Spiritualitas dalam Profesi guru; Membangun Karakter dan Dedikasi Era Modern.
Spiritualitas dalam Profesi guru; Membangun Karakter dan Dedikasi Era Modern.
Cing Ato
Guru Blogger Madrasah
MTsN 5 Jakarta
Membahas masalah pendidikan tidak ada habis-habisnya. Banyak permasalahan- permasalahan pendidikan yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi dunia pendidikan. Sementara pendidikan terus mengalami transformasi mengikuti perubahan zaman. Terus bagaimana guru sebagai garda terdepan menyikapinya agar tidak tergerus oleh perubahan zaman.
Guru sebagai garda terdepan dalam pendidikan tidak boleh tidak harus keluar dari zona nyaman. Guru tidak boleh berhenti untuk terus belajar meng-upgrade diri agar bisa memantaskan menjadi guru yang terbaik. Guru terus selalu meng-update setiap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi guna memudahkan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Maka itu, guru tidak boleh berhenti untuk belajar.
Dr.Sutrisno Muslimin pernah berkata dalam salah satu podcastnya bersama cing Ato.
"Ketika guru berhenti belajar, maka hilanglah nilai keguruannya."
Di samping meningkatkan kompetensi wawasan pengetahuan keilmuan dan teknologi, ada yang tidak kalah penting dari itu semua, yaitu guru harus memiliki karakter yang tinggi karena setiap karakter yang guru miliki akan berdampak pada kualitas kerja dan juga akan berdampak kepada kualitas peserta didik.
Semakin tinggi kualitas karakter yang dimiliki seorang guru, semakin tinggi pula kualitas kecerdasan spiritualitasnya. Ketika spiritualitas seorang guru itu tinggi, guru bekerja bukan lagi berhadapan atau bertanggung jawab kepada pimpinan, tetapi bertanggung jawab kepada Tuhan.
Proyeksi Pendidikan Era Modern/Abad-21
Kini pendidikan memasuki era abad 21, setidaknya para pimpinan lembaga pendidikan harus memahami proyeksi pendidikan abad 21. Tidak ketinggalan seorang guru pun harus memahami dan mempersiapkan diri menghadapi transformasi dalam dunia pendidikan.
Dilansir dari video yang menayangkan ceramah pak Anies Rasyid Baswedan-- Gubernur DKI Jakarta --dalam salah satu acara kegiatan pendidikan. Beliau menjelaskan tentang proyeksi atau gambaran pendidikan abad 21. Beliau menyatakan setidaknya ada tiga komponen proyeksi pendidikan abad 21.
I. Karakter.
Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang sangat urgen dan seluruh pakar pendidikan di dunia mengakuinya. Bahkan founding father Republik Indonesia presiden Sukarno mengatakan bahwa :"Bangsa ini harus dibangun dengan mendahulukan pembangunan karakter(Character building) karena caracter building inilah yang menjadi bangsa yang besar, maju, dan jaya serta bermartabat. Kalau character building tidak dilakukan, maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa kuli!"
Kini bangsa kita lagi sedang tidak baik. Sepertinya bangsa ini kehilangan karakter/akhlak. Terbukti merebaknya koruptor, kurangnya rasa keadilan, merosotnya moral para pejabat, hilangnya rasa malu di kalangan masyarakat, ketidak jujuran melanda keseluruhan lini kehidupan, bahkan sampai kepada dunia pendidikan, dan masih banyak yang lainnya.
Berdasarkan penelitian prof.Dr.Scheherazade S. Rahman dan Prof. Dr. Hossein Askari dalam bukunya pak Quraish Shihab yang berjudul Yang Hilang dari Kita; Akhlak. Menjelaskan, Ternyata yang paling banyak menerapkan karakter Islami justru negara yang notabenenya non Muslim. Dalam penelitian yang dilaksanakan tahun 2010 dengan tolak ukur nilai -nilai Islam yang mereka angkat dari Al-Qur'an dan Sunnah adalah Selandia Baru, diikuti Belanda. Sementara Arab Saudi yang notabenenya Islam mayoritas pada urutan ke-91, Indonesia ke-104, dan negara -negara OKI pada urutan ke-100-an dari 208 negara yang diteliti.
Dari keterangan di atas tentunya keberadaan pendidikan di pertanyakan. Karena bagaimana pun juga semua adalah hasil dari sebuah pendidikan.
Pembagian Karakter
Karakter itu terbagi dua, yaitu: karakter moral dan kinerja. Karakter moral di antaranya beriman, bertaqwa kepada Allah, jujur, ikhlas, sabar, tawakal, peduli, empati, dan lain -lainnya. Sementara karakter kinerja di antaranya: bekerja keras, ulet, tanggung jawab, semangat, tahan banting, disiplin, tepat waktu, dan lain sebagainya.
Kedua karakter tersebut harus berjalan beriringan. Seperti, di samping ia pekerja keras ia pun harus jujur. Bukan terjadi kontradiksi, ia bekerja keras, tetapi tidak jujur. Atau ia jujur, tetapi tidak bekerja keras.
Begitu juga bagi seorang guru di mana pigur dan keteladanannya sangat didambakan oleh para peserta didik. Keteladanannya dalam bertutur kata, bersikap, dan berprilaku baik menjadikan uswatun hasanah untuk para peserta didik ataupun para pendidik lainnya.
Karakter sifatnya fluktuatif, kadang rendah kadang tinggi, tergantung kondisi yang memengaruhinya. Memang butuh proses pembiasaan untuk menjadikan sesuatu menjadi karakter. Sebagaimana Dr. Aisyah Dahlan dalam salah satu wawancara mengenai watak dan karakter. Beliau bilang watak dan karakter itu berbeda. Watak itu tidak berubah sementara karakter itu bisa berubah. Beliau meperumpamakan dengan sebuah kayu. Watak kayu sampai kapanpun tetap kayu, tetapi bentuk kayu bisa berubah-ubah.
II. Kompetensi.
Di samping 4 kompetensi yang harus dimiliki, di era modern ini juga dituntut untuk memiliki 4 kompetensi lainnya .ke-4 kompetensi ini harus ada, jika tidak guru akan berhadapan dengan kesulitan dalam berprofesi sebagai seorang guru. 4 kompetensi itu yaitu:
1). Berpikir Kritis. Banyak persoalan -persoalan yang menuntut guru untuk memiliki kemampuan berpikir kritis, mampu mengalisis dari berbagai visi, dan juga mampu menyelesaikannya dengan tepat.
2). Kreatif. Zaman terus mengalami tranformasi, hal ini dibutuhkan guru -guru kreatif agar pendidikan tidak terjebak dalam kejumudan dan hanya mengikuti apa yang sudah ada dari nenek luhurnya. Di tangan guru-guru kreatif pendidikan akan semakin berkualitas.
3). Komunikatif. Permasalahan-permasalahan di dunia pendidikan pasti ada, terutama di tempat kita mengajar. Ketika terjadi permasalahan yang rumit dan hal itu tidak bisa dipecahkan dengan hal yang linear, maka dibutuhkan komunikasi yang efektif.
4). Kolaboratif. Untuk mencapai kesuksesan seseorang bisa saja mengandalkan dirinya tanpa kolaborasi dengan orang lain, namun hal ini membutuhkan proses yang lama. Maka itu, agar efektif dan efisien kita butuh berkolaborasi dengan orang lain.
Begitu juga dalam dunia pendidikan, agar pendidikan terus berkembang dan berkualitas dibutuhkan kolaborasi semua pihak. Tidak hanya segelintir orang saja yang berjalan sementara yang lain tidak peduli.
Hal senada dipaparkan Paul Sarjono S.J. dalam bukunya Guru Sains Indonesia Pada Zaman Era Modern. Menjelaskan 4 kompetensi era modern/abad 21, yaitu: Critical thinking and problem solving, communication and colaboration, creativity and innovation, dan digital literascy skills.
III. Literasi.
Terbukanya wawasan seseorang setelah mengeksplorasi berbagai macam pengetahuan. Di era modern ini setidaknya ada beberapa macam literasi, di antaranya, yaitu:
1. Membaca, membaca merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seseorang. Realita yang terjadi di masyarakat kita, minat bacanya tinggi, namun daya bacanya rendah. Hal ini juga terjadi kepada peserta didik , bahkan pendidik sendiri masih jarang diketemukan mereka yang daya bacanya tinggi.
Seyogyanya seorang guru harus banyak membaca buku, agar bertambahnya wawasan. Minimal satu bulan satu buku, jika tidak enam bulan, jika tidak juga satu tahun. Jika tidak sebaiknya cari profesi yang lain.
2. Teknologi, perkembangan teknologi terus mengalami perkembangan yang signifikan, kita seyogyanya terus mengikuti perkembangan tersebut agar tidak tertinggal dengan perkembangan zaman.
Begitu juga dengan seorang guru harus terus meng-update perkembangan teknologi. Jangan sampai peserta didik lebih menguasai teknologi daripada gurunya.
Paling tidak dengan menguasai teknologi kekinian mempermudah guru dalam kegiatan belajar mengajar.
Sekarang saja dengan teknologi Artificial intelligence (AI) tidak perlu menunggu waktu lama, cukup menulis sesuatu yang diinginkan dengan cepat AI meresponnya.
3. Menulis. Menulis merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam literasi. Guru dituntut untuk bisa menulis. Dengan menulis seorang guru dapat mencurahmuntahkan ide-ide kreatifnya di dalam sebuah tulisan. Dan juga dengan menulis seorang guru metih diri untuk berpikir kritis. Seorang guru sudah saatnya menulis buku karya hasil sendiri dan tidak bergantung kepada buku-buku yang diperjualbelikan oleh penerbit.
Seorang guru pasti bisa menulis. Ketika suatu pekerjaan di mana orang banyak bisa melakukannya, guru pun pasti bisa melakukannya.
Kalau kata Pramudya ananta Toer:“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
Maka itu, guru dituntut untuk bisa menulis. Awali menulis dari hal yang sederhana, yang kita alami, yang kita bisa, dan apa yang ada sekitar kita. Hal itu memudahkan kita untuk menulis, karena ide-idenya sudah ada, tinggal kita mengeksekusinya.
Demikian proyeksi pendidikan abad 21. Nah, terus apa yang guru harus lakukan agar tingkat spiritualitas semakin tinggi, khususnya dalam membangun karakter dan dedikasi era modern ini?
Pertama, jadikan diri sebagai uswatun hasanah/role modle pada setiap kata,sikaf, dan tingkah laku. Sebagaimana yang diajarkan oleh Ki Hakar Dewantara" Ing ngarso sung thulodo, Ing madyo Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani." Di depan menjadi teladan, di tengah memotivasi membangun, dan di belakang membimbing dan mengarahkan agar peserta didik tidak keluar rel.
Kedua, teruslah meng-update berbagai pengetahuan dan teknologi yang berkembang.
Ketiga, hadirkan Tuhan dalam setiap tindakan sehingga guru melakukan sesuatu bukan saja bertanggung jawab kepada atasan, tetapi kepada Tuhan.
Maka itu, semakin tinggi nilai karakter seorang guru, semakin tinggi pula nilai spiritual yang dimiliki.
Cakung, 29 Juni 2024
....................
Sumber:
Paul Sarjono, S.J (2019), Spiritualitas Guru. Yogyakarta: PT. Kanisius
..............,(2020), Guru Sains Indonesia Pada Zaman Era Modern. Yogyakarta: PT. Kanisius
M. Quraish Shihab (2020), Yang Hilang dari Kita: Akhlak, Tanggerang: Lentera Hati.
Cucu Suryanto, Guru Berkarakter Guru Profesional Masa Depan, Sukoharjo: CV. Farishma Indonesia.
Doni Koesoema A (2023), Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, Jakarta: Grasindo.
Video ceramah Anies Rasyid Baswedan ketika menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Komentar
Posting Komentar