Nama Saya Jelek

Nama Saya Jelek


Pagi ini udara begitu sejuk dan ditemani oleh mentari yang cerah terlihat dari sinarnya yang indah menyinari alam semesta ini. Para petani sudah pergi ke sawah dan ibu-ibu sedang membersihkan halaman rumah. Sementara anak-anak sedang mempersiapkan diri untuk berangkat ke sekolah.

Hidup orang kampung yang terpenting ada beras dan garam sudah cukup. Sementara sayuran tinggal metik di kebun, jika ingin makan ikan tinggal serok di sungai, dan jika ingin daging ayam tinggal disembelih.

Urusan makan di kampung itu mudah, karena semua sudah tersedia, kecuali mencari uang rada susah. Maka itu, orang kampung sering pergi ke kota untuk mencari penghidupan yang layak.

Orang kampung, jika ingin memiliki sesuatu tidak jauh dari menjual sebidang tanah. Ingin punya kendaraan, pesta pernikahan, dan bahkan pergi haji pun hasil dari jual tanah.
Ya, karena itu yang lebih mudah dan cepat untuk mendapatkan uang.

Dari keturunanku ke atas hampir semua sudah pergi haji bahkan ayah dan ibuku sudah pergi haji. Ya, itu modal hasil jual pekarangan.

Suatu hari uyutku hendak menunaikan ibadah haji ke tanah suci bersama dengan suami. Setelah uang terkumpul uyutku pergilah ke kantor kementerian agama untuk mendaftar haji.

Karena yang mendaftar banyak, Maka dilayani secara bergantian. Satu-persatu para pendaftar dipanggil. Tibalah kepada uyutku yang perempuan.

"Silahkan Bu duduk," ucap petugas.
"Terima kasih pak," timpal uyutku.
"Maaf Bu namanya siapa?" 
"Nama saya Jelek Pak."
"Tidak apa-apa Bu."
"Sebut saja nanti saya tulis."
"Iya, nama saya Jelek."
"Ya, Allah Bu tidak papa itu pan pemberian dari orang tua."
"Aduh Pak, nama saya memang Jelek. Orang memanggil saya dengan panggilan Jelek."
"Jadi nama ibu Jelek."
"Iya."
"Aduh maaf Bu, saya pikir ibu malu nyebut nama karena jelek. Tetapi memang nama ibu Jelek."
"Iya pak, panggilan saya sehari-hari."
"Kenapa ibu dipanggil Jelek."
"Tidak tahu pak memang masih kecil dipanggil Jelek."
"Loh, ibu ini cantik putih bersih."
"Ya, namanya orang dahulu, kalau manggil anak sekata-katanya."

Para petugas cacatan haji mendengar pembicaraan tersebut tertawa. Ya, lucu saja seperti dalam komedian padahal itu benar terjadi dan itu dialami oleh uyutku.

Sebenarnya dari info yang aku dapat nama uyutku Juleha. Tetapi kenapa bisa di panggil Jelek. Aku tak habis pikir tentunya pasti ada sebabnya. Aku lihat uyutku bertubuh pendek dan kulitnya putih bersih. Pasti ketika gadisnya cantik sekali.

Uyutku waktu hidupnya sering datang ke rumahku. Aku sering ngobrol dengannya. Uyutku sering berpindah-pindah tempat dari anak yang satu ke anak lainnya. 

Suatu hari aku belikan buah anggur ketika aku pulang dari kuliah. Aku memang sayang kepadanya. Namun, umurnya tidak panjang. Uyutku meninggal menyusul suaminya yang telah lama meninggal. Aku tidak tahu wajah uyutku yang laki, karena aku lahir sudah tidak ada. Pernah aku lihat fotonya di salah satu rumah cucunya. Uyut lakiku tubuhnya gede tinggi dan putih bersih.







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Duta Guru Inspiratif DKI Jakarta; Anugerah GTK Madrasah Berprestasi Tingkat Nasional 2024.

Hadiah dari Allah yang Terabaikan

Tukang Minyak Keliling Pencetak Para Sarjana