Fase ketiga Ramadan
Fase ketiga Ramadan
Hari ke 21
#LenteraRamadan
Tak terasa waktu bergulir begitu cepatnya, tetiba sudah masuk pase ketiga, yaitu sepuluh terakhir Ramadan. Itulah waktu kalau kita gunakan untuk ibadah terasa cepat tanpa sadar kita sudah masuk sepuluh akhir Ramadan.
Bagi mereka yang beribadah Ramadan hanya sekedar menggugurkan kewajiban, mungkin semakin cepat Ramadan semakin gembira. Ya, karena orientasi beribadah karena Ramadan. Sementara bagi mereka yang beribadah bukan hanya kemuliaan Ramadan yang dituju, maka mereka merasa Ramadan terlalu cepat. Berbeda sudut pandang berbeda pula orang memaknai Ramadan.
Sepuluh akhir Ramadan adalah hari-hari yang sangat istimewa. Rasulullah sendiri memperbanyak dan fokus pada malam sepuluh akhir Ramadan. Rasulullah sangat menganjurkan kepada umatnya untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah pada sepuluh akhir Ramadan. Hingga Rasulullah menganjurkan kepada umatnya untuk beri'tikaf di masjid dan memperbanyak amalan ibadah.
Realita yang terjadi di masyarakat, justru Pase ketiga ini semakin menjauh. Menjauh dari Masjid dan Musala, sementara yang ramai pasar-pasar atau swalayan. Coba lihat saja pasar Tanah Abang membludak tak terbendung arus manusia berjubelan. Padahal masih masa pandemi covid-19. Petugas sudah berusaha mengatur tetap saja masa berjubel.
Lebaran masih jauh, tapi pernak-pernik lebaran sudah nampak menghiasi pasar-pasar. Lebaran tidak harus identik dengan baju baru dan segudang amunisi lebaran. Lebaran memang sesuatu bangat, kebahagiaan dan kegembiraan nampak menghiasi wajah-wajah mereka yang beribadah puasa. Namun bukan harus disikapi dengan baju baru. Mungkin kalau zaman dahulu mencari baju sulit pasar masih jauh, tetapi sekarang pasar-pasar ada di depan mata. Kapan saja bisa beli baju baru. Tidak harus nunggu lebaran. Ya, itulah kebanyakan masyarakat kita.
Padahal Rasulullah menganjurkan kepada umatnya untuk tidak boros, hemat, dan hidup sederhana. Rasulullah berbuka hanya tiga butir kurma dan segelas air. Lah kita umatnya apa saja mau dibeli dan ditelan. Kalau kata orang"Puasa Balas dendam".
Rasulullah juga menganjurkan agar di akhir-akhir Ramadan tingkatkan amal ibadah terutama di malam hari. Bukanya lebih sibuk ke pasar atau swalayan.
Bangunkan istri dan anak untuk bersama-sama mendirikan salat malam atau qiyamullail. Banyak membaca Al-Quran, berdoa dan bersedekah. Mumpung pintu langit sedang dibuka lebar-lebar. Di mana setiap doa diijabah dan amal ibadah dilipatgandakan pahalanya. Apalagi pada akhir-akhir Ramadan.
I'tikaf itu yang dilakukan Rasulullah. Berdiam diri di masjid untuk melakukan aktifitas ibadah salat, zikir, tilawah Al-Qur'an, dan berdoa. Tidak ke luar masjid kecuali ada hajat atau keperluan yang mendesak. Intinya adalah sepuluh akhir Ramadan berfokus beribadah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah semata. Boleh dilakukan Sabil berdiri, duduk, dan berbaring. Bolehkah tidur? Tidur jika terlalu lelah, namun jangan tidurnya yang banyak sementara ibadahnya sedikit.
Rasulullah bersabda:
كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا دَخَلَ اَلْعَشْرُ أَيْ: اَلْعَشْرُ اَلْأَخِيرُ مِنْ رَمَضَانَ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ, وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa ketika memasuki 10 Ramadhan terakhir, beliau kencangkan ikat pinggang (bersungguh-sungguh dalam ibadah), menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah.” (HR. Al-Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174)
Komentar
Posting Komentar