Ramadan Bulan Sedekah

Ramadan Bulan Sedekah

Hari ke 9
Suharto
Guru Pembelajar MTsN 5 Jakarta

#LenteraRamadan

Salah satu ukuran kebahagiaan manusia adalah Harta, maka banyak di antara kita yang fokus hidupnya untuk mengumpulkan harta. Sekolah tinggi-tinggi ujung-ujungnya agar mudah ngumpulin harta. Berebut cari kedudukan dan jabatan ujung-ujungnya juga harta. ribut  dengan saudara  juga berebut harta.

Mencari harta untuk kebahagiaan tidak dilarang dalam Islam, bahkan dianjurkan untuk kesenangan duniawi. Coba perhatikan pirman Allah SWT ini.

وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ

"Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.

Rasulullah memperjelas dalam sabdanya.

Dari Anas ra, bahwasannya Rasulullah Saw. telah bersabda, "Bukanlah yang terbaik diantara kamu orang yang meninggalkan urusan dunia karena mengejar urusan akhirat, dan bukan pula orang yang terbaik orang yang menhinggalkan akhiratnya karena mengejar urusan dunianya, sehingga ia memperoleh kedua-duanya, karena dunia itu adalah perantara yang menyampaikan ke akhirat, dan janganlah kamu menjadi beban orang lain."

Balance dalam hidup sebuah keharusan, maka itu, mencari harta untuk kebahagiaan dunia sebuah keharusan. TETAPI INGAT, jangan lupa disebagiaan harta yang kita miliki ada hak orang. Baik diminta atau tidak harus dikeluarkan. Guna membersihkan harta kita dari hak orang.

وَفِيْٓ اَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِّلسَّاۤىِٕلِ وَالْمَحْرُوْمِ

"Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak meminta." (QS. Adz-dzariyat: 19).

Ada dua hal yang berkaitan dengan mengeluarkan sebagian harta untuk berbagi, yaitu:

Pertama, bersifat permanen dan terbatas. Seperti Zakat, pengeluaran zakat ini permanen sifatnya dan terbatas ( ada ukuran tertentu) ada Nishab( batasan harta yang dimiliki) contoh harta perniagaan/ toko/super market. Nihsabnya sama dengan emas yaitu; 93.6 gram/ 94 gram. Besaran zakatnya 2,5 %. Kalau kita punya toko modal awal seperti Nishab emas atau lebih, maka harus dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5%.

Kapan dikeluarkannya? Tentunya setelah Haul ( batasan waktu mengeluarkan zakat) jika kita buka toko pertama tanggal  1 Muharram 1441, maka pada tanggal 1 Muharram 1442 wajib mengeluarkan zakat. Tentunya setelah dihitung seluruh barang dagangan milik pribadi, jika berjumlah seharga Nishab emas atau lebih, maka wajib zakat. Itupun jika tidak punya hutang.

Sedangkan untuk zakat fitrah merupakan sebuah kewajiban umat Islam yang mempunyai kelebihan makanan pada malam hari raya dan pada hari rayanya. Semua ini dilakukan agar tidak ada orang yang kelaparan pada hari raya idul Fitri.

Kedua, tidak permanen dan tidak terbatas. Artinya tidak wajib dan tidak ditentukan ukurannya. Berapa saja dan kapan saja. Contoh, Sedekah, infak, wakaf, dan hibah.

Ramadan mengajarkan kepada umat Islam untuk berbagi kepada sesama melalui fasilitas-fasilitas yang telah disebutkan di atas. Ramadan merupakan bulan latihan selanjutnya agar diterapkan pada 11 bulan berikutnya. Maka itu, jangan bersedekah pada bulan Ramadan saja, teruskan pada bulan-bulan lainnya. Jangan setelah Ramadan usai, usai pula semangat berbagi.

Justru ketika kita dinyatakan berhasil, jika kita menerapkan apa yang kita laksanakan pada bulan yang lain sama dengan apa yang kita laksanakan pada bulan Ramadan.

Kita tidak cukup hanya ibadah mahdho/murni, tapi juga perlu bahkan harus melakukan ibadah sosial. Berbagi memang berat. Berbagi adalah ibadah yang kurang disenangi oleh manusia, tapi disenangi Allah. Beda dengan ibadah Haji dan Umroh, semua manusia senang. Coba bayangkan yang mau pergi haji dan umrah membludak sampai-sampai waiting list bertahun-tahun. Tapi coba yang mau berbagi jarang. Andaikan yang mau berbagi sama dengan semangat orang yang pergi haji dan umrah. Mungkin tidak ada orang-orang terlantar, anak-anak yang putus sekolah, anak-anak yatim yang terlantar, bangunan masjid dan Musala yang tidak jadi bertahun-tahun. Ya, itulah realita yang terjadi.

Balasan Allah kepada orang yang gemar berbagi. Sebagaimana yang termaktub dalam firman-Nya surat Al-Baqarah ayat 261.

مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ

"Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui." (QS.Al-Baqarah:261)

Maka dari itu, ayo, kita jadikan momentum Ramadan sebagai titik awal latihan untuk berbagi kepada sesama. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Duta Guru Inspiratif DKI Jakarta; Anugerah GTK Madrasah Berprestasi Tingkat Nasional 2024.

Hadiah dari Allah yang Terabaikan

Tukang Minyak Keliling Pencetak Para Sarjana