Menulis Dikala Sakit 2

Menulis Dikala Sakit

Assalamualaikum, bapak dan ibu guru hebat.
Semoga bapak dan ibu guru sehat dan sukses semua. Aamiin 🤲

Sebelum berbicara banyak, saya mengucapkan ribuan terima kasih kepada Om Jay yang telah memberikan kesempatan kedua kalinya untuk bergabung bersama rekan-rekan guru dalam pelatihan menulis 18 ini. Semoga sehat dan sukses selalu.

Begitu juga saya ucapkan terima kasih kepada moderator kita malam ini, bunda Ditta Widya utami. Semoga sehat dan sukses selalu. Aamiin.

Bapak dan ibu peserta pelatihan menulis, sebelumnya saya minta maaf, keberadaan saya di sini bukan berarti sudah pandai menulis. Saya masih banyak kurangnya daripada lebihnya. Saya juga bingung mau ngasih apa, sementara bapak dan ibu lebih pandai dari saya. Maka itu, pada kesempatan ini kita sharing saja. Jika ada pertanyaan yang tidak bisa saya jawab, nanti bunda Aam yang menjawabnya.😀😀😀😀😀

Awal Menulis

Sudah lama saya ingin menulis. Saya sudah berusaha membeli buku tentang tulis-menulis. Saya juga pernah ikut acara jurnalis. Tapi tetap saja tidak bisa menulis. Pernah saya di undang untuk menulis, tapi katanya hasilnya masih kaku, karena sifatnya hanya memindahkan dari buku cetak.

Terus terang saya tidak bisa merangkai kata menjadi sebuah kalimat, apalagi kalimat yang indah dan mempunyai ruh atau inspiratif.

Tapi saya tidak putus asa, ketika lagi bumingnya literasi di sekolah-sekolah, saya memcoba masuk kedalamnya. Saya perhatikan peserta didik hanya dipinta membaca buku pada hari tertentu oleh pembina literasi. Saya pun ikut membaca buku, kebetulan saya suka membawa buku selain buku pelajaran.

Di samping membaca beberapa peserta didik dilibatkan dalam tulis-menulis, hingga menjadi sebuah buku antologi.

Dari sinilah saya tertarik untuk menulis, walaupun pernah menulis, tapi tidak pernah jadi. Saya mencoba mencari wadah pelatihan menulis. Saya buka Facebook, saya dapati ada pelatihan menulis di wisma UNJ. Di sinilah saya kenal dengan pak Namin, Om Jay, Om Dedi, dan lainnya hingga saya sering ikut kegiatan beliau.


Dari sini saya sedikit banyak mengetahui cara menulis, terutama apa yang disampaikan oleh Om Jay." Tulis apa yang ada disekitar kita, tulis yang sederhana dahulu, tulis yang kamu bisa dan kuasai, serta mulailah menulis apa yang kamu alami dan rasakan" itulah sepenggal kalimat yang saya pahami sampai sekarang. Tapi kalimat inspiratif yang menjadi kartu nama beliau"Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi"  kemudian saya buat turunannya"Menulislah setiap hari dan lihatlah apa yang terjadi".

Saya pun berguru lagi dengan media guru, dari sana saya menerbitkan buku perdana solo"Mengejar Azan" buku cerita tentang perjalanan menuntut ilmu. Dasarnya dari Om Jay lalu dipoles oleh media guru.



Kebahagiaan tak terkira pada saat itu, mempunyai kebanggaan tersendiri hingga teman-teman ingin memiliki buku saya.

Namun, untung tak dapat diraih, tetiba badai tornado menghantam dengan dahsyatnya. Tubuh ini yang tadinya tinggi, gagah, ganteng dengan sekejap mata lumpuh total tak berdaya, hanya menyisakan mata, telinga, dan otak. Bahkan napas pun tidak bisa. Jika tidak cepat ditangani. Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un 😭😭😭😭😭


1,5 bulan di ruang ICU, 3 bulan di ruang HCU, 2 Minggu di ruang inap biasa. Pulang dalam kondisi lumpuh. Satu tahun badan tak bergerak, setelah satu tahun mulai ada gerakan tangan, butuh enam bulan tangan kiri bisa memegang wajah, lalu disusul tangan kanan. Jari tangan masih kaku dan tidak bisa menggenggam, untuk menekan remot saja tidak mampu. Suntuk itu pasti 1.5 tahun hanya berbaring. Tidak tahu perkembangan dunia luar seperti apa. Oh my God....😭😭😭😭😭

Menulis Dikala Sakit

Suatu hari handphone istri tertinggal dan berdering. Saya coba minta asisten rumah tangga untuk mengambilnya dan meletakkan di atas dada saya. Saya coba untuk menyentuh, Alhamdulillah, bisa terbuka. Dalam hati kecil berkata ke mana ya, handphone milik saya, sudah 1,5 tahun lepas dari saya.

Ketika istri pulang dari sekolah, saya pinta HP saya dan sekaligus minta dibelikan kartu baru. Karena yang lama mati. Tak pikir panjang istri mencari HP dan membelikan kartu baru.

Terasa hidup kembali.

Saya berusaha menggunakan HP walau tidak bisa menggenggam, cukup beli alat HP lalu disangkutkan pada jari jempol tangan kiri dan menulis menggunakan jari tengah. Bagus jari manis dan kelingking tertekuk hingga tidak menghalanginya untuk menulis. Karena jari tengah yang terpanjang, maka saya gunakan untuk mengetik.  Ternyata semua yang terjadi ada hikmahnya. maka itu syukuri saja dan jangan mengeluh pasti Tuhan punya maksud tertentu.

Mulailah melacak Facebook saya, cukup makan waktu 3 hari baru bisa terlacak. Alhamdulillah, sejak itu saya memposting kondisi saya, hingga banyak simpati dan empati berdatangan.

Dalam hati kenapa saya tidak menulis sesuatu yang bermanfaat untuk orang banyak. Akhirnya saya menulis apa yang pernah saya baca, lihat, dan saya dengar. Karena saya senang dengan motivasi, maka saya hampir setiap hari menulis artikel sederhana tentang motivasi hidup. Di samping juga menulis tentang apa yang sedang terjadi pada diri saya.

Saking asyiknya menulis hingga lupa bahwa diri ini sedang sakit, tetiba secara perlahan, tapi pasti ada progres yang menggembirakan, tubuh ini mulai bergerak satu persatu. Allahu Akbar.....

Banyak respon positif berdatangan, hingga banyak yang membaca bahkan selalu menunggu tulisan berikutnya. Saya pun tambah semangat. Sehingga tidak tidur sebelum ketemu bahan untuk ditulis besok. Setiap habis salat subuh hingga jam 7 saya menulis. Menulis sambil rebahan di atas kasur. Setelah saya bisa duduk baru saya menulis di atas roda. Saya menulis di mana saja. Terkadang di atas kasur, di luar rumah ketika menjemur badan, di mobil sambil menikmati macatnya arus lalulintas, di rumah sakit sambil nunggu panggilan dokter. Ya, pokoknya di mana saja ada di situlah saya menulis. Bahkan ketika sedang terapi pun saya suka menulis.


                     Sedang terapi

                      Di depan rumah

                      Di rumah sakit

                    Di tempat parkir

Di rumah memindahkan Tulisan dari blog dan Facebook.

Di tengah perjalanan ada sahabat (Om Jay) yang saya kenal menghubungi saya. Lewat WhatsApp dan vicol. Dia akhirnya mengajak saya untuk ikut pelatihan menulis. Walau dalam serba keterbatasan dan leher masih memakai alat trakeastomi dan hidung masih memakai NGT untuk selang makan. Saya menyatakan ikut.

Kalau lelah dan pusing saya tidak ikut, tapi materinya saya simpan diaplikasi catatan.
Aplikasi catatan yang ada di HP itu tempat saya menulis setelah itu baru saya share ke blog dan Facebook.

Menulislah setiap hari dan lihatlah apa yang terjadi.

Turunan kalimat dari Om Jay ini mujarab.
Kalimat ini sebagai penyemangat saya, sekaligus saya pun ingin membangkitkan dan mengajak teman keluar dari zona nyaman. Walau terkadang dinyinyir saya tetap maju pantang surut ke belakang. Karena saya ingat pesan Om Dedi"Ingat apa yang menurut kita bagus belum tentu orang lain menerima" artinya terus berjuang. Apa yang terjadi bapak dan ibu guru yang super. Akhirnya teman saya satu persatu mengikuti saya dan mereka sudah mempunyai karya bahkan murid saya pun mengikuti dan sudah menghasilkan karya. Begitu juga teman-teman di medsos dia menulis karena terinspirasi dari saya. Eh, jadi haru....😭😭😭😭

Dari sinilah lahir buku demi buku secara estapet. Sesuatu yang tak terbayangkan sebelumnya. Kemustahilan versus realita berwujud keniscayaan. Kalau kita ingin belajar, belajar, dan belajar pasti kita bisa.

Lelah pasti ada apalagi dalam kondisi serba keterbatasan, memegang buku saja saya susah, begitu juga membuka buku. Dengan bantuan istri, anak, dan asisten rumah tangga, saya bisa membaca buku untuk memperkaya tulisan saya. Ya, menulis itu identik dengan membaca. Jangan berpikir menjadi penulis kalau malas baca.

Kemudian saya memcoba untuk membuka laptop walau berat jari ini untuk menekan hurup dan angka, tapi saya paksakan hingga tanpa sadar sebagai media terapi saya jari akhirnya kuat menekan hurup-hurup.

Saya pindahkan tulisan yang ada di blog dan Facebook ke laptop. Saya kelompokkan sesuai tema yang saya inginkan. Lalu saya edit hingga menjadi sebuah buku. Untuk mempertajam tulisan saya berguru dengan pak Akbar zaenudin penulis buku best seller Man Jadda wa Wajada. Jadilah sebuah buku motivasi.

Inilah karya tulis sederhana saya.

Sebelum sakit
1. Mengejar Azan (2018)

Setelah sakit
2. GBS Menyerangku (2020)
3. Menuju Pribadi Unggul (2020)
4. Belajar Tak Bertepi (2021)
5. Kisah inspiratif Seni Mendidik Diri (2021)

Masih draf
6. Lentera Romadan
7. Menulis itu gampang
8. Aisyeh Menunggu Cinte ( novel) 




Sanjungan berdatangan

Ternyata menulis dikala sakit, banyak yang merespon positif dan inspiratif. Banyak teman guru baik di dunia nyata maupun Maya. Melontarkan kalimat-kalimat sanjungan." Bapak merupakan motivtor saya" " bapak guru inspiratif" " saya malu pada diri saya bapak yang sakit saja bisa berkarya, sementara saya tidak". Itulah di antara kalimat yang terlontar dari para sahabat.

Kedatangan yuotuber

Bukan saja mendapat sanjungan dari para sahabat medsos. Ternyata para yuotuber pun sampai datang berkunjung ke rumah dan berjumpa dengan saya. Mereka melabelkan saya sebagai guru motivator yang inspiratif.

        Channel YouTube Sutrisno Muslim

         Channel YouTube Akbar Zaenudin

Menjadi Narasumber

Saya tidak menyangka ada orang ngelirik saya untuk diminta menjadi narasumber. Walau dahulu terbersit dalam hati, suatu saat saya akan menjadi narasumber.

Pertama datang dari sahabat saya, dia meminta untuk mengesi pada acara motivasi di grup guru ,tapi saya tolak karena saya masih terbatas bicara. Selanjutnya beliau belum mengabarkan lagi. Walau belum terlaksana, setidaknya memberi motivasi kepada saya. Ternyata ada juga yang melirik.😀😀😀😀😀

Kedua, datang dari Om Jay. Saya liat nama saya ada urutan daftar narasumber, tapi terutulis Cang Ato bukan Suharto. Akhirnya saya cuekin saja. Eh, sudah mendekati waktunya baru saya dihubungi oleh bunda Aam Nurhasanah. Tanpa pikir panjang saya sanggupin saja. Jadilah saya mengisi pada pelatihan menulis gelombang 17. Eh, ternyata dipanggil lagi pada gelombang 18 ini. Ya, sudah kepercayaan seseorang jangan diabaikan. Kesempatan tidak datang dua kali.


Itulah sepenggal kisah perjalanan menulis saya. Semoga bermanfaat dan mohon maaf  jika ada kekurangan, maklum yang diajak bicara lebih pandai dari yang sedang bicara🙏....

Penutup

Jangan takut untuk menulisnya, menulis saja. Jangan menunggu pintar baru menulis, menulis saja dahulu nanti pasti pintar.
Awali menulis yang sederhana, yang  kita bisa dan yang kita kuasai. Mulailah dengan apa yang kita alami dan rasakan, itu lebih mudah. Untuk memperkaya tulisan kita, silahkan baca tulisan-tulisan karya orang lain.

Silahkan mampir di akun saya

Facebook,
Suharto Harto/ cing Ato
Blog
suharto69.blogspot.com
suharto13.blogspot.com

Salam literasi
Cing Ato

Komentar

  1. https://nangnayokoaji.blogspot.com/2021/09/fana.html#more

    BalasHapus
  2. Ya Allah, terharu membacanya..tetap semangat cing dan semoga tambah sehat..tambah inspirasi sy membaca kisah cing Ato..

    BalasHapus
  3. Maa syaa Allaah.
    Ujian pembawa berkah, semoga terus di berikan kesehatan oleh Allah..

    BalasHapus
  4. Ya Allah .... Terharu sekali. Semoga cing ato benar2 cepat pulih. Allah selalu bersama dgn org2 yg sabar dan tawakkal. Yakin

    BalasHapus
  5. Masya Allah sangat menginspirasi

    BalasHapus
  6. Mengharukan dan termotivasi
    Sekaligus malu karna sering menyerah dengan hambatan .
    Tulisan cing ato
    Sebuah pecerahan

    BalasHapus
  7. Alhamdulillah pa Harto, Mr. Patient, Dalam sehat ada nikmat , dalam sakit ada Rahmat. Sungguh sekecil apa pun musibah yang menimpa kita jika Ikhlas maka akan menjadikan lumbung pahala yang tercurah padanya. Sungguh luar biasa. Terimakasih motivasinya.

    BalasHapus
  8. Masya Alloh ...hebat sekali bapak. Alloh sangat sayang kepada Bapak. Bapak diberi kekuatan, kesabaran, dan keteguhan hati dan ikhtiar agar sembuh seperti sediakala. Sehat selalu ya Bapak

    BalasHapus
  9. Masya Allah bapak hebat sekali saya JD malu, bpk sakit saja bisa melahirkan banyak karya karya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjadi Guru Adalah Takdirku

Dibutuhkan Sebuah Kepedulian Terhadap anak-anak, ketika berlangsungnya salat berjama'ah.

Terjungkal Kursi Rodaku, Ketika Hendak Ke Musala.