Satu Bapak
Hawa sejuk pagi terasa merasuk kedalam raga, tak pelak Marni menarik mantel untuk membalut tubuhnya. Pepagi buta Marni sudah beraktivitas di dapur untuk mempersiapkan sarapan pagi untuk suami dan anak-anaknya.
Suami dan anak-anaknya terbangun karena mencium aroma masakan dari dapur.
"Hmmm, aroma masakan ibu membuat perutku berdendang ria," ucap Farel.
Farel langsung menuju dapur ingin rasanya melalap olahan sedap ibunya. Baru saja tangan hendak menyentuh makanan, tetiba...
"Hei, Farel bersih-bersih dahulu di kamar mandi," larang ibunya.
"Ah, ibu. Farel lapar sekali," rengek Farel.
"Kamu sudah besar tidak boleh seperti itu, ayo cuci muka dan tangan terlebih dahulu."
"Iya, Bu... ."
"Nah, begitu. Itu namanya anak kesayangan ibu."
Farel langsung menuju ke kamar mandi dan ibunya sedang menyiapkan sarapan pagi. Sementara bapaknya sedang berada di teras depan duduk-duduk santai.
Setelah selesai dari kamar mandi langsung menuju meja makan.
"Farel," panggil ibunya.
"Iya, Bu ada apa?" Jawab Farel sambil balik bertanya.
"Panggil bapak untuk sarapan."
"Baik Bu."
Farel memanggil ayahnya untuk sarapan bersama. Mereka sarapan bersama. Suasana kebersamaan keluarga Farel sangat terasa ketika sarapan bersama.
Bertahun-tahun mereka hanya bertiga. Sebenarnya Sudarma ayahnya Farel ingin sekali mempunyai anak lagi. Tapi Tuhan hanya mengaruniai seorang anak.
Farel pun sudah dewasa dan bekerja disebuah perusahaan jauh dari rumahnya. Farel indekost dekat perusahaan tempat ia bekerja. Sebulan sekali dia pulang untuk melihat ibunya. Ibunya terkadang sendirian di rumah, karena bapaknya sering keluar kota terkadang satu Minggu tidak pulang.
Untuk menghindari kebosanan, ibunya membuka usaha toko kelontong di depan rumahnya, kebetulan lokasi rumah di depan jalan.
Ketika Farel sedang berjalan-jalan di sebuah swalayan, Farel bertemu Diana seorang gadis cantik. Farel memberanikan diri untuk berkenalan. Sejak itu beliau sering kontak-kontakan. Hubungan keduanya semakin dekat dan pada akhirnya beliau berdua sepakat untuk melanjutkan ke pernikahan.
Farel pun datang ke rumah Diana dan menyatakan kepada orang tua Diana untuk melamar Diana. Kebetulan Farel disambut oleh ibunya Diana, sementara bapaknya sedang keluar kota.
"Maaf bunda, kedatangan saya ke sini ingin melamar Diana untuk menjadi istri saya," ucap Farel.
"Bunda menerima lamaran Dek Farel menjadi suami Diana," jawab ibunya Diana.
"Terima kasih bunda,"
"Oh, iya Minggu depan silahkan orang tuamu ajak ke sini untuk berkenalan dengan keluarga bunda."
"Insyaallah, bunda saya akan ajak orang tua saya ke sini."
Setelah selesai Farel pamitan. Dia langsung pulang mengabarkan kepada ibunya. Ibunya setuju asal anaknya bahagia.
Minggu berikutnya keluarga Farel datang tanpa didampingi oleh bapaknya. Karena bapaknya sedang ada di luar daerah. Bapaknya mewakilkan kepada paman Farel untuk mendampinginya.
Sampailah keluarga Farel di rumah Diana. Dengan ramah keluarga Diana menyambut keluarga Farel. Sayang bapaknya Diana tidak ada di tempat masih berada di luar karena urusan bisnis.
Tanpa menunggu bapaknya Diana. Kedua keluarga membicarakan tentang hari pernikahan. Hari pernikahan akhirnya diputuskan.
Hari pernikahan sudah diambang pintu, bapaknya Farel dan Diana belum juga pulang dari dinas luarnya. Mereka harap-harap cemas, jika bapaknya Diana tidak hadir dalam pernikahan, batallah pernikahan.
Bapaknya berjanji pada acara pernikahan dia akan pulang itupun harus minta izin dahulu dengan bosnya.
Hari pernikahan pun tiba, semua tamu sudah memenuhi masjid untuk menyaksikan hari pernikahan Farel dan Diana.
Farel dan Diana sudah ada di tempat. Beliau berdua kelihatan bahagia, Karena sebentar lagi menjadi pasangan suami istri. Beliau berdua saling mengumbar senyum.
"Oh, bahagianya hati ini. Mungkin hari ini adalah hari yang terindah sepanjang hidupku. Oooh....," Ucap hati Diana sambil sekali-sekali menghela napasnya.
Begitu juga dengan Farel, bahkan dia sudah tidak sabaran menunggu bapaknya datang ke tempat pernikahannya.
Ibunya Diana terus mengontak bapaknya Diana.
"Pak, cepat tamu sudah banyak yang datang dan penghulu sudah tiba. Tinggal nunggu bapak," ucap ibunya Desi sambil sedikit gusar.
"Iya, Mah. Bapak sudah berada di gang jalan menuju rumah kita," jawab bapaknya.
Mobil yang membawa bapaknya Diana sampai di halaman masjid. Bapaknya keluar dari mobil lalu memasuki masjid.
"Nah, itu bapakku datang kata Farel," ucap Farel dalam hati.
"Alhamdulillah, bapakku datang. Jadi deh aku nikah," ucap hati Diana sambil tersenyum bahagia.
Kebetulan saat bapaknya Farel datang, ibunya pergi ke kamar kecil. Sehingga bapaknya disambut oleh ibunya Diana.
"Ayo pak, cepatan. Pak penghulu sudah lama menunggu," pinta ibunya Diana.
"Iya, Mah," jawab bapaknya Diana.
Duduklah bapaknya Diana untuk menikahkan anaknya. Sementara keluarga dari pihak Farel agak sedikit bingun karena bapaknya Farel ada dipihak keluarga Diana.
Ketika Bapaknya mengulurkan tangan kepada Farel. Farelpun mengangkat wajahnya. Sontak saja keduanya kaget.
"Farel... !"
"Bapak ....!"
"Loh, bapak kenal dengan Farel?" Tanya ibunya Desi agak kebingungan.
"Fa.. Fa....Fa... Farel anakku," jawab Bapaknya agak gugup.
Diana sontak kaget mendengar pembicaraan bapak dan ibunya.
"Jadi Farel anak bapak oh, Tuhan...," jelas Diana penuh ketidak kepercayaan. Dan dia tidak kuat menerima kejadian ini. Lalu dia pingsan.
Ibunya Farel tetiba muncul..
"Ada apa ini. Loh, ko Diana pingsan?" Tanya ibunya Farel.
"Farel kenapa ini?" Tanya ibunya lagi kepada Farel.
Farel tidak menjawab, bahkan menangis sejadi-jadinya, ternyata gadis yang sedetik lagi menjadi pasangan hidupnya adalah saudara satu bapak dengannya. Dan Farel langsung meninggalkan tempat pernikahannya.
Ibunya mengejar Farel keluar.
"Tunggu Farel, ada apa ini?"
"Tanya saja sama bapak."
Ketika ibunya hendak ke bapaknya Farel pihak keluarga mencegahnya dan semuanya diperintahkan untuk duduk agar Bapaknya Farel yang menjelaskan.
Bapaknya Farel pun menjelaskan duduk permasalahannya.
"Baik saya akan menjelaskan, sebelumnya saya minta maaf atas kejadian yang tidak diinginkan ini. Sebenarnya Farel dan Diana keduanya anakku," jelas bapaknya Diana dan Farel.
Tanpa banyak bicara ibunya Farel langsung meninggalkan tempat dan ibunya Diana tertunduk lesuh. Sementara Sudarma duduk tersipuh sambil mengelus kepala Diana.
"Maafkan bapak Desi, bapak telah merusak kebahagiaan Desi."
Komentar
Posting Komentar