Penyintas GBS


Senin, 16 November 2020

Kisah Seorang Penyintas GBS

Ngainun Naim

Suharto, GBS Menyerangku (Kisah Nyata Seorang Guru Bergulat Melawan Penyakit Langka dengan Menulis), Lamongan: Kamila Press, Oktober 2020, xxiv+224 halaman

Nama lengkapnya Suharto, S.Ag., M.Pd. Nama ini mengingatkan kita pada nama Presiden RI kedua, walaupun sesungguhnya tidak ada hubungan kekerabatan antara beliau kedua. Kawan-kawannya memanggil beliau dengan sebutan Cang Ato.

Cang Ato adalah seorang guru diMTsN 5 Jakarta. Beliau merupakan guru berdedikasi. Ia berusaha mengajar dengan totalitas. Dalam kondisi bagaimana pun ia menjalankan tugasnya sebagai seorang guru secara baik.

Takdir hidup tidak ada yang bisa menduga. Demikian juga dengan Cang Ato.Awalnya ia merasakan tubuhnya tidak enak. Ternyata ia terserang penyakit langka, yaitu GBS. Sebuah penyakit yang saya sendiri baru tahu setelah membaca buku yang ditulis oleh Cang Ato ini.

Buku ini berisi kisah Cang Ato mulai awal sakit sampai kondisi terkini. Cang Ato memuat cerita hidupnya secara detail sejak kapan tubuhnya merasakan kurang sehat. Sebelum bulan suci Ramadhan tahun 2018 ia merasakan sering demam dan flu. Seiring waktu kondisinya kian memburuk. Saat di sekolah, ia diperiksa Pak Alek yang merupakan petugas kesehatan Puskesmas Cilincing. Beliau disarankan ke Rumah Sakit Islam Sukapura Jakarta Utara. Di rumah sakit ini beliau dinyatakan stroke, tetapi karena ruang inap penuh maka dibawa ke RS Firdaus yang tidak ada alat. Selanjutnya beliau dibawa ke Rumah Sakit PON. Di situlah beliau dinyatakan menderitaGuillain Barre Syndrome atau GBS. Dari RS Pon dirujuk ke Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo yang ada pengobatannya. Babak kehidupan baru harus dialami oleh Suharto.

Bagian demi bagian buku ini berkisah dengan detail perjalanan Suharto di rumah sakit. Ada kisah pilu, ada ketegasan, halusinasi, juga ada humor. Bacalah judul “Si Kepala Botak”, Anda akan ikut terbawa emosi dan akhirnya tertawa.

Menurut Suharto, ia tidak hanya mengalami sakit fisik saja tetapi juga sakit kejiwaan. Saat berada di HCU rumah sakit, sakit inilah yang menurutnya sangat berat. Ia merasa diserang oleh banyak makhluk gaib. Wajar jika kemudian ia merindukan suara azan yang diyakini—dengan mengacu Hadis Nabi—bisa mengusir iblis. Selama berada di HCU, ia merasa antara sadar dan tidak sadar. Begitu juga kesaksian keluarganya.

Suharto cukup lama di ruang HCU rumah sakit. Bayangkan, ia tidak bisa berbicara, bergerak, dan melaksanakan akivitas sama sekali. Beruntung ia tidak mudah putus asa. Istrinya juga sosok yang sungguh luar biasa. Tentu, ia dan keluarganya berdoa dengan penuh kesungguhan. Ia menulis, “Tidak ada yang mampu merubah takdir seseorang kecuali kekuatan doa yang dilakukan dengan ikhlas” (h. 55).

Perjuangan Suharto sungguh luar biasa. Membaca lembaran demi lembaran buku ini membuat saya ikut hanyut dan menarik nafas panjang. Sungguh tidak mudah. Buku ini adalah  wujud terapi Suharto dalam menghadapi sakit yang ia derita. Lewat buku ini kita bisa belajar banyak hal. Semoga Pak Suharto diberikan kesabaran dan kesembuhan. 

Jika Anda ingin mengetahui lebih jauh sosok Cing Ato, Anda bisa mengunjungi beberapa akun media sosialnya. Instagram @suharto.cingatom.com. Blog: suharto13.wordpress.com. Jika ingin memesan buku ini silahkan hubungi penulisnya di: 081905934495.

 

Komentar

  1. luar biasa kisahnya, sangat menginspirasi. Tidak mudah menulis di kala sakit.

    BalasHapus
  2. Jadi belajar lagi..

    Cang Ato sangat menginspirasi..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Duta Guru Inspiratif DKI Jakarta; Anugerah GTK Madrasah Berprestasi Tingkat Nasional 2024.

Hadiah dari Allah yang Terabaikan

Tukang Minyak Keliling Pencetak Para Sarjana