Pelukan Terakhir Bibiku

Pelukan Terakhir Bibiku

Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un.... 

Lebaran kemarin merupakan pertemuan terakhir antara aku dan bibiku. Tepatnya tanggal 13 Mei 2021 sekitar pukul 17.00 wib.
Hampir setiap lebaran, bahkan diluar lebaran berusaha terus menjalin silaturahmi ke rumah bibi dari istriku.

Pada tanggal satu Syawal aku sempatkan lebaran ke Cikarang, karena adik-adik istriku ingin berkumpul. Alhamdulillah, kami empat saudara bisa berkumpul, kecuali Abang dan keluarganya yang tidak hadir. Tidak biasanya kami bisa berkumpul pada awal lebaran. Karena terus terang kalau awal lebaran sulit bagiku pergi ke mana-mana mengingat adik-adiku, saudara sepupu, dan para tetangga akan datang pada hari pertama sampai hari ketiga ke rumahku. Namun lebaran kali ini berusaha berkumpul. Pukul 11.00 wib aku, bontot, dan istri berangkat bertiga ke Cikarang, sementara dua putraku tidak pulang mudik karena tugas pondok dan bekerja.

Perjalanan hari awal lebaran lancar, cukup satu jam sudah sampai di Cikarang. Biasanya kendaraan di tol cukup padat, mungkin suasana lebaran dan ditambah larangan mudik. Rute ke kampung halaman istriku sekarang tambah strategis setelah ada akses jalan Jababeka langsung menuju tol. 

Sesampainya di sana, paman-paman dari istriku menyabut dengan gembira sambil membantu memarkirkan mobil yang kutumpangi. Apalagi aku dalam kondisi serba keterbatasan. Tanpa dipinta mereka langsung menemuiku dan membantu aku untuk turun dari mobil. Ya, begitulah paman-pamanku begitu baik kepada keluargaku. Tentunya semua ini karena keluargaku selalu berbuat baik kepadanya. Kebaikan yang kita lakukan kepada orang lain, Allah akan gerakan orang lain untuk menolong kita.  Kalau kata orang Betawi "kalo ente open ame orang laen, pasti orang laen akan open kepada ente, sebaliknya kalo ente kaga open, boro-boro orang laen open kepada ente." 

Kami 4 keluarga berkumpul ya, hanya sekedar kumpul ngakrabkan keluarga, terutama ya, anak-anak jangan sampai anak tidak akrab kepada saudaranya sendiri. Kan lucu kalau anak kita tidak akrab dengan saudaranya. Jangan anak disalahin. Terus siapa? Ya, orang tuanya salahin karena tidak bisa ngasih contoh yang baik. Kan anak cerminan orang tua. 

Setelah makan bersama, salat ashar lalu kami bersama berangkat menuju rumah bibi adik dari ibu mertua. Tumben lebaran ini bareng ke rumah bibi. Biasanya tidak pernah, masing-masing saja. Sesampainya di sana saya tidak turun dari mobil karena baru mau turun banyak motor mau jalan, akhirnya istri yang turun sementara saya ikut mobil cari tempat parkiran. Tidak ada parkiran, balik lagi  cari parkiran. Akhirnya dapat juga agak jauh, hingga aku tidak turun nunggu di mobil, tapi dalam hati bertanya, kenapa aku tidak turun, sudah jauh-jauh datang sampai tempat tidak turun. Sementara istri dan adik-adiku sudah ada di rumah bibi, aku galau akhirnya supir aku suruh mendekat. Dari kejauhan ku lihat bibiku menghampiri aku, ku lihat dia segar bugar. Aku buka pintu mobil lalu bibiku memelukku dan menciumiku. Aku hanya minta maaf Karena tidak turun dari mobil.

Padahal ketika istriku masuk ke dalam rumah bibi yang dicari pasti aku. Karena dia ingin melihat perkembangan kesehatanku. Ternyata hari itu adalah hari terakhir aku memeluk bibiku untuk selama-lamanya.  Aku dapat kabar bibiku jatuh di kamar mandi ketika mau mengambil air wudhu untuk salat Magrib. Kemudian ke rumah sakit, pada hari Rabu sekitar ba'da ashar aku dapat kabar bibiku meninggal.

Aku kaget, tetiba air mataku mengalir mengingat jasa-jasanya. Bibiku perhatian banget. Ketika aku sakit dan dirawat di RSCM, bibiku dua kali membesukku dengan menumpang kereta dari Cikarang  sampai Jakarta. Padahal umurnya sudah cukup tua, tapi dia paksakan untuk melihatku. Ya, mungkin karena aku sering silaturahmi ke rumah beliau. Begitu juga ketika aku sudah di rumah dia pun sering bolak-balik untuk melihat kondisi aku, kadang membawa tukang urut untuk mengurut aku. 

Terkadang dia berkata" Ya, To ence kaga bawa apa-apa," katanya.
Aku jawab"Ceeee...ence dateng saja udah saya seneng bangat, kaga usah bawa apa-apa, doain saja saya agar saya sehat seperti semula dan bisa silaturahmi ke rumah ence," kataku.

Ketika aku bisa duduk, aku minta dihantar ke rumah bibiku. Sesampainya di sana bibiku melihat aku ada dihadapannya. Bibiku langsung memelukku sambil menangis terharu. Itulah kenang-kenanganku bersama bibiku yang tak pernah lupakan. Mudah-mudahan silaturahmi jangan sampai putus setelah bibiku telah tiada.

Inna lillahi wainna ilaihi Raji'un.Sesungguhnya kami milik-Nya dan sesungguhnya kita  akan kembali kepada-Nya.

Selamat jalan bibiku ( Ce Manih). Semoga Allah menerima segala amal ibadahnya, mengampuni segala kesalahannya, kuburnya dijadikan taman-taman surga, dan kepada keluarga yang ditinggal Allah berikan ketabahan. Aamiin yaa rabbal a'lamin 🤲

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Melangitkan Doa

Duta Guru Inspiratif DKI Jakarta; Anugerah GTK Madrasah Berprestasi Tingkat Nasional 2024.

Hadiah dari Allah yang Terabaikan