Menjadi Pembina Literasi disaat Separuh Daya

Menjadi Pembina Literasi disaat Separuh Daya 

Suatu hari penulis bertemu dengan para wakil. Biasa kalau bertemu suka ngobrol ngalor-ngidul dan tidak ada yang serius untuk dibicarakan. Kali ini sedikit membicarakan tentang kondisi madrasah yang tiga tahun ini agak sedikit menurun, terutama masalah potensi para siswa.

Sejak diterapkan PPDB dengan sistim zona dan umur, setidaknya banyak hal yang berubah. Lebih banyak yang kurang berkualitas lolos daripada yang berkualitas. Baik dari segi potensi akademik maupun etitute.

Dilihat dari potensi akademik mayoritas potensi rata-rata ke bawah, sehingga ketika pada proses pembelajaran agak sedikit terganggu. Contoh, ketika mempelajari pelajaran Al-Qur'an dan hadits, sebagian mereka tidak bisa membaca.  Begitu juga dengan minat belajar sangat rendah.

Selanjutnya ketika dilihat dari atitute masih banyak ditemukan siswa yang tidak mengetahui bahwa dirinya seorang pelajar. Kebiasaan di lingkungan keluarga dan masyarakat itu mereka bawa ke madrasah.
Contoh, ketika ibadah salat mereka masih berbicara satu sama lainnya, padahal sudah diingatkan berulang kali.

Ini merupakan sebuah pekerjaan rumah untuk para guru menghadapi para siswa seperti itu. Memutar otak untuk mencari sebuah solusi bagaimana cara untuk mengembalikan kesadaran mereka. Agar mereka mengetahui bahwa diri mereka adalah seorang pelajar. Tentunya mereka mengetahui apa yang harus dilakukan oleh seorang pelajar.

Ketika sedang berbicara, tiba-tiba salah satu wakil memberi tahu penulis bahwa penulis diminta untuk menjadi pembina literasi. Penulis menolak karena diri penulis dalam keterbatasan/separuh daya. Penulis hanya ingin membantu saja dalam setiap kegiatan literasi bukan menjadi pembina.

Alasan wakil tersebut agar apa yang penulis lakukan itu ada payung hukumnya. Kebetulan tahun pelajaran 2022-2023 penulis membuka pelatihan menulis untuk para siswa dengan suka rela, artinya atas inisiatif sendiri, bukan program madrasah. Tentunya tetap meminta restu dari kepala madrasah dan kerja sama dengan para wali kelas.

Pada pelatihan perdana hanya 14 siswa-siswi yang ikut pelatihan.  Alhamdulillah, tidak butuh waktu lama. Mereka bisa menulis dan tulisan mereka penulis ikat menjadi sebuah buku. Rencana tahun pelajaran baru akan membuka gelombang kedua.

Apa yang penulis lakukan disambut baik oleh salah satu unsur pimpinan. Pada akhirnya penulis diminta untuk menjadi pembina literasi.

Jadi teringat ketika penulis mencari sosok yang bisa mendampingi penulis untuk sebuah pekerjaan. Penulis menawarkan kepada beliau, tetapi beliau tolak. Penulis bilang kepada beliau"Anda orang yang banyak ide-ide atau gagasan-gagasan dalam memajukan madrasah. Suara Anda ada kemungkinan didengar, ada kemungkinan tidak. Nah, agar ide Anda terealisasi setidaknya Anda mempunyai jabatan."

Ketika pembagian tugas mengajar. Penulis diberikan jabatan sebagai pembina literasi. Penulis hanya diam saja. Otak penulis sudah tidak mau diam, ingin mengetahui sepak terjang apa saja yang harus dilakukan oleh pembina literasi.

Pada detik itu pula penulis mencoba berselancar mengarungi lautan google. Satu demi satu penulis lacak keberadaan program leterasi di sekolah yang setara. Dari pengembaraan itu sedikitnya ada gambaran apa yang dilakukan oleh seorang pembina literasi.

Hasil yang diperoleh dari pengembaraan. Ada tiga tahap yang akan penulis lakukan sebagai pembina literasi, yaitu:  Tahap pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran.

Intinya literasi membaca dan menulis. Dewasa ini hampir seluruh siswa masih rendah minat dan daya tahan membaca, sehingga pengetahuan sulit untuk didapatkan. Tentunya hasil berbanding lurus dengan perbuatan. Jika, rajin membaca sudah dipastikan betambah pengetahuan.

Begitu juga menulis berbanding lurus dengan membaca. Apa yang mau ditulis kalau tidak mau membaca. Semakin banyak membaca, semakin banyak ide-ide yang hendak ditulis. Sebaliknya, semakin sedikit membaca, semakin sulit untuk menulis.
Maka itu, titik tekan literasi pada membaca dan menulis.

Cakung, 23 Juni 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Melangitkan Doa

Duta Guru Inspiratif DKI Jakarta; Anugerah GTK Madrasah Berprestasi Tingkat Nasional 2024.

Hadiah dari Allah yang Terabaikan