Tuhan Tidak Pernah Tidur

 Tuhan tidak Pernah Tidur

# MendidikLewatKisah

Al-kisah, Suatu hari ada seorang raja dan seorang putri raja yang terkenal dengan kecantikannya. Dari waktu kewaktu putri raja semakin bertambah usianya menjadi wanita yang sudah cukup umur untuk menikah. Putri raja tidak mempunyai calon pendamping, maklum pengawasan raja sangat ketat terhadap putrinya, tentunya agar  putrinya tidak terkontaminasi dengan pergaulan bebas. Pengawasan merupakan suatu kewajiban orang tua terhadap anak, bukan mengekang tetapi mengarahkan. Dewasa ini banyak kita lihat betapa banyak orang tua lebih terfokus mencari  anak ayam yang hilang dari pada putrinya yang keluyuran.

Untuk menjadi menantu raja tentunya tidak sembarang orang bisa banyak syarat yang harus dipenuhi.
Maka itu raja mengadakan sayembara ke seluruh polosok negeri. Pada hari yang ditentukan semua pemuda dari seluruh negeri berkumpul di halaman istana raja dengan membawa seekor ayam. Rajapun naik ke podium.
"Saudara-saudara selamat datang di kerajaanku, terimakasih atas kehadirannya. Apakah saudara-saudara sudah membawa persyaratannya?" Tanya raja.
"Sudah raja,"  jawab mereka serempak sambil mengangkat ayam bawaannya.
"Bagus, terimakasih saudara-saudara telah membawa persyaratannya," timpal raja.
"Saudara-saudara masuk persyaratan kedua, yaitu silahkan disembelih di mana saja asal tidak ada yang lihat," kata raja lagi.
"Ok, raja saya sembelih. Gampang....anak kecil juga bisa..." Guyon mereka.

Berangkatlah seluruh pemuda mencari tempat untuk menyembelih, ada yang naik ke gunung, masuk ke dalam goa, gubuk,  berlayar ke tengah laut dan masuk ke hutan. Setelah selesai mereka berkumpul kembali dan membawa hasil sembelihan. Mereka semua bangga dengan apa yang dilakukannya.
"Ente menyembelihnya di mana" kata teman saingannya.
"Ada deeeeh...mau tahu aje atau mau tahu banget..." Jawabnya.
Tetiba dari kejauhan datang seorang pemuda datang dengan membawa seekor ayam yang masih hidup alias tidak disembelih. Ramailah suasana mereka melontarkan kata-kata ejekan.
"Payah sekali pemuda itu menyembelih saja tidak bisa," kata mereka sambil mengejek.
"Betul sekali teman-teman, bodoh sekali pemuda itu," jawab teman lainnya.

Pemuda tersebut akhirnya berbaris kembali dan diam saja walaupun ada cibiran dari para saingannya. Tetapi raja dan para ponggawa kerajaan memperhatikan pemuda tersebut melebihi para pemuda lainnya. Raja berdiri lagi ke atas mimbar kerajaan.
"Saudara-saudara terimakasih atas apa yang sudah kalian lakukan," kata raja.
Raja pun bertanya kepada beberapa pemuda.
"Kamu menyembelih di mana?" Tanya raja.
"Saya naik ke gunung, pokonya tidak ada yang lihat," jawab pemuda satu.
"Saya masuk ke dalam hutan, pokonya tidak ada yang lihat," jawab pemuda kedua.
"Saya berlayar ke tengah laut tidak ada lihat," jawab orang ketiga.

Raja akhirnya memanggil pemuda yang tidak menyembelih ayamnya. Sebelum ditanya sang raja, dia yang bicara duluan.
"Maaf baginda raja, saya mengundurkan diri dari sayembara karena saya tidak bisa melakukan apa yang tuan baginda raja perintahkan," kata pemuda sambil menundukkan kepala.
"Nanti dahulu anak muda, saya mau bertanya, kenapa kamu tidak menyembelih sementara semua peserta bisa menyembelih?" Tanya sang raja.
"Maaf tuan baginda raja saya berusaha, mendaki gunung, masuk ke hutan, berlayar ke tengah laut dan tempat lainnya, tetapi setiap saya sembelih selalu saja ada yang melihat, maka itu saya tidak bisa memotong sesuai persyaratan yang Baginda ajukan," jawab pemuda.
"Siapa itu yang selalu melihat wahai anak muda?" Tanya sang raja rasa ingin tahu.
"Dialah Tuhan yang maha melihat di mana penglihatan tidak ada yang mampu menghalangi sekali pun berlapis tembok dia tetap melihatnya," jawab pemuda.
Mendengar jawaban dari pemuda tersebut raja langsung mengumumkan hasil sayembara. Dan hasilnya jatuh kepada sang pemuda yang tidak menyembelih ayamnya.

Cerita di atas tentang mempertahankan sebuah keyakinan  bahwa hidup ini tidak lepas dari pengawasan Tuhan  bisa dijadikan pembelajaran bagi kita dalam berselancar mengarungi samudera kehidupan ini. Bahwa sekecil apapun yang kita lakukan tidak lepas dari pengawasan Tuhan.

Dari zaman baheula hatta zaman milineal ini karakter manusia sama hanya medianya saja berbeda. Kini hampir semua kehidupan banyak kita dapati ketidak jujuran hingga berimbas kepada lembaga pendidikan yang katanya mencetak karakter-karakter siswa tidak lepas dari serbuan ketidak jujuran, bahkan ketidak jujuran menjadi proyek terselubung para pemegang kepentingan, wajar output pendidikan kita masih rendah.

Ketika ketidak jujuran menerpa para siswa yang mengakibatkan hilangnya sebuah kepercayaan  diri  berimbas hilangnya nilai giroh atau semangat untuk belajar. Hal ini tentunya mempengaruhi kualitas kompetisi siswa secara pribadi dan dunia pendidikan pada umumnya.

Jika kita mempunyai sifat seperti pemuda tersebut setidaknya kita akan selalu berlaku jujur di manapun, kapan pun, dan dalam kondisi apapun.

Jika kita jujur pada kualitas diri, maka kita akan mengetahui tentang kelebihan dan kekurangan kita. Kita bisa terus mengembangkan kelebihan dan terus menyempurnakan kekurangan diri. Pada akhirnya kita menjadi manusia yang sukses baik dunia dan akhirat.

Jika ketidak jujuran itu ada pada diri kita, maka akan merugikan baik pada diri kita atau pun orang lain. Ingat Tuhan tidak pernah tidur.

"Maha suci Allah SWT yang tidak pernah tidur


dan lupa"  doa ketika melakukan sujud sahwi. Firman Tuhan.

وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 233)

فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْراً يَرَهُ وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرّاً يَرَهُ


“ Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula “ (QS. Al Zalzalah :7-8)








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Duta Guru Inspiratif DKI Jakarta; Anugerah GTK Madrasah Berprestasi Tingkat Nasional 2024.

Hadiah dari Allah yang Terabaikan

Tukang Minyak Keliling Pencetak Para Sarjana