Tua Terlunta
Tua Terlunta
Oleh : Suharto
********************************************
“Ya, Allah mereka telah meninggalkanku disaat aku sudah tak berdaya. Astaghfirullah... astaghfirullah... astaghfirullah... Ya, Allah ampunilah aku yang sudah salah jalan. Aku telah mengkhianati istri pertamaku. Kini aku dibalas oleh istri keduaku,” Rengek Karma kepada Sang Pencipta.
********************************************
“Pergi dari sini! Manusia tidak pernah bersyukur. Manusia tak pernah diuntung. Tinggalkan anak saya, dan angkat kaki dari rumah ini,” geram mertua.
Mertua masuk ke dalam kamar dan keluar dengan membawa seonggok pakaian lalu melemparkan seluruh pakaian itu ke luar. Karma—suami Marni—hanya memunguti pakaian yang berserakan di tanah.
Tidak banyak kata Karma meninggalkan rumah. Sementara istri dan anaknya hanya terdiam membisu tak bisa berbuat apa-apa. Di samping dia takut dengan orang tuanya dan juga agak kecewa dengan perbuatan suaminya.
Ingin rasa menangis, tapi apa daya ia takut dengan orang tuanya. Sepeninggal orang tuanya Marni langsung masuk kamar dan membenamkan diri dalam kasur seraya menangis sejadi-jadinya.
“Ya, Allah kenapa hal ini harus terjadi pada diriku? Tak kuat rasa hati berpisah dengan suamiku. Walau suami telah mengkhianatiku. Tapi dia tetap suami yang kucinta dan ayah dari anak-anakku. Ya, Allah. Aku harus bagaimana? Sementara orang tuaku sangat membenci suamiku.” Keluh istri Karma kepada Sang Pencipta.
Karma pergi membawa seonggok pakaian dan menuju rumah kontrakan wanita simpanannya. Seorang gadis yang ditemuinya di perusahaan tempat dia bekerja.
Gadis hitam manis itu memikat hatinya, sehingga Karma terperdaya dibuatnya. Padahal Karma sudah mempunyai istri yang sedang hamil dan dua anak yang masih kecil-kecil.
Kecantikan wanita muda itu membuat lupa segalanya. Padahal hidupnya sudah cukup sejahtera untuk ukuran orang kampung. Sudah punya rumah permanen – hadiah dari mertua—dan beberapa kontrakan. Ya, cukuplah kalau hanya sekedar untuk mencukupi kebutuhan hidup.
Entah setan mana yang merasuki jiwa si- Karma hingga tega mengkhianati istrinya. Rumah tangga yang dibinanya bertahun-tahun kini menjadi berantakan.
Sebulan setelah pengusiran, tanpa sepengetahuan mertua Karma mengendap-ngendap masuk untuk menemui istri dan anak-anak. Istrinya hanya diam terpaku sementara anak-anaknya berlari menghampiri dan memeluknya.
Karena suara teriakan anak-anaknya agak keras hingga terdengar oleh mertuanya. Dia pun was-was kalau-kalau mertuanya datang untuk mengusirnya lagi.
Betul saja dari kejauhan terlihat mertuanya menuju ke rumahnya. Dia pun tancap gas dan melompati pagar pembatas rumah. Anak-anaknya berlari mengejar sambil berteriak-teriak.
“Ayah...ayah...ayah...ade ikut. Ayah ... jangan tinggalkan ade.”
Karma tidak menghiraukan teriakan anak-anaknya. Dia kabur bagai seekor kelinci yang sedang diburu anjing. Karma begitu takut dengan mertuanya, disebabkan karena tertangkap basah oleh mertuanya sedang bermesraan dengan wanita lain.
Anak-anaknya hanya menangisi kepergian ayahnya. Tetiba neneknya membentak.
“Diam, jangan menangis. Ayo, masuk ke dalam.”
Anak-anaknya langsung terdiam dan masuk mengikuti neneknya.
Keesokan harinya semua kunci rumah diganti dengan kunci yang baru. Sehingga jika Karma datang tidak bisa masuk ke dalam rumah. Begitu benci mertuanya karena anaknya dikhianati cintanya.
Seiring bergantinya waktu dan berubahnya musim seiring itu pula istrinya menggugat cerai. Karena sudah tidak bisa dipertahankan lagi dan juga orang tua sangat berang, jika melihat suaminya. Selanjutnya mantan istri mendapatkan pengganti baru dan hidup berbahagia.
Sementara Karma kini tinggal dengan wanita muda pujaannya dengan menempati rumah petak milik seseorang dengan membayar setiap bulan.
Dari pernikahan ke duanya dikaruniai dua orang anak. Sesuana kehidupan beliau berubah jauh dari sebelumnya. Dahulu dengan istri pertama beliau mempunyai pekerjaan cukup lumayan, rumah tidak ngontrak dan bisa membangun rumah kontrakan di tanah istrinya. Namun, kini harus menyisihkan uang untuk membayar sewa rumah, listrik, air PAM, dan lain-lainya.
Seiring berjalannya waktu, umur bertambah dan tubuh mulai sakit-sakitan ditambah kecelakaan yang menderanya. Kesulitan ekonomi pun menghampirinya. Sering berpindah-pindah kontrakan karena tak sanggup membayarnya.
Perusahaan pun sudah tidak membutuhkan jasanya, karena sering didera penyakit. Yang menyedihkan lagi istri dan anaknya meninggalkan dia seorang diri.
“Mas, kalau hidup seperti ini terus aku sudah tidak kuat lagi bersama Mas.”
“Masmu sudah berusaha Dik, tapi perusahaan sepertinya menutup rapat-rapat untuk Masmu.”
“Bagaimana perusahaan hendak menerima, berjalan saja sudah terlunta-lunta.”
“Ya, sudah nanti Mas cari pekerjaan yang lain.”
“Ingat Mas kita dan anak-anak butuh makan dan biaya sekolah.”
“Iya, sudah Mas keluar dahulu mencari kerja.”
Ketika Karma keluar mencari pekerjaan, istri dan anak-anaknya keluar meninggalkan Karma. Setelah Karma kembali ke rumah kontrakannya sudah tidak menemukan istri dan anak-anaknya.
“Ya, Allah mereka telah meninggalkanku disaat aku sudah tak berdaya. Astaghfirullah... astaghfirullah... astaghfirullah... Ya, Allah ampunilah aku yang sudah salah jalan. Aku telah mengkhianati istri pertamaku. Kini aku dibalas oleh istri keduaku,” Rengek Karma kepada Sang Pencipta.
Wanita yang dahulu dia kejar hingga menghancurkan rumah tangganya. Kini hilang bak ditelan bumi. Bingung hendak dicari ke mana, sementara raga tak mampu mencari, karena berjalan saja terlunta-lunta.
Hidup di masa tua yang seharusnya tinggal menikmati hidup. Kini karma terlunta di masa tua. Tidak punya pekerjaan, tidak punya rumah, dan tidak punya saudara. Ditambah dengan penyakit yang menggerogoti tubuhnya.Tidur disembarang tempat dan makan meminta belas kasihan dari orang lain.
.................
Suharto (Cing Ato) kelahiran Jakarta suku Betawi. Guru MTsN 5 Jakarta. Seorang penyintas GBS. Sudah 3,5 tahun bergelut dengan penyakit yang melumpuhkan seluruh syaraf. Satu tahun tak bergerak. Setelah tangan mulai bergerak berusaha bangkit untuk melawan penyakit dengan cara menulis setiap hari melalui smartphone. Walau jari-jemari masih kaku berusaha untuk menyentuh layar keyboard smartphone Terbitlah 6 buah buku sepanjang tahun 2020-2021. Untuk tahun 2022 sudah menyiapkan beberapa draf buku yang siap diterbitkan.
Komentar
Posting Komentar