Menerbitkan Buku GBS
Menerbitkan buku GBS Menyerangku
Part 10
#Menulisdikalasakit
Sambil menulis kisah nyata yang penulis alami, penulis mencoba untuk membuka laptop. Dengan dibantu istri laptop ditaruh ditempat tidur, sementara tempat tidur sedikit ditinggikan agar badan penulis terangkat sehingga bisa menjangkau laptop.
Mencoba menyentuh hurup-hurup yang ada pada keyboard laptop, ternyata jari belum bisa menekan tombol huruf, karena masih lemah. Jari jemari penulis kaku semua seperti pagar yang berdiri, kecuali jari manis dan kelingking tangan kiri yang bengkok.
Dengan menggunakan jari tengah mencoba menekan setiap huruf yang diinginkan, walau pun masih lemah penulis terus paksakan untuk menulis, akhirnya seiring bergantinya waktu dan berubahnya musim, seiring itu pula jari tengah bisa menekan tombol-tombol laptop.
Satu persatu artikel-artikel yang penulis simpan di Facebook dan blog dipindahkan ke laptop. Sehingga terkumpul ratusan halaman dengan puluhan judul. Setelah terkumpul semua, baru penulis edit artikel demi artikel. Tidak mudah mengedit tulisan, butuh fokus dan butuh kesabaran. Terkadang dalam mengedit bisa saja kalimat yang terdelet, karena rancu. Terkadang juga mengganti kata-kata non baku menjadi baku sesuai ejaan bahasa yang berlaku.
Mengedit bukan pekerjaan mudah, maka dibutuhkan waktu yang pas. Memang sebenarnya mengedit tugasnya editor. Tapi tidak salahnya kita sendiri yang mengedit sebagai pengedit awal, selanjutnya serahkan kepada editor yang paham akan ketatabahasaan.
Penulis tidak cukup sekali mengedit sebuah tulisan, bisa berkali-kali. Terkadang ada saja yang terlewatkan.
Jika sudah selesai diedit semua. Lalu penulis menyerahkan draf buku ke penerbit. Kebetulan penulis kenal dengan penerbit Indi, maka penulis serahkan kepada penerbit.
Pada buku kedua ini, penulis yang membuat ilustrasi cover depan, selanjutnya penerbit yang menyempurnakan. Sebenarnya penebit sudah menyiapkan segalanya, mulai dari editor, layout, cover buku, ISBS, penerbitan, dan percetakan. Penulis tinggal membayar ongkosnya.
Buku kedua ini saya beri judul GBS Menyerangku;Kisah Nyata Seorang Guru Bergulat dengan Penyakit Langka dengan Menulis.
Alhamdulillah, buku GBS Menyerangku banyak yang tertarik, bahkan ada yang borong sehingga beberapa kali dicetak.
Komentar
Posting Komentar