Kedatangan Bunda Doktor
Kedatangan Bunda Doktor
Cing Ato
#Catatanhariansangguru
Mentari telah keluar dari peraduan, sinar matanya yang indah menyinari alam sekitar. Para pencari kehidupan mulai memenuhi jalan. Tak ketinggalan para pemburu ilmu pun bergegas memburu ilmu-ilmu yang berserakan.
Saya pun tidak ingin ketinggalan, mempercepat langkah walau sudah 4 tahun belum bisa berpijak tanah. Tepat waktu itu yang masih tertanam dalam diri. Walau dalam kondisi yang tidak lazim, tetap berangkat sebelum terlihat mentari.
Ketika asisten pribadi sedang mempersiapkan peralatan mengajar, saya pun sedang asyik ngutak-ngatik gawai memanfaatkan waktu untuk menulis sebuah artikel sederhana untuk disetorkan ke website YPTD. Kebetulan saya sedang mengikuti 40 hari menulis tanpa henti KMAB YPTD.
Tiba-tiba pintu ruang UKS terbuka, mata saya langsung menoleh ke arah pintu."Loh, kepala madrasah dengan seorang ibu," ujarku dalam hati.
"Nah, ini pak Harto," ucap kepala memperkenal saya dengan seorang ibu.
"Loh, kita kan pertemanan," ucap ibu.
Saya hanya diam membisu sambil melihat ibu yang berdiri di depan pintu. Saya lihat beliau sedang memegang salah satu buku yang saya tulis.
"Saya kok, lupa nama bunda." ucap saya. Padahal saya memang belum kenal. Ha...ha...ha...
Beliau menunjukkan name tag yang terpasang di atas dada. "Wow, bunda seorang doktor, hebat. Saya kalah," ucapku sambil takjub.
Saking terpesona dengan gelar di depan namanya sehingga saya samar-samar melihat namanya, karena penglihatan saya fokus pada gelar. Kalau tidak salah lihat nama beliau Dr. Darliyah,........
Beliau memperkenalkan diri bahwa beliau pensiunan guru di SMP 30 Jakarta Utara.
Yang membuat saya takjub kepada beliau adalah beliau melanjutkan ke S3 ketika sudah pensiun. Sungguh sangat menginspirasi saya.
Beliau bilang kepada saya "kamu pasti sembuh dan bisa melanjutkan ke S3." Beliau pun mendoakan sambil mengurut jari saya yang tertekuk. Saya hanya mengaminkan saja.
Beliau banyak bertanya seputar tulis-menulis dan menerbitkan buku. Sementara pak kepala madrasah menimpali atau memperjelas apa yang saya lakukan dalam kondisi serba keterbatasan sebagai penyintas GBS.
Pembicaraan dihentikan sementara, karena saya harus mempersiapkan alat-alat bantu untuk proses pembelajaran. Maklum dalam keterbatasan sehingga butuh waktu untuk mempersiapkan alat-alat. Ketika para siswa datang ke ruang khusus untuk saya mengajar, saya sudah siap segalanya.
Beliau dan kepala madrasah meninjau para siswa yang akan mengikuti psikotes. Sementara saya menuju ruang kelas.
Di menit-menit akhir pembelajaran, beliau masuk ke kelas saya. Saya menyambutnya dengan baik dan mempersilahkan beliau untuk bicara dengan para siswa.
Beliau berkata kepada para siswa"Gurumu seorang motivator dan inspirator, karya-karyanya sangat menginspirasi." Saya hanya terdiam saja atas sanjungan beliau.
Kedatangan beliau saya tidak sia-siakan. Saya minta salah satu siswa untuk mengabadikan saya dengan beliau. Dengan sigap beliau mengambil dan membekap buku karya ketiga saya--Menuju Pribadi Unggul-- erat-erat. Jepret jadi deh foto kenangan bersama bunda Dokter.
Pertemuan yang sangat mengesankan dan menginspirasi bagi saya.
Salam literasi
Komentar
Posting Komentar