Miskin Attitude
Miskin Attitude
#CatatanHarianSangGuru
Jam pelajaran kedua sudah habis, masuk jam ketiga. Saya sedikit terlambat karena harus ke kamar mandi. Setelah selesai saya pinta orang yang membantu saya untuk mendorong kursi roda ke ruang kelas.
Biasanya saya selalu menyambut para peserta didik. Saya sudah ada di kelas sebelum peserta didik masuk kelas. Karena saya harus mempersiapkan alat bantu mengajar.
Peserta didik, saya lihat sudah masuk semuanya. Sebelum masuk kelas saya berhenti di depan kelas dan kebetulan bertemu dengan salah satu pendidik. Saya sekedar bertanya.
"Coba perhatikan ke dalam kelas bunda, adakah yang janggal di kelas," suruh saya kepada teman pendidik.
"Ada pak," jawab teman pendidik.
"Kita belum berhasil mendidik bunda. Kita terlalu fokus menciptakan cerdas nominal. Bahkan kita terlalu bangga dengan nominal itu. Tapi kita lupa ada hasil pendidikan yang lebih jauh dan bahkan sulit terukur. Ya, memang sulit diukur dengan nominal. Tapi indikator-indikatornya bisa dijadikan alasan bahwa pendidikan itu berhasil.
Suatu hari saya secara tidak langsung mendengar salah satu narasumber dalam sebuah webinar di Kankenag kota Jakarta Timur. Kebetulan istri saya sedang mengikutinya secara online. Secara kebetulan juga saya ada di sampingnya sambil mendengarkan.
Ada kalimat yang saya garis bawahi dari salah satu yang diucapkan narasumber.
"Kalau Pendidikan di sekolah/ madrasah itu orientasinya hanya kepada nilai nominal ujian itu salah jalan. Itu bukan sekolah atau madrasah, tetapi itu lembaga kursus."
Orientasi pendidikan sekolah lebih ditekankan pada pembentukan karakter. Jika karakter-karakter ini menjadi sebuah kebiasaan, maka akan membentuk sebuah kepribadian. Nah ini, yang terkadang kurang diperhatikan oleh Pendidikan formal pada umumnya.
Nilai-nilai yang diperoleh peserta didik hanya sebagai penghias selembar kertas yang bernama ijazah. Di mana fungsinya tidak terlalu banyak dalam kehidupan. Kertas itu hanya sekali-sekali saja, jika dibutuhkan. Tapi nilai-nilai karakter hampir setiap kehidupan itu berguna. Jika karakter-karakter tersebut kurang diperhatikan oleh Pendidikan dalam hal ini sekolah/madrasah. Maka, sudah dipastikan peserta didik jauh dari nilai attitude.
Dalam pikir saya ada betulnya juga statement narasumber tersebut. Selama ini pendidikan orientasinya hanya terfokus kepada nilai ujian. Bahkan untuk mendongkrak nilai yang lebih fantastis, pihak sekolah mengadakan pembelajaran di luar jam efektif. Artinya jam efektif yang ada tidak cukup untuk membuat nilai berobah, padahal jam mata pelajaran tersebut lebih besar jumlahnya daripada mata pelajaran lainnya.
Ujian Nasional (UN) sudah dihapuskan, karena syarat dengan kepentingan para founder. Di samping itu juga masih terjadi ketimpangan pendidikan di kota dan di pelosok-pelosok daerah-daerah terpencil.
Kini pendidikan sekolah dan madrasah cukup melaksanakan ujian skala lokal. Tetapi tetap mengacu kepada kisi-kisi nasional. Artinya ujian tidak seseram Ujian Nasional.
Nah, disinilah seharusnya pendidikan lebih fokus pada pendidikan karakter. Sebenarnya jika karakter itu bisa ditanamkan kepada peserta didik pasti akan mempengaruhi hasil ujian. Contoh, bagaimana sekolah mendesain agar peserta didik menjadi manusia pembelajar. Jika peserta didik sudah tertanam menjadi pembelajar. Tidak perlu menunggu perintah guru untuk belajar.
Kembali kepada permasalahan di awal. Ketika saya melihat ke dalam kelas masih banyak kursi yang masih tertata di atas meja. Tidak ada seorang pun peserta didik tergerak hatinya untuk menurunkan. Sehingga pemandangan kelas tidak indah.
Saya pun bertanya.
"Coba perhatikan! Adakah yang janggal di kelas ini?" Tanya saya kepada peserta didik.
Mereka hanya terdiam membisu. Pertanyaan saya ulang kembali. Baru mereka berbisik-bisik.
"Kursi,...kursi,...kursi turunkan," bisik mereka.
Tapi hanya sebatas berbisik tidak ada yang bergerak. Saya pun hanya terdiam melihat tingkah laku mereka. Mereka tahu saya sedang memperhatikan. Lalu ada seorang siswi yang bergerak untuk menurunkan, sementara yang lain hanya terdiam. Padahal kursi cukup banyak.
Saya pun berbicara kepada mereka. "Anak-anakku, sekolah bukan saja mengajar kamu untuk menjadi orang pintar, tapi ada yang lebih utama dari itu, yaitu sikap, etika, akhlak atau attitude. Ingat anak-anakku, banyak orang-orang sukses menjadi pemimpin bukan karena dia pandai, tetapi mereka mempunyai nilai attitude lebih tinggi.Jangan bangga nilai perolehanmu tinggi, tapi attitude mu rendah. Rasa peduli mu tidak ada, jujurmu hilang, tingi hatimu melangit, disiplinmu rendah, semangat belajarmu timbul tenggelam, dan lain-lainnya."
Maka ada orang bijak mengatakan dalam masalah pendidikan.
"Dahulukan adab daripada ilmu." Mungkin hal ini ada betulnya. Mengingat kita lihat dewasa ini banyak mereka yang kurang adab dalam bertutur kata, padahal mereka bukan orang bodoh. Mereka orang-orang terdidik, tapi miskin attitude atau Akhlak.
Maka itu, pendidikan seyogyanyalah lebih mempersiapkan dan mengonsep pendidikan karakter di samping nilai angka yang dikejar.
Komentar
Posting Komentar