Waktu yang Hilang

Waktu yang Hilang Sia-sia.

#Catatan harian sang guru

Mentari pagi telah keluar dari peraduan. Sinarnya yang lembut menyinari alam semesta. Pertanda bergulirnya waktu dari waktu kemarin ke waktu sekarang. 

Waktu yang lalu telah meninggalkan sejuta kenangan, baik  suka maupun duka. Ia takkan pernah kembali lagi selama-lamanya.

Waktu sekarang merupakan waktu kesempatan untuk melakukan hal-hal baru. Sejuta harapan ada di waktu ini. 

Genggamlah kesempatan ini erat-erat. Jangan biarkan sedetikpun waktu itu berlalu tampa makna. Berbuatlah hal-hal bernilai dan bermanfaat untuk diri dan orang lain.

Jangan risaukan hari esok, karena ia penuh misteri. Kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi. 

Jika hari ini kita telah melakukan hal-hal yang positif, pasti esok hari akan berbuah positif. Andaikan tidak, itu di luar kuasa kita. Yang terpenting bagi kita hari ini harus melakukan hal-hal yang bermakna.

Sering para guru menemukan para siswa yang tidak siap belajar. Terbukti banyaknya nilai dan tugas yang di bawah standar yang telah ditentukan. 

Bukan mereka tidak bisa mengerjakan, hanya saja mereka tidak memanfaatkan waktu yang ada, ditambah mental sang pembelajar yang belum menghujam dalam pikiran mereka. Di tambah lagi tekanan sekolah untuk meng-KKM-kan nilai para siswa. Menambah deretan panjang kemalasan.

Kini mereka sedang menghadapi ujian atau penilaian akhir tahun. Sebagai syarat untuk naik kelas. 

Penilaian Akhir Tahun masih menggunakan smartphone padahal sudah tatap muka 100 %. Sementara di belahan sana mereka sudah memakai kertas. Mungkin untuk menghemat biaya dan mudahnya pengoreksian. Ya, itu sah-sah saja. Yang terpenting PAT terlaksana sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Yang perlu diperhatikan oleh sekolah/guru, banyak dari mereka yang mencari jawaban lewat smartphone juga. Memang semua pasti ada plus dan minusnya.

Anak milenial kini berhadapan dengan digitalisasi, hampir semua kehidupan menggunakan alat digital. Dan tidak dipungkiri semua anak usia sekolah sudah bermesraan dengan teknologi, bahkan balita pun sudah bermesraan, baik yang di desa apalagi di perkotaan. Ditambah dengan pandemi corona yang mengharuskan memakai smartphone.

Smartphone itu bebas nilai, tergantung yang menggunakan. Jika yang menggunakan untuk hal-hal positif sangat menguntungkan. Tetapi, bagi mereka yang belum siap-- para siswa -- akan terlena dan asyik-maksyuk hingga waktu yang banyak hanya digunakan untuk bercengkrama dengan smartphone.

Memang kasian melihat mereka yang seharusnya menggunakan waktu untuk belajar dan meningkatkan prestasi. Hampir semua waktu digunakan untuk bermain smartphone. Apalagi suguhan smartphone lebih menarik daripada yang disuguhkan guru.

Ya, ironi sekali. Tapi inilah yang terjadi di hadapan kita. Kita tidak bisa lari dari hal ini, tapi semua pasti ada jalan keluarnya. Tinggal bagaimana pengawasan orang tua  dan guru di sekolah.







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Duta Guru Inspiratif DKI Jakarta; Anugerah GTK Madrasah Berprestasi Tingkat Nasional 2024.

Hadiah dari Allah yang Terabaikan

Tukang Minyak Keliling Pencetak Para Sarjana