Pemburu Sertifikat

Pemburu Sertifikat

Suharto
Penggiat Literasi Madrasah

#Kado Spesial untuk Sahabat Guru

Teringat waktu marak-maraknya pengajuan sertifikasi guru. Salah satu penambah point' adalah sertifikat. Kebetulan penulis pada pengajuan sertifikasi guru, cukup mengumpulkan berkas dari awal mengajar hingga pada saat pengumpulan berkas.

Setelah berkas dinilai oleh tim penilai dari perguruan tinggi negeri yang ditunjuk ternyata nilai pemberkasan saya kurang sedikit, sehingga harus tambah dengan kegiatan yang lain. 

Rezeki tak pernah tertukar ketika penulis butuh sertifikat, penulis mendapat undangan diklat selama dua pekan, tentunya mendapatkan nilai lumayan dan melebihi apa yang diminta. Alhamdulillah, akhirnya penulis lulus sertifikasi guru.

Melihat maraknya guru mencari sertifikat, banyak aktifis mengambil kesempatan dalam kesempitan, antara membantu atau peluang bisnis susah dibedakan. Mungkin sambil menyelam minum air. 

banyak bermunculan seminar dan pelatihan. Hampir setiap seminar peminatnya berjibun membludak hingga tak tertampung, panitia pun dibuat tergagap dan tidak mengatisipasi peserta. 

Sarana dan prasarana tak memadai, suara sound sistem kalah dengan gemuruhnya suara peserta. Materi yang disajikan narasumber pun tidak tersampaikan dengan baik. Sementara peserta yang lain sibuk memperhatikan dan peserta lainnya sibuk ngobrol.

Itulah realita yang terjadi di lapangan dan tidak bisa dipungkiri, terkadang yang ikut pelatihan berminggu-minggu saja tak ada yang bisa diterapkan dalam pembelajaran, apalagi yang hanya bersifat seminar.

Maka itu, para pemangku kepentingan membuat persyaratan kepada peserta pelatihan untuk membuat resume dari pelatihan tersebut, lalu disetor ke panitia, baru deh, sertifikat dikeluarkan atau diberikan.

Ada juga sekolah yang berinisiatif, setiap guru yang dikirim untuk mengikuti pelatihan diharuskan setelah selesai pelatihan memberikan presentasinya di hadapan guru-guru, tujuannya agar guru yang ikut pelatihan benar-benar menyerap ilmu ketika pelatihan dan juga agar guru-guru yang belum ada kesepakatan pelatihan mendapatkan ilmu yang sama. 

Dengan pola seperti itu, setidaknya guru yang ikut pelatihan atau seminar bukan sekedar memburu sertifikat, tapi juga menguasai ilmunya. 

Maka itu, terkadang selembar ijazah dan sertifikat tidak menjamin berkualitas atau tidaknya seseorang. Bahkan sederet gelar pun tidak menjamin berkualitasnya seseorang. Yang menunjukkan berkualitasnya seseorang karena keterdidikannya. 

Banyak dijumpai hampir setiap seminar atau webinar ada saja peserta belum apa-apa sudah mempertanyakan dapat sertifikat atau tidak, bahkan yang lucu narasumber sedang memberikan materi sempat-sempatnya mempertanyakan sertifikat. Bukan berarti sertifikat tidak penting, tapi ikuti saja acara dan ilmu terserap, pasti setiap yang terdaftar dapat sertifikat. Jika belum cukup hubungi panitia.

Tentunya tidak semua guru seperti itu, andaikan ada ya, paling satu, dua, dan tiga. Jelasnya semakin banyak mengikuti pelatihan, seminar, dan webinar guru semakin bertambah wawasannya. 

Sertifikat hanya sebagai bonus kerajinan untuk menambah angka kredit. Semakin guru banyak pelatihan atau seminar, ilmu dan sertifikat pasti didapat, pangkat pun meningkat, dan imcome pun berlipat.


Salam literasi




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Melangitkan Doa

Duta Guru Inspiratif DKI Jakarta; Anugerah GTK Madrasah Berprestasi Tingkat Nasional 2024.

Hadiah dari Allah yang Terabaikan