Menjadi Guru Berkarakter
Guru Berkarakter (28)
KMAC-28
Cing Ato
#KarenaMenulisAkuCeria
Setiap orang mempunyai karakter berbeda, sehingga karakter itu menjadi ciri khas setiap orang. Ketika orang bertanya tentang dirinya, orang yang bertanya akan mengetahui karakter orang itu.
Begitu juga guru mempunyai karakter berbeda pula. Ada guru yang penyabar, disiplinnya tinggi, ramah, pendiam, pemarah, sobong, ego, dan lain-lainnya.
Sebenarnya karakter itu apa? Seberapa pentingkah? Dan apa kriteria guru berkarakter itu?
Pengertian Karakter.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter adalah tabiat; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. atau juga disebut watak.
Griek dalam Zubaedi (2011) mengemukakan bahwa karakter dapat
didefinisikan sebagai paduan dari pada segala tabiat
manusia yang bersifat tetap, sehingga menjadi tanda yang
khusus untuk membedakan orang yang satu dengan yang
lain.
Menurut Ekowarni dalam Zubaedi (2011), pada tatanan mikro,
karakter diartikan; (a) kualitas dan kuantitas reaksi terhadap
diri sendiri, orang lain, maupun situasi tertentu; atau (b)
watak, akhlak, ciri psikologis. Ciri-ciri psikologis yang
dimiliki individu pada lingkup pribadi, secara evolutif akan
berkembang menjadi ciri kelompok dan lebih luas lagi
menjadi ciri sosial. Ciri psikologis individu akan memberi
warna dan corak identitas kelompok dan pada tatanan
makro akan menjadi ciri psikologis atau karakter suatu
bangsa. Pembentukan karakter suatu bangsa berproses
secara dinamis sebagai suatu fenomena sosio-ekologis.
Dengan demikian Karakter adalah watak atau tabiat seseorang sebagai jati dirinya dan juga sebagai ciri khusus kepribadian diri.
Pentingnya Sebuah Karakter
Dewasa ini banyak terjadi dekadensi moral hampir di semua lini kehidupan. Hampir setiap hari kita disuguhi tontonan dan berita yang miris yang terjadi di negeri kita ini. Mulai politik, Keamanan, budaya, pendidikan, rumah tangga, pelajar, jabatan, dan lain-lainnya.
Tawuran antar pelajar dan antar kelompok masyarakat terus mewarnai di negeri ini. Kejahatan semakin merajalela, yang kuat menidas yang lemah dengan sejuta dalih pembenaran. Mentalitas dan moral para penegak hukum yang sangat memperhatinkan. Pembegalan dengan disertai pembunuhan ada di mana-mana. Pemerkosaan, pergaulan bebas remaja yang tak kenal malu menghiasi negeri ini, keadilan yang sulit ditegakkan. Korupsi yang terus merajalela, yang baik tersalahkan, dan yang buruk tertutupkan.
Tak tertinggal pula pada dunia pendidikan ada jual beli ijazah pada tingkat perguruan tinggi. Kejujuran yang sulit ditegakkan baik oleh guru apalagi oleh para siswa. Kasus bullying di antara siswa di sekolah maupun di luar sekolah. Siswa melawan guru atau guru mengintimidasi siswa.
Melihat yang demikian karakter sangat diperlukan oleh setiap orang. Salah satu tempat untuk membentuk karakter, yaitu lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan merupakan benteng pertahanan untuk menciptakan generasi yang berkarakter.
Tentunya sebelum menciptakan siswa berkarakter, terlebih dahulu gurunya harus berkarakter. Guru harus menjadi uswatun h asanah terlebih dahulu baru siswanya.
Cucu Suryanto dalam bukunya Guru berkarakter mengatakan guru berkarakter merupakan kebutuhan yang harus disiapkan secara khusus karena bila seorang guru dalam dirinya belum memiliki kompetensi karakter maka, pendidikan karakter belum bisa berjalan sebagaimana yang kita harapkan.
Sering kita mendengar dari para guru agama sebuah perkataan didalam mendidik para siswa dahulukan adab /akhlak baru ilmu pengetahuan yang lain.
Para guru agama khususnya di pondok pesantren, lebih menanamkan nilai-nilai adab/akhlak baru yang lain. Maka lulusan dari pondok mempunyai karakter dan kepribadian yang baik. Apapun status mereka setelah lulus dari pondok pesantren, mereka selalu tampil dengan akhlak.
Profil Guru Berkarakter
Seperti apa profil guru berkarakter? Cucu Suryanto dalam bukunya Guru Berkarakter Guru Profesional Masa Depan menjelaskan tentang 7 kriteria guru berkarakter, yaitu:
Pertama, visi seorang guru. Seorang guru yang mempunyai visi akan mengetahui ke mana ia harus melangkah, apa yang harus diperbuat untuk mencerdaskan para siswa. Dengan visi guru akan mampu memotivasi diri untuk mewujudkan impian dan menggali potensi dengan terus belajar dan meningkatkan ilmu pengetahuan. Jika, guru mengajar tanpa visi ia mengajar tanpa arah alias ala kadarnya. Hanya datang mengajar lalu pulang.
Kedua, berpikir positif. Ketika seorang guru berpikir positif atas apa yang terjadi. Maka, unsur-unsur positif akan kembali kepadanya. Ketika dia berhadapan dengan siswa yang bermasalah, dia akan mengatakan Tuhan sedang mengajarkan aku arti sebuah kesabaran. Ketika berhadapan dengan siswa yang berprestasi, dia akan mengatakan Tuhan sedang mengajarkan arti bersyukur. Jadi apapun yang dihadapi ia selalu berpositif thinking.
Ketiga, berani melakukan perubahan. Seorang guru harus berani melakukan perubahan baik atas dirinya sendiri maupun terhadap pekerjaan, yaitu proses belajar mengajar. Dunia terus bergulir menyebabkan terjadinya perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru pun harus mengikuti perubahan dan meningkatkan kualitas sehingga bisa beradaptasi dengan perubahan itu. Jika tidak, akan tergerus dan ditinggalkan. Kini zaman serba digitalisasi maka, guru dituntut untuk bisa menguasai teknologi digital tersebut.
Keempat, tanggungjawab terhadap profesi.
Guru adalah profesi yang mulia, mempunyai tanggung jawab besar dalam proses belajar mengajar. Profesi yang harus dilakukan sepenuh hati dan sadar betapa pentingnya peranan guru untuk mencerdaskan siswa demi kesuksesan di masa depan. Berhasil atau tidaknya siswa ada di bawah tanggung jawab seorang guru. Jika gagal guru yang bertanggung jawab tidak akan menyalahkan orang lain, membuang alasan tak guna, dan belajar memperbaiki jika ada kesalahan.
Kelima, jujur atas dirinya sendiri dan orang lain. Dewasa ini kejujuran merupakan barang langka. Ketika orang jujur berada di tengah-tengah orang tidak jujur akan dianggap musuh. Hampir semua kehidupan kita akan jumpai ketidak jujuran, mulai dari para pejabat sampai bawahan sulit ditemukan kejujuran. Sampai dalam dunia pendidikan pun masih ditemukan ketidak jujuran. Apalagi ketika sistim KKM diterapkan guru tidak bisa berbuat banyak, terpaksa harus menyulap nilai siswa untuk mencapai KKM. Apalagi ketika UN dilaksanakan kejujuran sudah tidak ada lagi, semua guru dipaksa untuk memberikan jawaban kepada siswa. Jika tidak dilaksanakan siap saja menanggung resiko atau terkena sangsi.
Guru berkarakter menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran khusus untuk dirinya dan umumnya untuk orang lain.
Keenam, motivasi sebagai pembelajar.
Guru adalah pembelajar sejati, ketika guru berhenti belajar maka berhenti pula nilai keguruannya. Guru berkarakter guru yang tak pernah berhenti belajar baik belajar secara formal maupun non formal (kehidupan). Ia selalu bergerak di saat yang lain diam dan ia berlari di saat yang lain berhenti. Ia tak kenal lelah untuk meningkatkan kualitas keilmuannya.
Ketujuh, kepemimpinan seorang guru. Guru itu pemimpin para siswa. Sebagai seorang pemimpin harus menjadi uswatun hasanah/ contoh yang baik. Kita pernah dengar kepanjangan dari kata GURU. GU= Digugu dan RU= Ditiru. Artinya seorang guru adalah seorang yang digugu dan ditiru segala aktivitasnya oleh para siswa. Maka itu, seorang guru harus memiliki keteladanan yang baik di mata anak didiknya.
Demikian guru berkarakter adalah guru yang memiliki didikasih yang baik atau kepribadian yang utuh sebagai seorang guru yang digugu dan ditiru oleh para peserta didiknya.
Cakung, 10 Maret 2023
Sumber
Dr. Zubaedi, M.Ag, M.Pd. Desain Pendidikan Karakter; Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana Perdana Media Group. Cet. 3. 2013.
Cucu Suryanto, Guru Berkarakter; Guru Profesional Masa Depan. Sukoharjo: CV.Farishma Indonesia. 2014.
Komentar
Posting Komentar