Gentleman
Gentleman
Catatan harian sang guru
Jilid 2
Materi semester ganjil sudah usai, masih ada dua pekan lagi sebelum pelaksanaan penilaian akhir semester (PAS).
Biasanya saya sempatkan untuk mengecek nilai penilaian harian dan tugas. Masih banyak para siswa yang belum tuntas dan belum menyetor tugas.
Hampir setiap pertemuan selalu mengingatkan dan bahkan memanggil siswa tersebut menemui saya. Bagi yang remedial linknya sudah di share di group. Tetap saja mereka tidak kerjakan.
Tahun ini mencoba memakai blog sebagai media pembelajaran untuk pengumpulan tugas-tugas. Hasrat hati ingin siswa-siswi bisa menulis di blog. Tetapi apa yang terjadi. Jauh panggang dari api. Bukannya mereka menulis di blog, tetapi hanya copy paste dari teman-temannya.
Berharap dengan menulis resume atau tugas lainnya di blog, agar mereka setidaknya bisa membaca sebelum menulis.
Melihat realita yang terjadi, saya pun putar otak dan kembali kepada penulisan tugas di buku tulis. Tidak ada lagi yang bisa copy paste. Andaikan mereka nyontek punya teman-temannya. Tetapi mereka tetap harus baca dan menulis dengan tangannya sendiri.
Satu-persatu saya panggil untuk penyerahan tugas resume. Saya periksa tulisannya lengkap atau tidak. Setelah selesai nilai tugas pun saya berikan. Tiba-tiba ada seorang siswa yang mencoba mengalabui atau berlaku tidak jujur. Ia memakai buku temannya. Ketika saya periksa sampul bukunya yang tertera di buku itu bukan namanya.
"Astaghfirullah, nilai itu bisa saya rubah. Tetapi karakter pembohong/tidak jujur itu susah dirubah. Sekali kalian berbohong, dengan mudah berbohong untuk kedua kalinya," jelas saya kepada siswa-siswi.
Bel pergantian jam telah berbunyi, semua siswa meninggalkan ruangan tempat saya mengajar. Tiba-tiba siswa yang berbohong tadi menghampiri saya seraya berkata:
"Mohon maaf atas perbuatan saya tadi," ujar siswa.
"Nah, ini yang saya suka. Kamu mau mengakui kesalahan. Kamu gentleman," timpal saya.
Begitulah kenakalan yang dilakukan para siswa dalam belajar. Saya tidak tahu apakah dengan saya saja, karena memanfaatkan keterbatasan saya. Atau dengan guru lainnya.
Saya pun sebenarnya tidak cocok dengan ruangan yang sempit dan para siswa berdesak-desakan. Tapi mau bagaimana lagi memang tidak ada ruang lagi kata unsur pimpinan.
Cakung, 16 November 2022
Komentar
Posting Komentar