Bagaimana Pengawasannya?

Bagaimana Pengawasannya?

#CatatanHarianSangGuru

Senin, 14 Maret 2022 seluruh Madrasah  Tsanawiyah di DKI Jakarta melaksanakan  penilaian akhir tahun (PAT) kelas IX.

Penilaian Akhir ini digunakan untuk mengisi nilai raport kelas IX.  Hampir semua mata pelajaran diikut sertakan, kecuali yang bersifat praktik seperti penjasorkes. 

Di tengah masih penerapan PTMT,  madrasah mencoba melaksanakan PAT dengan sistim daring. Artinya pelaksanaan dengan sistem jarak jauh. Agak sedikit kebingungan ketika memakai sistem PTMT, peserta didik separuh di madrasah dan separuh di rumah. Jika memakai kertas bagaimana yang PJJ. Siapa yang mengantar soal ke rumah peserta didik. Akhirnya disepakati dengan sistim PJJ serentak.

Namun yang menjadi permasalahannya adalah bagaimana dengan pengawasannya? Ada pengawasan di dalam kelas saja terkadang peserta didik berani untuk tidak jujur, apalagi jauh dari pengawasan.

Sebenarnya bisa saja pihak madrasah melaksanakan PAT kelas 9 dengan sistim PTM full. Tentunya kelas 7 dan 8 ada yang di PJJ- kan. Toh, selama ini peserta didik sudah terbiasa PJJ.

Penulis tidak paham dengan pola pikir yang dilaksanakan pihak madrasah. Mungkin anggaran tidak tersedia atau ada kemungkinan alasan lain. Sepengetahuan penulis biasanya pembiayaan penilaian akhir semester atau akhir tahun ada anggarannya, terutama pembiayaan penggandaan soal. Ya, mungkin tahun ini tersedot untuk penanganan protokol kesehatan covid-19. 

Corona membuat pendidikan menjadi terganggu, terutama pendidikan yang diterapkan di luar pondok pesantren. Bagi pondok pesantren tidak ada kendala aman-aman saja. Proses pendidikan berjalan lancar sebagaimana mestinya.

Terkadang kasihan melihat peserta didik. Tidak full menerima proses pendidikan.
Apalagi diperparah dengan pola penggunaan gawai. Peserta didik lebih senang berlama-lama di gawai untuk melihat medsos daripada belajar. 

Semangat belajar sangat minim, apalagi adanya sistim KKM dan remedial. Peserta didik berpikiran jika sudah remedial berarti nilai sudah KKM. 

Yang ada di otak peserta didik tidak perlu belajar,  cukup ikut remedial nilai pasti KKM. Bagai buah simalakama bagi guru. Ingin ideal terbentur dengan keadaan. Dan pada gilirannya hilang idialismenya. Akhirnya berkata "Ya, sudahlah... ."

Corona membuat peserta didik malas belajar dan hilang kejujurannya. Semoga Corona cepat berlalu dan proses pendidikan berjalan sebagaimana mestinya.

Salam literasi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Melangitkan Doa

Duta Guru Inspiratif DKI Jakarta; Anugerah GTK Madrasah Berprestasi Tingkat Nasional 2024.

Hadiah dari Allah yang Terabaikan