Kasih Waktu untuk Tetangga

Kasih Waktu untuk Tetangga

Suatu hari ada seorang anak dan keluarganya bersilaturahmi ke rumah orang tua di kampung, hal ini sering dia lakukan. Pada suatu kesempatan ada seorang ibu melintas di depan rumah orang tuanya.
" Baru datang ya" tanya seorang ibu.
" Iya bu" jawabnya.
Ibu tersebut bergegas jalan meninggalkannya.
" Itu siapa?" Tanya suami.
" Saudara ku" jawab istri.
" Saya tidak pernah lihat suaminya" tanya suami.
" Iya, jarang keluar rumah apalagi ngobrol " jawab istri.
" Oh, begitu pantas saya tidak kenal" timpal suami.

Cerita ini hanya sebuah contoh kecil dalam sebuah kehidupan yang berlaku di masyarakat. Mungkin kejadian ini sering anda dapati di mana Anda tinggal. Bahkan jangan-jangan anda seperti ini. Sering kita melihat dan mendengar berita di televisi tentang beberapa kejadian di masyarakat, ketika reporter TV menanyakan identitas seseorang sering jawabannya" dia orangnya tertutup, jarang bertetangga bahkan sama sekali tidak bersosialisasi dengan masyarakat sekitar".

Apalagi di zaman serba digital sekarang ini orang lebih sibuk dengan dirinya sendiri dari pada bersilaturahmi ke tetangga, dahulu tembok- tembok tinggi menjadi penghalang untuk kenal dengan tetangga, kini alat digital handphone membuat orang sibuk dengan dirinya. Coba perhatikan jika anda di halte bis, semua orang sibuk dengan gawai ketimbang bertegur sapa padahal duduk bersebelahan, bagaimana jika berjauhan? Jawabnya sederhana dekat saja tidak bertegur sapa apalagi jauh. 

Kenapa hal ini terjadi? Pernah suatu hari seorang tetangga baru kenal dengan tetangga sebelahnya itu ketika beliau sama-sama berada di luar negeri, anehkan! Bertahun-tahun bertetangga tidak pernah saling kenal apalagi bersilaturahmi, kesibukan, kendaraan, tembok tinggi penghalang untuk saling kenal.

Coba kita lihat di kampung atau di desa  semua masyarakatnya saling kenal satu sama lainnya padahal mereka berjauhan. Kenapa hal ini terjadi? Karena mereka tidak punya skat atau tembok pemisah, mereka memberikan waktunya untuk berkumpul atau bersilaturahmi dengan tetangga. 

Ketika anda tidak memberikan waktu untuk bersilaturahmi kepada tetangga, maka akan hilang nilai - nilai kebersamaan, berempati, saling tolong menolong, acuh tak acuh, dan lainnya. Bahkan dengan saudara sendiripun jika kita tidak pandai mendidik diri dan keturunan, maka yang terjadi anak-anak keturunan tidak saling kenal dengan saudaranya, andaikan kenal mereka saling acuh tak acuh. Karena anda menjauhkan anak keturunan  dari bersilaturahmi. Bukankah Tuhan mengajarkan umatnya untuk saling mengenal diantara sesama? Sebagai mana dalam firman yang termaktub dalam kitab suci Al-Qur'an:

يٰۤاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوْا  ۗ  اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَ تْقٰٮكُمْ  ۗ  اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti."
(QS. Al-Hujurat 49: Ayat 13)

Begitu juga Rasulullah SAW, memperkuat dengan sabdanya.

” مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ, وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ “

Artinya: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maha hendaklah ia menyambung hubungan silaturahmi”(Al-Hadits)

Apa yang dimaksud silaturrahmi?Silaturrahmi adalah istilah yang cukup akrab dan popular di dalam pergaulan umat Islam sehari-hari, namun pada hakekatnya istilah tersebut merupakan bentukan dari bahasa Arab dari kata silaturrahim,dan istilah silaturrahim ini berasal dari dua kata yakni : Shilah yang berarti hubungan atau sambungan dan rahim yang memiliki arti peranakan.

Menurut Ibnu Manzhur, “Shilaturrahim merupakan kiasan tentang berbuat baik kepada kerabat yang ada hubungan nasab maupun perkawinan, bersikap sayang dan santun kepada mereka, memperhatikan kondisi mereka, meskipun mereka jauh atau menyakiti. Qath’ur rahim adalah lawan katanya. Seolah-olah dengan berbuat baik kepada mereka hubungan kekerabatan, perkawinan, dan hubungan sah telah terjalin.”copas.

Lebih jauh lagi silaturrahmi bukan hanya sebatas adanya garis nasab atau keturunan. Bisa dimasukkan tetangga, antar seagama atau lain agama. Di sini lebih menekankan bagaimana anda bisa membagi waktu dengan keluarga atau tetangga yang dekat dengan anda.

Bagaimana cara menjalin silaturahmi?...

Satu, tanamkan pada diri bahwa hidup tidak sendirian. Manusia sebagai makhluk sosial tidak boleh tidak harus bersosialisasi dengan sesama, manusia tidak akan hidup sendiri tanpa yang lainnya. Oleh karena itu anda harus menjalin hubungan silaturahmi dengan yang lainnya terutama tetangga, kenapa demikian? Karena jika anda terkena musibah orang yang pertama menolong anda bukan saudara anda yang jauh, melainkan orang yang terdekat tinggal dengan anda, siapa? Ya, tetangga.

Dua, berbagilah dengan tetangga. Rasulullah mengingatkan kepada umatnya agar senantiasa berbagi dengan tetangga. 
Sebagai mana termaktub dalam haditsnya:

إِذَا طَبَخْتَ مَرَقًا فَأَكْثِرْ مَاءَهُ ثُمَّ انْظُرْ أَهْلَ بَيْتٍ مِنْ جِيرَانِكَ فَأَصِبْهُمْ مِنْهَا بِمَعْرُوفٍ

 "Apabila kamu memasak kuah sayur, maka perbanyaklah airnya, lalu lihatlah jumlah keluarga tetanggamu dan berikanlah sebagiannya kepada mereka dengan baik." HR.Muslim.

Tiga, perbanyaklah kegiatan di masyarakat. Salah satu wadah yang mendekatkan tali silaturahmi pada masyarakat adalah melakukan kegiatan kerja bakti, acara keagamaan, arisan, Agustusan dan lainnya. Tentunya anda bisa mengambil peran berpartisipasi dalam berinteraksi dengan lingkungan masyarakat sekitarnya. 

Empat, berkunjung ke rumah ibadah. Disaat kita terbelenggu dengan kemajuan teknologi hingga dibuat kesibukan tersendiri satu-satunya wadah saling mengenal diantara tetangga adalah rumah ibadah, masjid dan masjid atau rumah ibadah lainnya. Dengan adanya sholat berjamaah di masjid atau musholla setiap waktu setidaknya mampu berinteraksi dengan orang banyak, hingga satu sama lain saling mengenal.

Segala sesuatu yang ada disekeliling anda mempunyai hak. Mata ada hak untuk tidur, tubuh ada haknya untuk istirahat, keluarga ada haknya untuk saling mengasihi dan menyayangi, tetanggapun punya hak untuk dikunjungi dan intinya semua mempunyai hak. Oleh karena itu pandai-pandailah anda mengatur waktu, jika orang lain saja bisa, kenapa anda bisa? Ayo kasih waktu untuk bertetangga.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Duta Guru Inspiratif DKI Jakarta; Anugerah GTK Madrasah Berprestasi Tingkat Nasional 2024.

Hadiah dari Allah yang Terabaikan

Tukang Minyak Keliling Pencetak Para Sarjana