Literasi Siswa Masih Rendah

Literasi Siswa Masih Rendah

Cing Ato
Guru Blogger Madrasah

Sependek pengetahuan penulis istilah literasi masuk ke sekolah-sekolah/madrasah-madrasah kisaran tahun 2016. Kebetulan di madrasah tempat penulis mengajar istilah literasi baru muncul.

Literasi yang penulis pahami tidak jauh dari kegiatan membaca dan menulis. Itu yang penulis lihat di lapangan. Kalau penulis lihat dari literatur yang ada pengertian literasi tidak jauh dari kegiatan kedua itu. Namun, seiring bergantinya waktu dan berubahnya musim, seiring itu pula pengertian literasi meluas bukan hanya sekedar membaca dan menulis. 

Mari kita lihat pengertian dari Wikipedia. "Literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa." 

National Institute for Literacy, mendefinisikan Literasi sebagai “kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat.” 

Dengan demikian literasi adalah seperangkat kompetensi dasar seseorang dalam membaca, menulis, berbicara, berhitung dan memecah permasalahan yang dihadapi.

Literasi Siswa Masih Rendah

Melihat realita di lapangan hampir semua siswa kurang semangat untuk membaca apalagi untuk menulis. Ini terlihat dari minimnya pengetahuan yang mereka miliki ketika mereka datang ke sekolah/madrasah. Padahal mereka sudah dibekali buku dari madrasah baik buku cetak atau buku digital. Buku hanya dibopong-bopong saja dari rumah ke madrasah lalu sebaliknya dari madrasah ke rumah. Tidak ada niatan untuk membaca, kecuali kalau diperintah guru.
Pada tulisan-tulisan yang lalu penulis ibaratkan mereka laksana botol kosong. 

Mereka datang tidak ada persiapan, artinya daya baca mereka masih jauh sekali. Padahal buku ada baik offline ataupun one line. Ketika ditanya mereka diam seribu bahasa. Bahkan, ketika penilaian harian hasilnya masih jauh dari harapan.

Terkadang guru hampir setiap hari selalu mengingatkan dan bahkan memberikan solusi bagaimana cara belajar yang efektif dan efisien. Tetap saja hasilnya tidak memuaskan. Memang gangguan para siswa sekarang adalah handphone/smartphone. Jika sudah smartphone di tangan sulit untuk dilepaskan. Bahkan terkadang orang tua pun agak kewalahan menghadapi anak-anak yang kecanduan gadget.

Penulis mencoba memberikan solusi teknik belajar dengan menggunakan smartphone. Bagaimana pun smartphone banyak sisi positifnya jika kita mengetahuinya. Contoh, agar para siswa gemar membaca. Penulis mencoba untuk menugaskan siswa meringkas materi pelajaran dengan menggunakan aplikasi blog. Namun, apa yang terjadi mereka hanya mencopy dari buku digital, lebih parahnya lagi mengcopy punya temannya. 

Penulis berharap para siswa di samping membaca juga menulis. Tapi, sayang masih jauh dari harapan. Tetap saja ketika penilaian harian hasilnya jauh dari harapan. Kendalanya adalah mereka malas membaca dan menulis.

Geliat literasi di madrasah mulai digalakkan lebih serius dari sebelumnya. Semoga tujuan diadakannya literasi madrasah akan menggerakkan para siswa untuk gemar membaca dan menulis. Jika, para siswa gemar membaca dan menulis setidaknya akan membawa perubahan ke arah yang lebih baik. 


Salam literasi
Cakung, 11 September 2022




Komentar