GBS Menyerangku

GBS Menyerangku
Part 7

#MenulisfikalaSakit

Ketika sedang menikmati buku perdana, tiba-tiba ujian Tuhan datang menyapa. Hanya dengan hitungan jam tubuh yang tinggi kekar tumbang tak bergerak sama sekali, hanya tersisah mata, pendengaran, memori. Karena hampir seluruh syaraf lumpuh sampai-sampai nafas pun harus dibantu oksigen dan ventilator.

Guillain Barre Syndrome (GBS) nama penyakitnya. Penyakit langka yang  bisa  menyerang siapa saja. Tidak pandang usia, baik masih balita sampai tua bangka bisa terserang penyakit ini. Penyakit ini terjadi karena autoimun lemah sementara virus yang ada ditubuh menyerang dengan ganas.

Ada tiga tingkatan untuk penyakit GBS, yaitu:
Tingkat rendah tingkat sedang, dan tingkat tinggi. Penulis termasuk tingkat tinggi atau tingkat kronis. Hampir 4,5 bulan dirawat di Rumah sakit RSCM. 1, 5 bulan di ruang ICU, 2 ,9 bulan di ruang HCU, dan 1 bulan di ruang inap biasa.

Pulang dalam kondisi sakit, karena lama terbaring hingga bokong luka parah sampai terlihat tulangnya. Dengan perawatan keluarga dan saudara Alhamdulillah, luka bokong 4 bulan sembuh. Sementara tubuh masih tidak bisa bergerak selama satu tahun, setelah 1,5 tahun tubuh mulai sedikit-dikit ada yang bergerak.

Selama 1,5 tahun tidak bisa melakukan aktivitas, hanya melamun di dalam kamar. Bete dan suntuk sudah pasti, bahkan hampir sedikit setress. Bagus kamar penulis disetting seperti kamar rumah sakit. Di depan tempat tidur tersedia televisi yang menempel pada tembok. Setidaknya sedikit menghibur, namun penulis belum mampu memegang remot, sehingga tidak pernah ganti channel. Kecuali jika ada orang yang mendampingi, bisa minta bantuan. 

Di samping kiri berdiri dua tabung gas oksigen yang cukup besar, disamping kanan tersedia alat sedot dan uap. Di atas dinding atas tersedia AC, karena ruangan kamar tidak boleh debu masuk, karena leher penulis masih menggunakan alat trakeastomi. Sementara tempat tidur yang penulis tiduri tempat tidur rumah sakit, agar bisa disetting.

Tepat 1,6 tahun tangan ini bisa menyentuh smartphone. Ketika penulis sedang melihat televisi, tiba-tiba ada suara smartphone istri berbunyi. Secara spontanitas penulis meminta diambilkan smartphone istri yang tertinggal di rumah. Dengan bantuan asisten rumah tangga penulis minta smart phone diletakkan di atas dada penulis dengan dialasi bantal. Penulis menyentuh layarnya ternyata bisa. "Alhamdulillah, berarti saya bisa memainkan smartphone,"kata hati.

Setelah istri pulang mengajar penulis langsung menanyakan smart phone kepada istri. Istri langsung mencari smartphone penulis yang sudah 1,6 tahun tidak pernah dilihat. Istri memberikan smartphone kepada penulis, sayang pada saat itu nomornya sudah tidak aktif. Dengan cepat istri langsung mengganti nomor baru.

Penulis juga minta dibelikan alat bantu smartphone agar bisa disangkutkan di jari kiri penulis. Jadi smartphone bukan dipegang, tapi disangkutkan. Mulailah penulis melacak Facebook yang pernah penulis buat. Butuh waktu tiga hari baru terlacak password-nya.

Alhamdulillah, Facebook terbuka. Sejak itu penulis memposting tentang kondisi penulis. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Duta Guru Inspiratif DKI Jakarta; Anugerah GTK Madrasah Berprestasi Tingkat Nasional 2024.

Hadiah dari Allah yang Terabaikan

Tukang Minyak Keliling Pencetak Para Sarjana