Ramadan Bulan Meningkatkan Iman

Ramadan Bulan Meningkatkan Iman
Hari ke 12
24 April 2021
#LenteraRamadan 

Hidup laksana air laut, ada pasang surutnya. Terkadang air itu pasang hingga melebihi bibir pantai bahkan sampai menenggelamkan alam sekitarnya. Terkadang surut hingga sesurut-surutnya.

Hidup itu tidak selamanya lurus laksana mistar. Hidup itu berliku-liku. Kadang menuruni lembah, kadang mendaki gunung, dan kadang tenggelam di lautan.  

Begitu juga dengan iman. Kadang naik sampai menjulang tinggi ke angkasa. Kadang mendatar laksana permukaan air, dan kadang rendah serendah-rendahnya. Bahkan hilang sama sekali.

Coba perhatikan orang di sekitar kita atau tidak usah jauh-jauh, lihat saja pada diri kita. Apakah kita merasakan adanya pasang surut keimanan? Secara jujur kita menjawab ada dan itu tidak bisa dipungkiri, kecuali bagi mereka yang sudah pada level mahabbah atau kecintaannya kepada Allah melebihi segalanya.

Ketika kita masih gandrung ke urusan duniawian, maka pasang surut pasti akan terjadi. Keduniawian yang terkadang menggerogoti keimanan kita. Tanpa kita sadari jika tidak dijaga dengan baik, maka bisa jadi akan hilang. 

Coba perhatikan betapa banyak orang kehilangan imannya gegara kedudukan, jabatan, harta, wanita, pria dan lainnya. Iman tergadai hanya urusan duniawian yang bersifat sementara. 

Kalau masih pasang-surut mungkin, masih bagus daripada hilang menjadi murtad, nauzubillah Summa nauzubillah min Zalik. 

Keimanan itu pasang surut. Iman itu kadang naik kadang turun. Ya, itulah yang terjadi pada setiap orang begitu juga dengan diri kita.

Ramadan bulan yang mampu memotivasi naiknya keimanan seseorang. Ramadan mampu menarik iman yang tertidur hingga bangkit untuk melakukan sesuatu. Banyak fasilitas-fasilitas Ramadan yang bisa memupuk keimanan agar semakin kuat. 

Imam Ahlussunnah Ahmad bin Hambal rahimahullah mengatakan:

الإِيمانُ يَزيدُ وَيَنْقُص ؛ فَزِيادَتُهُ بالعَمَلِ ، ونُقْصَانُهُ بِتَرْكِ العَمَل

"Iman bisa bertambah dan berkurang. Bertambahnya iman adalah dengan amalan, dan berkurangnya karena meninggalkan amalan."(Syarh Ushul I’tiqad Ahlissunnah karya al-Lalakai)

Saat Ramadan inilah keimanan seseorang sedang naik setinggi-tingginya. Masjid dan Musala ramai dikunjungi, kegiatan-kegiatan keagamaan meningkat, tilawah atau tadarus Al-Qur'an menggema di mana-mana.

Namun, seiring bergulirnya waktu dan hari pun turut berganti. Iman itu turun lagi sampai ke titik nadir. Itulah jika kita beramal saleh tujuannya Ramadan, maka Ramadan akan hilang. Tapi jika kita beribadah tujuannya Allah, maka Allah tak akan pernah hilang. Maka oleh karena itu, mari kita beribadah bukan karena Ramadan, tapi karena Allah semata.

Padahal Ramadan sebagai fasilitas mentarbiyah diri untuk memupuk iman agar setelah Ramadan iman itu tetap stabil dan kuat, hingga amalan-amalan Ramadan bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari pada bulan lainnya. Itulah sebenarnya tujuan tarbiyah Ramadan.

Kita bisa lihat nanti siapa yang imannya stabil dan siapa yang tereliminasi pada akhir Ramadan dan setelah Ramadan. 

Lihat waktu salat subuh, masihkah sama dengan Ramadan, jika tidak. Maka mereka beribadah tujuannya hanya kepada Ramadan.

Buya Hamka pernah berkata.
"Jika ingin melihat orang Islam lihat ketika sedang salat idul Fitri, tapi jika ingin melihat orang beriman lihatlah di waktu salat subuh," itulah kira-kira perkataan beliau.

Itulah realita yang terjadi. Semoga Ramadan kali ini benar-benar mampu mentarbiyah diri kita hingga iman kita tetap stabil.

Salam literasi
Suharto
Guru Pembelajar MTsN 5 Jakarta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Duta Guru Inspiratif DKI Jakarta; Anugerah GTK Madrasah Berprestasi Tingkat Nasional 2024.

Hadiah dari Allah yang Terabaikan

Tukang Minyak Keliling Pencetak Para Sarjana