Bukan Barang Baru
Berbeda Awal Puasa
Jumat, 31 Maret 2022
#CatatanHarianSangGuru
Perbedaan penetapan awal dan akhir Ramadan, bukan barang baru. Sejak penulis kecil sudah sering terjadi. Hendak bagaimana lagi? Yang namanya perbedaan tak bisa mempunyai titik temu. Dipertemukan saja dalam wadah yang sama tetap saja berbeda. Laksana Minyak dan air disatukan pada satu wadah, tetap saja berpisah.
Setingkat menteri saja tidak bisa menyatukan, apalagi di bawahnya. Urusan keyakinan memang tak bisa dipaksakan. Hanya saja pemerintah lewat menteri agama bersifat menghimbau untuk saling menghormati keyakinan masing-masing. Yang mengawali puasa pada hari Sabtu tanggal 2 April silahkan dan yang pada hari Ahad tanggal 3 April monggo.
Moderasi beragama sangat urgen dalam bingkai NKRI. Saling menghormati dan menghargai keyakinan masing-masing merupakan sebuah keharusan dalam menjaga kerukunan beragama dan berbangsa.
Selagi sumber dan pola pemahaman berbeda, maka perbedaan itu pasti akan terjadi. Di dunia Islam dalam penetapan awal dan akhir Ramadan menggunakan dua cara, yaitu: Hisab dan Rukyah.
Hisab (Ilmu hitung), dengan hisab para ahli mampu mengetahui kapan jatuhnya awal dan akhir bulan Qomariyah. seperti penetapan hari raya idul Fitri pada tahun 2022 ini. Begitu juga pada waktu-waktu salat yang selama ini tertera pada kalender. Itu dikerjakan dengan menggunakan Hisab. Bahkan untuk mengetahui gerhana matahari dan bulan hisab mampu memprediksi. Dewasa ini umat Islam lebih banyak menggunakan hisab daripada rukyah. Contoh sederhana, ketika hendak menentukan waktu salat orang lebih fokus kepada jam dinding masjid dan musala daripada orang itu berlari di tengah lapangan untuk berdiri memastikan waktu salat telah tiba.
Rukyah atau dikenal dengan Rukyatul hilal, yaitu: melihat bulan sabit untuk menandakan pergantian bulan Qomariyah. Jika nampak, maka pada saat itu tanggal berubah menjadi tanggal satu. Dalam penentuan awal bulan Qomariyah dimulai dari terbenamnya matahari, jadi setiap terbenam berubah tanggal. Berbeda dengan tanggalan Masehi dimulai dari tengah malam.
Dalam rukyah pun terkadang terjadi perbedaan tentang terlihat atau tidaknya bulan sabit. Mereka mempunyai patokan tersendiri -- ada yang dua derjah sudah bisa dilihat dan ada juga yang bilang belum bisa -- Sehingga terkadang mereka yang memakai rukyah sendiri terjadi perbedaan.
Bagaimana sikap kita sebagai orang awam? Terserah kita mau ikut yang mana. Yang terpenting bagi kita jaga kerukunan, saling menghormati, dan menghargai perbedaan. Terus bagaimana dengan para ahli yang menetapkan? Mereka berijtihad. Dalam berijtihad. Jika salah mereka mendapatkan pahala satu dan jika benar mereka mendapatkan pahala dua.
Selamat menunaikan ibadah puasa, jangan lupa niat sebelum terbit matahari.
Salam literasi
Suharto
Guru Blogger Madrasah
Pegiat Literasi Madrasah
Penulis buku
Teacher MTsN 5 Jakarta
Selmat menyambut bukan romadhon cing guru .
BalasHapusSemoga diberi kesehatan agar terpenuhi romadhon tanpa kendala. Aamiin ya Allah
Benar cing perbedaan penetapan 1 Ramadhan dan 1 Syawal bukan hal yg baru LG intinya kita jaga persatuan
BalasHapusSelamat menyambut Ramadhan dengan suka cita semoga diberi kemudahan,kekuatan dan kesehatan dalam melaksanakan shoum Ramadhan'