Pengemis dan Pengamen

Pengemis dan Pengamen

Cing Ato

Lapangan kerja yang semakin sulit, kualitas pendidikan yang masih rendah, dan banyaknya keluarga yang taraf ekonominya di bawah. Banyak generasi yang tidak memiliki skill yang memadai. Sementara kebutuhan perut tidak bisa dikesampingkan.

Demi mempertahankan hidup terpaksa ambil jalan pintas dengan cara jual suara keliling kampung. Ngamen merupakan cara mudah untuk mengumpulkan pundi-pundi recehan. 

Hampir semua pengamen yang ada itu didominasi oleh anak-anak usia muda. Usia yang seharusnya dipergunakan untuk menimba ilmu pengetahuan. 

Terkadang gaya mereka sedikit beda dari orang kebanyakan dan bahkan urakan. Dengan berbagai alat musik beliau dendangkan syair-syair yang terkadang tidak nyambung antara lagu dan alat musik. Alias asal ngamen.

Pernah suatu hari ada pengamen yang menggunakan kaleng biskuit, penulis pikir anak-anak yang sedang memainkannya sehingga penulis menghardiknya. Karena, brisik sekali. Eh, tidak tahunya pengamen jejadian.

Hampir setiap hari pengamen datang silih berganti mulai dari pagi hari hingga malam hari. Kalau sekali diberi mereka akan datang terus. Terutama hari Sabtu dan Minggu, Karena mereka tahu hari itu hari libur, pasti yang punya rumah ada di rumah.

Tak ketinggalan pula pengemis yang terus datang rutin setiap Sabtu dan Minggu. Anehnya tubuhnya sehat hanya bajunya yang terkesan lusuh. Terkadang sengaja mereka tidak diberi, Karena kalau dilihat hanya sebuah modus padahal mereka adalah para pemalas.

Tidak mau bekerja keras, tapi ingin dapat uang banyak. Mungkin kita pernah melihat di medsos ada seorang pengemis yang membawa uang ratusan juta dari hasil mengemis. Ada yang parahnya juga mereka membawa kendaraan untuk antar jemput.

Pernah suatu hari pengemis yang datang ke rumah penulis kenal orangnya. Beliau tukang rujakan yang penulis sering beli. Kegagahannya tidak bisa tertutupi dengan compang-campingnya baju yang dikenakan. 

Kondisi yang terkadang membuat mereka seperti itu, tetapi terkadang mengemis dan mengamen membuat diri menjadi pemalas.
Seharusnya, ini menjadi konsen pemerintah untuk lebih fokus membuat balai-balai pelatihan untuk meningkatkan skill generasi muda yang broken home. 

Dan juga menertibkan para pengemis yang berkeliaran di kampung-kampung, perempatan jalan lampu merah dan pasar-pasar. Mereka harus dibina agar tidak menular kepada yang lainnya. Jangan sampai ada kampung pengemis yang dihuni oleh para pengemis.


Salam literasi
Cakung, 02 Oktober 2022





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Duta Guru Inspiratif DKI Jakarta; Anugerah GTK Madrasah Berprestasi Tingkat Nasional 2024.

Pandangan Orang

Tukang Minyak Keliling Pencetak Para Sarjana