Ulama dan Janda
Ulama dan Janda
#MendidikDiriLewatKisah
Alkisah, dikisahkan ada seorang janda yang sedang galau dalam mengarungi samudera kehidupan, hampir setiap hari ia gelisah untuk menghilangkan kegelisahan ia harus menekuni agamanya, ia tahu selama ini ia jauh dari Tuhan ya, karena keterbatasannya dalam hal ilmu agama. Jalan satu-satunya untuk mengatasi semua hidup ini Ya, bermesraan dengan Tuhan, tetapi ia tidak tahu bagaimana caranya. Setelah berpikir panjang ia harus belajar agama dengan seorang yang ahli di bidangnya.
"Pak, tolong ke rumah pak kyai salamkan bahwa saya ingin belajar agama, saya minta belajarnya di rumah," perintah janda kepada tukang kebun.
Berangkatlah tukang kebun ke rumah kyai, sesampainya di sana tukang kebun menyampaikan apa yang diperintahkan majikannya. Setelah selesai tukang kebun pulang sementara pak kyai masih duduk di teras depan rumahnya.
"Bagaimana ya, kalau aku ke sana apa kata orang nanti, tetapi kalau saya tidak ke sana kasihan dia mau belajar agama, aduh.... bagaimana ya?.....Ya, sudahlah bismillah," pikir pak kyai.
Berangkatlah pak kyai ke rumah janda muda tersebut. Sampailah pak ustad di rumah janda tersebut.
"Assalamualaikum," sapa pak kyai.
"Waalaikumussalam, Eh pak kyai.
"silahkan masuk ke dalam," jawab janda sambil mempersilahkan masuk.
"Di luar saja kita belajarnya," pinta pak kyai.
Belajarlah janda tersebut dengan pak ustadz di teras depan rumah.
Ketika beliau berdua sedang belajar banyak tetangga yang melihatnya bahkan murid-murid pak kyai melihat juga.
"Alhamdulillah, janda itu mau belajar agama kepada kyai semoga ilmunya bermanfaat, aamiin....," Ucap seorang murid.
Sementara yang lain juga melihat seminggu sekali pak kyai datang ke rumah janda tersebut.
"Waduh,.....pak kyai diam-diam menghanyutkan, saya tidak bisa bersaing dengannya dah.....," Ucap seorang tetangga yang gila janda.
Kisah di atas tentang dua prasangka yang berbeda dalam satu masalah bisa kita ambil sebagai pembelajaran dalam hidup ini.
Sering kita dapati bahkan pada diri kita banyak kasus dalam hidup ini kita telah menghukumi seseorang tanpa Tabayyun atau tanpa mengetahui duduk permasalahannya, kita terkadang dengan mudah memponis sesuatu yang kita sendiri tidak mengetahui maksud dan tujuannya. Apalagi kalau orang tersebut bukan satu jalan, kelompok, dan partai.
Apapun yang dilakukan orang tersebut selalu salah di matanya sekalipun orang tersebut melakukan kebaikan tetap saja salah dan bahkan mencari sejuta alasan untuk mencari kesalahannya. Kesalahan kecil dibesar-besarkan apalagi yang besar.
Berburuk sangka atau suudzon harus jauh dari hati kita, jika ini ada pada diri kita, maka yang keluar dari hati adalah pandangan negatif terhadap apa yang dilihat.
Suudzon atau berburuk sangka dapat membuat hati kita menjadi buruk dan selalu dipenuhi dengan rasa dengki yang merupakan awal dari penyakit hati, tidak ketinggalan juga ada dalil suudzon di dalamnya.
Suudzon ialah akhlak yang sangat tidak terpuji. Orang yang memiliki sifat suudzon ia akan selalu menafsirkan setiap apa yang terjadi akan menjadi buruk dalam pandangannya. Suudzon adalah salah satu sifat tercela dan jika kita melakukannya, maka berdosa.
Firman Allah SWT.
اِجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ
“Jauhilah kalian dari kebanyakan persangkaan, sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa” (QS. Al-Hujuraat: 12)
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:
إياكم والظنَّ، فإنَّ الظنَّ أكذب الحديث
“Jauhilah prasangka, karena prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta” (HR. Bukhari-Muslim).
Lawan dari suudzon adalah husnudzon atau berbaik sangka. Orang yang hatinya baik selalu melihat seseorang dari kaca kebaikannya. Seburuk apapun orang dalam pandangannya pasti mempunyai nilai kebaikan. Positive thinking yang selalu dikedepankan dalam hidupnya.
Allah telah menciptakan makhluk serba berpasangan begitu juga sifat-sifat yang ada pada makhluknya, yaitu ada baik dan buruk. Terus bagaimana agar kita selalu berjalan dalam kebaikan? Ya, ngaji pada guru-guru agama yang memahami Al-Qur'an dan al-Hadits.
Firman Allah SWT.
ذَٰلِكَ ٱلۡكِتَٰبُ لَا رَيۡبَۛ فِيهِۛ هُدٗى لِّلۡمُتَّقِينَ ٢
Artinya: “Kitab (Alquran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.”
Sabda Rasulullah Saw.
تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ
Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. (Hadits Shahih Lighairihi, H.R. Malik; al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Dishahihkan oleh Syaikh Salim al-Hilali di dalam At Ta’zhim wal Minnah fil Intisharis Sunnah, hlm. 12-13).
Demikian, hiasi hidup ini selalu berpikir positive thinking agar hati kita selalu berada dalam kebaikan dan kebahagiaan. Segala sesuatu yang terjadi berawal dari pola pikir kita. Jika pola pikir kita baik, maka akan baik semuanya. Sebaliknya jika pola pikir kita buruk, maka buruk pula semuanya. Maka itu, berbaik sangkalah kepada sesama.
Komentar
Posting Komentar