Siswa Pandai Tidak Santai

Siswa Pandai Tidak Santai

Suharto
#Catatanhariansangguru

-- Siswa Pandai Tidak Santai. Siswa santai tidak pandai --

Mengajar merupakan pekerjaan rutinitas seorang guru. Menjadi guru tak semudah apa yang dibayangkan. Berhadapan dengan puluhan bahkan ratusan murid dengan berbagai latar belakang yang berbeda. Menjadi Guru bukan hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi lebih dari itu. Mendidik, melatih, bahkan menggerakkan para murid menjadi seorang pembelajar.

Dewasa ini banyak kita ketemukan siswa-siswi lebih banyak bermesraan dengan gawai daripada bermesraan dengan buku. Sering penulis menemukan hal ini. Suatu hari penulis sebelum memulai pelajaran bertanya kepada siswa-siswi di kelas yang penulis ajar. Penulis ingin mengetahui apa yang dilakukan siswa-siswi di rumah pada malam hari mulai dari pukul 19.00 - 22.00 WIB. Penulis pun melontarkan beberapa pertanyaan. Para siswa cukup mengacungkan tangan.

Pertanyaan pertama"Siapakah yang semalam memegang buku pelajaran, khususnya pelajaran pak guru?" Tanya penulis.

Survey membuktikan dari 33 siswa hanya 13 siswa yang memegang. Selanjutnya penulis buka pertanyaan kedua kepada 13 siswa yang memegang buku. Sementara yang tidak memegang tidak perlu ditanya.

"Siapakah yang semalam membaca buku mata pelajaran pak guru?" 

Survey membuktikan tidak satupun siswa-siswi yang membaca buku yang penulis ajar. Selanjutnya penulis membuka pertanyaan ke tiga.

"Siapakah yang semalam bermain smartphone/gawai?" 

Survey membuktikan semua siswa-siswi mengangkat tangan.

Inilah pakta di lapangan yang terjadi. Hal ini tak bisa dipungkiri. Ini merupakan pekerjaan rumah para orang tua dan para guru. Perkembangan teknologi yang tidak dibarengi dengan pendidikan karakter sulit untuk membendung virus teknologi, terutama gawai/smartphone.

Smartphone menyajikan suguhan-suguhan yang mampu menghipnotis para penggemarnya hingga lupa akan tanggung jawab yang harus diemban.

Suguhan-suguhan smartphone mengalahkan buku-buku. Bukan saja para siswa, tetapi juga para guru.

Terus bagaimana? Apakah harus dijauhkan atau dihancurka seperti yang terjadi di sebagian sekolah-sekolah atau pondok pesantren? Tentunya akan terjadi pro dan kontra di masyarakat. Yang pro akan mendukung demi masa depan para siswa. Smartphone bisa diganti, tetapi masa depan tak bisa diganti. Yang kontra tentunya pasti menolak dengan sejuta alasan.

Penulis sendiri juga pencinta smartphone, bahkan sehari-hari selalu bermesraan dengan smartphone. Tapi untuk belajar menulis, mendesain, memcari ide-ide untuk menulis, dan mencari pengetahuan yang lain. Artinya memakai smartphone untuk belajar. Ada juga hanya sebatas menghilangkan kejenuhan.

Namun, bagaimana dengan para siswa-siswa yang belum mampu mengendalikan. Mereka akan terjerumus dengan suguhan-suguhan smartphone sehingga waktu yang seharusnya untuk belajar tersita oleh smartphone.

Bagaimana dengan guru. Inilah ladang jihad guru untuk terus mengingatkan agar para siswa-siswi bisa memanfaatkan waktu untuk belajar dan smartphone sebagai alat penunjang belajar. Atau ada waktu untuk melihat smartphone.

Guru kreatif tak pernah mati gaya. Ada saja yang harus dilakukan demi menggerakkan murid-murid untuk belajar, tetapi tidak meninggalkan smartphone.

Terus terang banyak aplikasi yang bisa menunjang untuk pembelajaran. Apalagi zaman sekarang merupakan zaman digitalisasi. Maka itu, penulis memperkenalkan blog sebagai media pembelajaran para siswa. Penulis mencoba mewajibkan seluruh siswa menggunakan blog untuk mengerjakan tugas-tugas. Mereka harus meng-share tugasnya lewat blog selanjutnya dishare ke WhatsApp group. Penulis tinggal melihat dan mengoreksinya.

Tentunya suatu yang baru butuh proses dan kesabaran untuk terus mengajak para siswa memanfaatkan smartphone sebagai media pembelajaran. Sehingga tidak akan terjadi generasi santai yang pada akhirnya merugikan diri sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Duta Guru Inspiratif DKI Jakarta; Anugerah GTK Madrasah Berprestasi Tingkat Nasional 2024.

Hadiah dari Allah yang Terabaikan

Tukang Minyak Keliling Pencetak Para Sarjana