Menulis Sambil Rebahan
Suharto
Penggiat literasi Madrasah
MTsN 5 Jakarta
#MenepisKesulitanMenulis
Seiring bergulirnya waktu dan berubahnya zaman serta berkembangnya temuan-temuan baru di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, yang pada gilirannya mempermudah akses manusia untuk beraktivitas.
Di zaman serba digital semua akses kehidupan sudah menerapkan digitalisasi. Mau tidak mau kita harus menguasai teknologi, jika tidak kita akan tertinggal dengan yang lainnya.
Wabah Corona setidaknya menyadarkan semua orang terutama guru, akan pentingnya mempelajari dan memahami teknologi. Wabah Corona yang menyebabkan guru dan murid menjaga jarak sejauh-jauhnya, sementara proses kegiatan belajar tak boleh berhenti. Terciptalah BDR (belajar dari rumah) dan PJJ ( pembelajaran jarak jauh). Tentunya untuk terlaksananya semua itu kedua belah pihak harus berhadapan dengan teknologi.
Begitu juga dengan tulis-menulis, seiring bergantinya waktu dan berubahnya musim, seiring itu pula tulis-menulis semakin mudah dengan menggunakan teknologi. Dahulu orang tua-tua kita, ketika sekolah menulis menggunakan batu tulis, setelah ditulis harus dihapus tentunya sebelum menghapus harus dihafal terlebih dahulu. Begitu juga ada yang menggunakan kulit kayu, daun lontar, dan lainya.
Setelah ditemukan kertas, barulah menulis di atas kertas. Alat tulis pun mengalami perubahan, mulai dari memakai kampas, kapur, kayu, pensil, pulpen dan lainnya, selanjutnya beralih menggunakan mesin tik dan komputer. Proses menulispun harus dilakukan dengan duduk dan harus memakai alas berupa meja.
Kini menulis tidak perlu harus menggunakan komputer atau laptop, cukup dengan handphone atau smartphone. Tidak perlu menggunakan alat tulis seperti di atas, cukup dengan menyentuh layar keyboard jadideh ribuan kalimat. Menulis tidak harus duduk, sambil rebahan pun bisa dilakukan.
Tekhnologi sudah semakin canggih. Yang menjadi pertanyaannya adalah apakah dengan canggihnya teknologi berbanding lurus dengan kreativitas manusianya, terutama dalam tulis-menulis. Dengan menggeloranya virus literasi diberbagai belahan Nusantara ini, banyak bermunculan para penggiat literasi.
Penulis pun salah satu dari sekian banyak yang terpapar virus literasi. Sudah enam buku yang berhasil penulis tulis dalam kondisi serba keterbatasan. Cukup menggunakan smartphone sambil rebahan di kasur dan di kursi roda. Menulis disaat jari-jemari tak mampu untuk menggenggam dan kaki tak mampu dipijakkan. Hanya bermodal semangat mencoba menulis apa yang tersimpan di alam pikiran.
Keterbatasan bukan untuk dikeluhkan, karena masih banyak nikmat Tuhan yang lainnya yang perlu disyukuri. Nasrullah dalam bukunya Magnet rezeki mengatakan: Musibah laksana permen, pembungkusnya laksana musibah atau ujian, tapi dibalik bungkus itu Allah berikan berjuta-juta nikmat. Nah, itulah yang penulis rasakan, ketika mencoba menyukuri nikmat yang lain, penulis bisa berkarya lewat tulis-menulis.
Kini menulis semakin mudah, cukup menggunakan smartphone atau gawai jadideh beberapa buku. Mudahkan!!!!
Salam literasi
Komentar
Posting Komentar