Aku Pikir Hanya Kembang Tidur
Aku Pikir Hanya Kembang Tidur
Cing Ato
#CatatanHarianGuruBloggerMadrasah
Waktu sedang dirawat di ruang HCU rumah sakit RSCM penulis sering bermimpi. Di antara salah satu minpi penulis, yaitu;putra pertama membelikan sebuah kendaraan roda empat. Sehingga ketika beliau datang membesuk bersama teman-temannya penulis pinta agar beliau menghantarkan teman-temannya.
Namun, ada sedikit yang mengusik hati penulis sehingga penulis sedikit gundah gulana. Karena ketika parkir ditempat tetangga yang masih status keluarga. Ia merusak dan membakar kendaraan itu.
Dalam mimpi itu juga penulis selalu dimusuhi, tapi penulis tetap tegar sementara beliau yang memusuhi penulis terbakar hangus sebagian badannya.
Itulah gambaran sebuah mimpi hanya sebagai kembang tidur. Tidak boleh mempercayainya. Tapi, peristiwa yang penulis alami persis apa yang terjadi dalam kenyataan ini, hanya saja tidak seperti apa yang terjadi dalam mimpi.
Memang sebelum sakit, penulis punya mobil tua warisan mertua. Itupun diambil untuk mempermudah bolak-balik ngurusi tahlilan selama tujuh malam mertua dan juga buat pelatihan putra pertama kebetulan sekolah SMK jurusan mesin. Karena tidak punya tempat parkir, terpaksa parkir di jalan depan Musala.
Kebetulan ada yang nawari tanah, penulis pikir bisa dijadikan tempat parkir. Eh, setelah dibeli ternyata tanah yang dilewati mau dipagar sama yang punya tanah. Karena ada sedikit tanahnya terlewati ban kendaraan.
Akhirnya penulis bangun rumah petak, dan disisahkan satu meter lebih di depan dekat jalan. Karena kebetulan mobil saudara yang posisinya agak ke dalam melewati tanah penulis. Sementara mobil penulis dititipkan dirumah adik. Karena penulis kerja menggunakan motor.
Penulis jatuh sakit parah hingga harus cuti 1,6 tahun. Setelah masa cuti habis penulis kembali mengajar. Alhamdulillah, anak pertama membelikan mobil untuk dipakai kerja, karena mobil yang lama takut mogok. Alhamdulillah, dapat kontrakan garasi yang cukup aman.
Sudah 4 tahun yang katanya ingin dipagar, tidak dipagar-pagar. Ketika tempat parkir yang penulis tempati ingin dipakai oleh yang punya garasi, terpaksa mobil keluar. Untuk sementara waktu menempati rumah sopir yang masih saudara. Kebetulan melewati jalan itu.
Belum genap satu bulan, datang pesuruh yang punya tanah. Katanya ingin dipatok dan dibuatkan pagar. "Waduh, dahulu katanya mau dipagar, ternyata sampai 4 tahun tidak dipagar-pagar, sekarang ketika penulis parkir untuk sementara eh, malah mau dipatok dan dipagar. Aneh punya saudara. Padahal pagar itu tidak seberapa penting karena sudah ada pagar sebelumnya agak ke dalam sedikit dan tidak merugikan karena masih banyak sisahnya dari sekedar untuk jalan." Intinya secuil tanahnya tidak boleh dijadikan jalan mobil. Padahal penulis sudah memberikan akses jalan untuk kendaraan saudara yang berada agak dalam.
Jadi teringat peristiwa yang pernah dialami mertua di kampung, ketika mertua punya mobil. Jalan yang memang awalnya dilewati mobil, tiba-tiba diperkecil. Otomatis mobil tidak bisa masuk dan keluar. Alasan dipersempit katanya ngenakin orang yang di dalam dan katanya juga tanah itu asalnya miliknya.
Karena yang geser pagar itu kerja di sebuah perusahaan milik saudara mertua. Maka, mertua dan masyarakat yang di dalam lapor. Langsung tanah jalan itu dibeli dan diwakafkan oleh saudara mertua yang punya perusahaan. Berapa bulan kemudian yang menggeser pagar diusir istrinya, karena tertangkap selingkuh. Ternyata itu tanah istrinya.
Penulis tidak bisa berbuat banyak, karena memang tanahnya. Beliau berdalih"Saya magar tanah saya, bukan jalan." Sudahlah penulis tidak ingin ribut dengan saudara. Biarlah nanti juga ada jalan keluarnya. Untuk sementara diparkir di depan rumah encing/bibi. Ya, begitulah manusia ego, lebih mementingkan diri daripada nilai persaudaraan.
Hidup itu tidak lurus laksana mistar, dia berliku-liku. Kadang menuruni lembah, kadang mendaki bukit, dan kadang tenggelam di lautan. Penulis menyadari hal itu dan penulis sudah biasa menghadapi ujian hidup. Cukup bersabar dan mencari solusinya. Insya Allah, pasti ada jalan keluarnya.
Firman Allah.
"Dibalik kesulitan pasti ada kemudahan..."
Kebetulan sebelum penulis beli tanah itu, salah satu keluarga sudah punya mobil dan melewati jalan dan tanah itu.Terpaksa mobil saudara-- anak-anak yatim-- itu keluar untuk sementara parkir di halaman sekolah. Kebetulan ibunya mengajar di sekolah itu.
Sedangkan penulis masih mencari tempat parkir yang terdekat, agar setelah subuh penulis bisa pakai untuk mengajar.
Begitulah hidup tidak semua orang senang melihat orang lain senang.Terkadang mereka yang tidak senang merasa tersaingi, dengan berbagai cara dan alasan, mereka berusaha untuk mengganggu dan menghalangi.
Komentar
Posting Komentar