Anak Tukang Beca
Kisah 28
Anak Tukang Beca
#MendidikDiriLewatKisah

Alkisah, dikisahkan ada sebuah keluarga yang sederhana, keseharian mereka mencari nafkah dengan mengayuh becak. Sudah terbayangkan penghasilan yang didapatkan tidak mencukupi dari kebutuhan yang layak. Tidak ada seorang penarik becak yang bisa kaya raya jika hanya mengandalkan income dari mengayuh beca. Andaikan ada pasti ada income dari yang lain.
Keluarga ini mempunyai putri yang sangat prihatin, beliau sangat memahami kondisi keluarganya hingga tahu diri sebagai anak. Tetapi semangat untuk mengubah nasib hidup sangat tinggi. Pendidikanlah yang bisa mengubah keadaan dalam benaknya. Keterbatasan ekonomi tidak serta merta putus harapan untuk menggapai asa, harapan, atau mimpi.
Belajar dan belajar itu yang ada dalam hatinya. Beliau berpikir dan fokus pada tujuan sementara proses akan mengikuti. Inilah yang membuat dia berhasil mencapai impian. Beliaupun berhasil menyandang mahasiswa berprestasi dengan nilai yang cukup pantastis IPK 3.96 di sebuah universitas negeri Semarang (Unnes) pada tahun 2014.
Karena prestasinya hingga presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberikan beasiswa belajar keluar negeri pada Universitas of Birmingham Inggris lulus sikitar 2016. Setelah lulus dia mengabdi pada Universitas negeri Semarang. Semangat belajarnya tidak berhenti pada jenjang strata dua (S2), dia pun melanjutkan kembali kuliah strata tiga (S3) dengan berbekal beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) pada universitas yang sama di Inggris sekitar tahun 2018 hingga mendapatkan gelar Doktor.
Siapa Beliau? Raeni ya, Raeni anak dari bapak Mugiyono penarik becak asal Kendal, Jawa Tengah.
Salah satu Quetta beliau.
"Kepintaran atau kecerdasan seseorang tidak sepenuhnya berhubungan dengan apa yang kamu makan karena faktanya niat dan kemauan keras bisa membuat orang yang makanan sehari-harinya hanya tahu tempe lebih sukses dibandingkan orang yang makan telur atau daging."
Kisah di atas tentang ekspektasi yang kuat mewujudkan keniscayaan bisa kita jadikan pembelajaran dalam mengejar asa atau impian.
Keterbatasan tidak menghalangi untuk menggapai asa, jika ada sebuah keyakinan yang kuat. Halangan dan rintangan dengan mudahnya dia lewati. Berpikir pada tujuan yang hendak dicapai itu skala prioritas dari pada sebuah proses. Proses akan dengan sendirinya mengikuti sebuah tujuan. Maka itu, jangan terlalu pusing dengan proses hingga menjadi penghalang untuk mencapai tujuan.
Coba perhatikan sosok Raeni, seorang wanita yang hidup serba keterbatasan secara pinansial atau ekonomi mampu menghantarkan mencapai gelar doktor di negeri orang. Beliau tidak teralu berpikir proses, fokus beliau adalah sampai tujuan.
Yang sering membuat kita tidak sampai pada tujuan adalah karena kita terlalu berpikir bagaimana prosesnya sebelum mencapai tujuan. Hingga kita terkadang mengalah sebelum berperang.
Pernah suatu hari penulis menawarkan sebuah program kepada seorang pimpinan, bagaimana caranya meningkatkan kualitas sebuah sekolah. Tetapi jawabannya aneh menyerah sebelum berperang. Coba bagaimana sekolah akan meningkatkan kualitas , jika menerapkan sistem yang sama dari tahun-tahun. Jangan berharap suatu akan berubah, jika kita melakukan sesuatu dengan cara atau sistem yang sama.
Sebuah keyakinan yang kuat akan menghantarkan sebuah kesuksesan. Dengan demikian bukan impian yang membuat orang itu sukses, tetapi ditentukan seberapa besar keyakinan untuk sukses.
Miris terjadi di dalam masyarakat, sudah susah tidak ada niatan untuk berubah bahkan membenamkan diri dalam kesusahan. Mungkin ada sebersit niat, tetapi tidak ada keyakinan pada dirinya.
Ada orang bijak berkata ada dua hal yang membuat orang itu berubah. Pertama, karena dirinya ingin berubah. Kedua, karena dihina.
Raeni inilah sosok inspiratif yang mengubah dirinya dengan keinginannya sendiri. Dan membuktikan bahwa kesuksesan bukan hanya milik orang berharta, tetapi kepunyaan orang yang mau berusaha lagi tekun.
Demikian, ekspektasi versus realita berwujud keniscayaan.
Tuhan berfirman dalam surat ar-Ra'du ayat 11.
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri."
Komentar
Posting Komentar