah harta dipindahkan ke tempat yang aman lalu dia menemui sahabat kedua untuk mengambil harta yang dikubur di bawah pohon. Sampailah keduanya lalu menggali tanah tempat dikuburnya harta tersebut.
Keduanya terkejut di lubang tersebut sudah tidak ada harta yang dikubur. Sahabat pertama dengan tipu muslihat menuduh sahabat kedua yang mengambilnya. Sahabat kedua tidak terima akhirnya permasalahan tersebut dibawa ke penguasa daerah tersebut.
"Ada permasalahan apa hingga kalian ribut?" Tanya penguasa.
"Begini Tuan sahabat kedua ini telah mengambil harta yang kami kubur, karena yang tahu hanya kami berdua," jawab sahabat pertama.
"Benarkah begitu sahabat kedua?" Tanya penguasa
"Tidak Tuan, saya tidak mengambilnya," jawab sahabat kedua.
"Ok, apa buktinya bahwa dia telah mengambil," Tanya penguasa.
"Gampang tanya saja pohon kalau tidak percaya," jawab sahabat pertama.
Sebelumnya sahabat pertama sudah memerintahkan orang suruhan untuk naik ke pohon.
Berangkatlah mereka, sesampainya di sana penguasa bertanya kepada pohon.
"Hai, pohon siapakah yang mengambil harta di sini?" Tanya penguasa.
"Dia, sahabat kedua yang mengambil," jawab pohon.
Penguasa dengan akal cerdiknya memerintahkan membakar pohon tersebut. Setelah pohon kebakar tetiba jatuh sesuatu dari atas pohon.
"Aduh,.." teriak yang jatuh.
Dengan sikag penguasa bertanya "siapa yang memerintahkan kamu?"
"Dia, sahabat pertama," jawabnya.
Akhirnya sahabat pertama ditangkap atas fitnahnya. Sementara harta diserahkan ke sahabat kedua.
Kisah di atas tentang keserakahan hidup bisa kita ambil sebagai pembelajaran dalam menyikapi kehidupan ini.
Banyak kita dapati disekitar kita bahkan mungkin terjadi pada diri kita sendiri betapa banyak orang-orang yang kurang menyukuri apa yang telah Tuhan berikan.
Sifat manusia yang selalu ingin lebih. Sah-sah saja ketika kita ingin lebih dari orang lain, bahkan sangat dianjurkan, tetapi dalam hal-hal tertentu, seperti belajar menuntut ilmu atau berbuat kebaikan bahkan Rasulullah sangat menganjurkan kepada umatnya untuk berlomba-lomba dalam kebaikan.
Sesuatu yang sifatnya berlebihan itu kurang baik. Serakah ini salah satu sifat manusia yang berlebihan, sudah dapat satu ingin dua, sudah dapat dua ingin tiga dan seterusnya padahal satu saja sudah lebih dari cukup.
Suatu hari penulis sedang membersihkan tanaman jambu milik guru ngaji. Penulis berkata"Andaikan saja pohon jambu ini ada dua atau tiga pasti hasilnya banyak sekali," kataku kepada guru.
"Ya, begitulah sifat manusia tidak pernah puas, ada satu mau dua, ada dua mau tiga, dan sebagainya," Timpal guru ngaji.
Ketika rasa syukur hilang pada manusia yang ada padanya sifat keserakahan. Ketika sifat keserakahan itu ada, maka apapun dilakukan.
Coba perhatikan banyak pegawai, pejabat, dan lainnya. Mereka sudah digaji sesuai dengan standar yang berlaku, karena serakah mereka memanipulasi data yang sebenarnya.
Lebih boleh, tetapi berlebihan yang tidak boleh.contoh membayar zakat perindividu sebesar 2.5 kg dibayar lebih 3 kg, tetapi kalau berlebihan hingga menyengsarakan diri dan keluarga, ini yang tidak boleh. Ini dalam kebaikan, bagaimana diluar ini? Tentunya tidak boleh.
Keserakahan yang diperbuat akan berdampak buruk kepada diri kita dan orang lain bahkan negara.
Demikian, keserakahan tidak akan membuat diri tenang lagi baik. Keserakahan akan membuat sendi-sendi kehidupan menjadi rusak. Hasil dari keserakahan akan berdampak kepada perilaku dan keluarga kita.
Firman Allah SWT.
وَلَتَجِدَنَّهُمْ أَحْرَصَ ٱلنَّاسِ عَلَىٰ حَيَوٰةٍ وَمِنَ ٱلَّذِينَ أَشْرَكُوا۟ ۚ يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهِۦ مِنَ ٱلْعَذَابِ أَن يُعَمَّرَ ۗ وَٱللَّهُ بَصِيرٌۢ بِمَا يَعْمَلُونَ
"Dan sungguh engkau Muhammad akan mendapati mereka yang sangat rakus terhadap kehidupan dunia, bahkan lebih tamak dari orang musyrik. Mereka pun berangan‑angan agar bisa hidup seribu tahun. Padahal umur panjang itu tak akan menjauhkan mereka dari azab Allah. Allah maha melihat apa yang mereka kerjakan." QS. Al-Baqarah:96.
لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ أَمِنْ حَلَالٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ
"Sungguh akan datang kepada
manusia suatu zaman, yang saat itu seseorang tidak peduli lagi dari mana dia mendapatkan harta, apakah dari jalan halal ataukah yang haram." (HR. al-Bukhâri)
Komentar
Posting Komentar