Takbir Cinta Zahrana
Larut Dalam Dekapan Takbir Cinta Zahrana
Cing Ato
#SarapanPagidenganMenulis
Sejak anak sulungku menempati ruang atas rumahku. Barang-barangku yang ada di ruang atas terpaksa diturunkan, karena anakku tidak tertarik dengan nuansa klasik.
Memang dahulu aku merencanakan membuat perpustakaan sekaligus ruang belajar untuk diriku dan anak-anakku. Namun, baru berapa bulan aku membuatnya, tiba-tiba aku terserang penyakit yang mematikan seluruh saraf tubuh, hingga kini aku masih berkursi roda.
Terpaksa sebagian buku masih tersimpan di atas dan sebagian lagi sudah dipindahkan ke ruang bawah. Aku pun membeli lemari buku lagi, sementara lemari di atas tidak diturunkan. Aku pikir suatu kelak aku sehat aku akan pakai lagi.
Ketika anak sulungku menempatinya, beliau tidak tertarik. Maklum anak sekarang lebih senang nuasa kekinian. Sementara aku lebih senang nuasa klasik.
Dengan bantuan para tetangga lemari buku yang berpintu empat terpaksa diturunkan dan aku taruh di ruang tamu. Banyak sisah-sisah buku yang belum sempat diturunkan. Pada hari itu semuanya diturunkan. Dengan duduk dikursi roda aku ikut membersihkan dan memilah-milah buku mana yang masih layak untuk disimpan.
Ketika aku sedang membersihkan semua buku. Mataku melihat sebuah buku novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy. Langsung saja aku ambil dan bersihkan. Dalam hati berkata "Aku akan baca dan pelajari alur dan gaya tulisannya."
Kebetulan aku ingin membaca karya sastra karya-karya penulis hebat. Aku bahkan sedang menunggu buku novel karya Buya Hamka yang berjudul Tenggelamnya Kapal Van der wijk dan 4 buku karya Ahmad Fuadi. Katanya pekan ini akan sampai ke rumah. Begitu juga aku akan beli beberapa novel karya Asma Nadia.
Sore hari setelah buku sudah tertata rapi, aku mencari buku novel Dalam Mihrab Cinta. Aku tidak tahu di mana ia berada di antara deretan buku. Kebetulan ketika disusun istriku, aku sedang makan siang. Aku pun menyelusuri satu demi satu, karena aku lupa dengan warna sampul covernya.
Akhirnya aku temukan juga. Tidak membuang waktu aku mulai membaca beberapa halaman, kemudian menjelang tidur aku meneruskan tetapi belum tuntas. Pagi-pagi ketika aku sampai di madrasah langsung aku baca hingga tuntas.
Aku sangat menikmati alur ceritanya, sepertinya aku terbawa arus, seolah-olah aku merasakan apa yang dirasakan tokoh utamanya si Zahrana. Aku pun terbawa emosi ketika si tua bangka pak Karman yang mencoba mengganggu Zahrana karena lamarannya ditolak. Ia tidak tinggal diam selalu mengganggu Zahrana. Ia berharap Zahrana menjadi perawan tua yang tak laku-laku. Ia telah membunuh calon suami Zahrana disaat ingin melangsungkan pernikahan. Namun, pada akhirnya ia mati karena ulahnya sendiri tertikam belati dari suami wanita yang ia lecehkan.
Zahrana sangat terpukul atas kejadian yang ia alami. Bahkan, ia berjanji untuk melajang seumur hidup. Namun, temanya Lina menasehatinya. Di saat ia sudah pasrah dengan keadaan dan semuanya diserahkan kepada yang maha kuasa. Tiba-tiba, seorang ibu yang pernah mengobatinya di rumah sakit datang dan untuk melamar Zahrana. Awalnya menolak karena yang akan melamar dia untuk dijadikan istri adalah orang yang ia sangat kenal, yaitu si Hasan mahasiswa bimbingan sekripsi beliau di saat belum menjadi dosen di sebuah universitas.
Akhirnya Zahrana menangis atas semua itu. Tampa membuang waktu. Zahrana minta pernikahan dilangsungkan hari ini juga selepas bakda isya dan tarawih. Keluarga Hasan menyanggupi. Zahrana trauma atas kejadian terdahulu ketika ingin menikah dengan Rahmad.
Pernikahan pun terjadi dan disaksikan oleh para jamaah masjid. Zahrana dan ibunya menangis haru mengingat perjalanannya yang penuh menyakitkan hati. Para jama'ah pun ikut terharu melihat apa yang terjadi. Aku pun yang membaca hanyut dalam dekapan Takbir Cinta Zahrana.
Tulisan yang keren syarat dengan nuansa islami. Itulah perjalanan hidup seorang anak manusia. Penuh dengan lika-liku kehidupan. Jika, dijalani dengan penuh kesabaran. Maka, akan indah pada waktunya. Sebagaimana yang terjadi dengan Zahrana yang menemukan takdir cintanya dengan Hasan.
Cilincing, 11 September 2023
Komentar
Posting Komentar